Minggu, 03 Maret 2013

Ande Ande Lumut Parody version by XI IPA 7

Parody version...
Nama Kelompok:
1.      Alam Kurniawan       (01)      sebagai            Klenting Hijau
2.      Ananta Widya           (05)      sebagai            Klenting Biru
3.      Anis Silakhi A.          (06)      sebagai            Klenting Kuning
4.      F.X. Kresna               (13)      sebagai            Ande Ande Lumut, Yuyu Kangkang
5.      M. Furqon                 (24)      sebagai            Ibu, Narator
6.      Siti Noor C.               (30)      sebagai            Klenting Merah, Dewa
Kelas   : XI IPA 7

NASKAH DRAMA BAHASA INDONESIA
SMA NEGERI 5 SEMARANG
“ANDE ANDE LUMUT”


Tersebutlah sebuah desa ditengah hutan belantara utara kerajaan Kediri, bernama Desa Raprakesvara. Didalam desa itu, terdapat sebuah keluarga yang terdiri dari Klenting Merah, Klenting Biru, Klenting Hijau dan ibunya, serta Klenting Kuning, seorang anak yang lebih sering disiksa oleh ibunya dan diperlakukan layaknya seorang pembantu.
Suatu ketika, seorang pangeran mengadakan sebuah sayembara untuk mencari seorang istri dengan mengadakan lomba kecantikan. Mendengar adanya sayembara itu, Klenting Merah, Klenting Biru dan Klenting Hijau sesegera mungkin bersolek untuk mengikuti sayembara itu.
(Menari)
Klenting Merah        : “Ayo cepat! Kalian berdua dandan lama banget. Mau dandan kayak apa juga tetep gue yang paling cakep.”
Klenting Hijau         : “Amacak? Ciyus? Miapah?”
Klenting Biru           : “Pede banget si kakak. Kakak itu udah tua, alay, bences, hidup pula.”
Klenting Merah        : “Alay? Alay itu bukannya temen kita ya, itu lho si Alay Bella.”
Klenting Hijau, Klenting Biru, Klenting Kuning   : “Itu sih Alya Bella.”
Klenting Merah        : “Oh, udah ganti to. Eh Klenting Kuning, ngapain kamu ikut-ikutan disini?”
Klenting Kuning      : “Aku cuman lewat sambil bersih-bersih kok kak, udah lanjutin aja. (pergi)”
Ibu                            : “Kalian itu rempong aja daritadi, sana berangkat nanti telat lho. Klenting Kuning, sana bersih-bersih!”
            Klenting Kuning yang tengah sibuk bersih-bersih tidak sadar kalau ibunya mengawasi dirinya sambil ngomel-ngomel tidak jelas. Sesaat sebelum acara bersih-bersih selesai, Klenting Kuning berjalan menghampiri ibunya.
Klenting Kuning      : “Ibu, bolehkah aku menyusul kakak dan mengikuti sayembara itu?”
Ibu                            : “Kamu itu sadar diri, penampilan kamseupay aja berlagak mau ikut sayembara.”
Klenting Kuning      : “(memohon) Ayolah, Bu, beri kesempatan buat Kuning sekali aja.”
Ibu                            : “Hmm... ya sudahlah, karena aku sedang berbaik hati padamu, aku akan mengijinkanmu pergi ke sayembara itu sekaligus mendandanimu. Tapi dengan syarat, kau tidak boleh bercermin setelah aku selesai mendandanimu, bagaimana?”
Klenting Kuning      : “Baiklah, Bu.”
            Setelah selesai mendandani Klenting Kuning, Ibu menyuruh Klenting Kuning untuk mencuci dahulu ditelaga, baru setelah itu ia diperbolehkan ikut sayembara. Karena Ibunya tak mengijinkan Klenting Kuning untuk bercermin, ia tidak menyadari kalau ibunya mendandani wajahnya dengan ala kadarnya.

