Nama Kelompok:
1. Alam Kurniawan (01) sebagai Klenting Hijau
2. Ananta Widya (05) sebagai Klenting Biru
3. Anis Silakhi A. (06) sebagai Klenting Kuning
4. F.X. Kresna (13) sebagai Ande Ande Lumut, Yuyu Kangkang
5. M. Furqon (24) sebagai Ibu, Narator
6. Siti Noor C. (30) sebagai Klenting Merah, Dewa
Kelas
: XI IPA 7
NASKAH
DRAMA BAHASA INDONESIA
SMA NEGERI 5 SEMARANG
SMA NEGERI 5 SEMARANG
“ANDE
ANDE LUMUT”
Tersebutlah
sebuah desa ditengah hutan belantara utara kerajaan Kediri, bernama Desa
Raprakesvara. Didalam desa itu, terdapat sebuah keluarga yang terdiri dari
Klenting Merah, Klenting Biru, Klenting Hijau dan ibunya, serta Klenting
Kuning, seorang anak yang lebih sering disiksa oleh ibunya dan diperlakukan
layaknya seorang pembantu.
Suatu ketika,
seorang pangeran mengadakan sebuah sayembara untuk mencari seorang istri dengan
mengadakan lomba kecantikan. Mendengar adanya sayembara itu, Klenting Merah,
Klenting Biru dan Klenting Hijau sesegera mungkin bersolek untuk mengikuti
sayembara itu.
(Menari)
Klenting
Merah : “Ayo cepat! Kalian berdua
dandan lama banget. Mau dandan kayak apa juga tetep gue yang paling cakep.”
Klenting
Hijau : “Amacak? Ciyus? Miapah?”
Klenting
Biru : “Pede banget si kakak.
Kakak itu udah tua, alay, bences, hidup pula.”
Klenting
Merah : “Alay? Alay itu bukannya
temen kita ya, itu lho si Alay Bella.”
Klenting
Hijau, Klenting Biru, Klenting Kuning :
“Itu sih Alya Bella.”
Klenting
Merah : “Oh, udah ganti to. Eh
Klenting Kuning, ngapain kamu ikut-ikutan disini?”
Klenting