Sesampainya di telaga...
Klenting Kuning      : “(sambil menangis) Tuhan, mengapa nasibku seperti ini? Aku galau Tuhan, aku sudah cantik, tapi kenapa aku tidak bisa menemui cintaku?”
Tiba-tiba datang seorang dewa utusan Tuhan.
Dewa                        : “Klenting Kuning anakku, kamu harus sabar dan tabah dalam menghadapi ujian ini. Jangan kau dendam pada saudaramu dan ibumu. Ini aku beri kau lidi sakti. Lidi ini bisa kau gunakan untuk melawan makhluk jahat yang mengganggumu. Lidi ini jauh lebih sakti lho dari pada bulu mata milik Syahrini.”
Klentng Kuning       : “Oh! Terimakasih dewa.”
            Dewa pun menghilang kembali kekahyangan sedangkan Klenting Kuning pun segera bergegas pulang kerumahnya.
Dilain tempat...
            Ketiga kakak Klenting Kuning yang sedang dalam perjalanan menuju rumah Ande Ande Lumut, kebingungan karena harus melewati sungai yang sedang banjir.
Klenting Biru              : “Padahal nggak hujan tapi kok becek nggak ada ojek.”
Klenting Hijau            : “Ini sungai woy, Dipikir jalan raya kali ya. (setengah emosi)”
            Ketika Klentng Hijau dan Klenting Biru sedang ribut, Klenting Merah hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan kerempongan kedua adiknya. Namun, semuanya berubah saat Yuyu Kangkang datang dengan tampang sok kerennya. (Menari)
Yuyu Kangkang           : “Hey, ladies, butuh tumpangan?”
Klenting Merah             : “Hmm... karena kami terburu-buru jadi bolehlah.”
Yuyu Kangkang           : “Eits... Tunggu dulu, ada syaratnya?”
Klenting Hijau              : “(acuh) Rempong amat sih pake syarat-syaratan segala kayak mau buat KTP aja.”
Yuyu Kangkang           : “Lha mau kagak? Kalau nggak gue pergi nih... jangan tahan gue... jangan tahan gue.”
Klenting Biru                : “(muka datar) Nggak ada yang nahan lu kali, langsung aja deh apa syaratnya. Kita lagi buru-buru tau.”
Yuyu Kangkang           : “Sabar dong neng cantik. Gini, setelah aku mengantarkan kalian hingga keseberang, kalian harus membayarnya dengan memperbolehkan aku mencium kalian semua.”
Klenting Merah, Klenting Biru, Klenting Hijau    : “(berembuk). Baiklah kami setuju.”
            Selama perjalanan, mereka menyanyi hingga sampai diseberang sungai. Sesampainya diseberang, Yuyu Kangkang menagih janji para Klenting kemudian memperbolehkan para Klenting untuk pergi.
Yuyu Kangkang              : “Hi... asyik tadi aku bisa nyium tiga cewek bohai. Apalagi kulitnya mulus, halus dan kenyal. Hehe.”
Tiba-tiba munculah Klenting Kuning.
Klenting Kuning             : “Yuyu Kangkang, seberangkan aku!”
Yuyu Kangkang              : “Tidak mau, wajahmu jelek, penampilanmu upay.”
Klenting Kuning             : “(muka memelas) Cepatlah, seberangkan aku.”
Yuyu Kangkang              : “uhh, ok, boleh. Asal setelah sampai diseberang kau ku cium.”
Klenting Kuning             : “Cium? Tidak! Kehormatan wanita ada pada kesuciannya. Cuih.”
Yuyu Kangkang              : “Ya sudah kalau tidak mau. (beranjak pergi)”
Klenting Kuning             : “Hey, tunggu, aku punya hadiah untukmu.”
Yuyu Kangkang              : “Apa?!”
Klenting Kuning             : “Rasakan ini (sambil memukul lidi ajaib yang diberikan dewa saat ditelaga).”
Yuyu Kangkang              : “Tidak ! Ampun... ampun... baik akan kuseberangkan kau.”
Klenting Kuning             : “Nah, gitu kek daritadi hehe... terimakasih.”
            Akhirnya Yuyu Kangkang bersedia menyeberangkan Klenting Kuning tanpa meminta imbalan apapun.

            Ketiga kakak Klenting Kuning telah tiba dirumah Ande Ande Lumut. Kedatangan mereka disambut hangat oleh ibu Ande Ande Lumut.
Para Klenting                  : “Assalamualaikum... atuk oh atuk...(ala upin ipin)”
Klenting Hijau                 : “Eh tunggu dulu, kok logatnya jadi kayak gini?”
Klenting Biru                  : “Nggak apa-apalah... nggak tiap hari juga kan.”
Klenting Merah               : “Terserah kalianlah, capek bo lihat kelakuan kalian yang rempong dari rumah sampai disini.”
Ibu Ande Lumut             : “Waalaikumsalam... wah ada gadis-gadis cantik yang berkunjung (tersenyum) mari masuk. (mempersilakan untuk duduk). Pengen ikut sayembara ya?”
Klenting Biru                  : “Ya dums, OMG Halo..”
Klenting Hijau                 : “Betul... betul... betul. (ala upin ipin)”
Ibu                                   : “Oalah, ya sudah Ibu panggilkan Ande dulu.”
 Putraku si Ande Ande Lumut
Tumuruna ana putri kang unggah-ungguh
Putrine kang ayu rupane
Klenting Ijo iku kang dadi asmane
Ande Ande Lumut          : Bu, Ibu
Kula mboten purun
Kang putra takseh dereng medun
Putri niku seserangen Yuyu Kangkang
Klenting Hijau                 : “(marah) Apa maksudmu hah! Seenaknya saja kau bicara!”
            Klenting Merah dan Klenting Biru mencoba menenangkan hati Klenting Hijau yang telah ditolak mentah-mentah oleh Ande Ande Lumut. Klenting merah dan Klenting Biru pun mencoba hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Klenting Hijau. Namun, hasilnya sma saja. Saat ketiga kelenting sedang marah-marah, Klenting Kuning datang.
Klenting Kuning             : “Assalamualaikum (ramah).”
Klenting Merah               : “Ini orang maksudnya apa coba pake acara nyusulin kita kesini.”
Klenting Kuning             : “Maaf kakak-kakak keceku. Maaf Ibu. Saya datang kesini karena saya juga ingin mengikuti sayembara.”
Klenting Merah, Klenting Biru, Klenting Hijau, Ibu Ande (tertawa).
            Namun, Ibu Ande harus bersikap adil terhadap orang yang mengikuti sayembara, jadi sang ibu mencoba bertanya kepada anaknya, Ande Ande Lumut. Kemudian Ande Ande Lumut keluar dari kamarnya dan menjawab...
Ande Ande Lumut          : “Apakah ini yang dinamakan cinta?
Bu, Ibu, Kula nembe purun.
Kang Putra nembe badhe medun
Putri niki putri ingkang kula suwun.”
            Tak kemudian Ande Ande Lumut keluar dari dalam kamarnya dan menceritakan siapa jati dirinya dan jati diri Klenting Kuning.
            Akhirnya Ande Ande Lumut menikah dengan Klenting Kuning dan menjadi keluarga yang bahagia. Ketiga Klenting yang lain serta Ibunya merasa malu ketika Klenting Kuning mengajak mereka untuk tinggal ia dan suaminya. Karen paksaan dari Klenting Kuning, ibu dan ketiga saudarinya bersedia tinggal bersama. Semua hidup bahagia, aman, sentosa, sejahtera bersama, semua ceria gembira tralala...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar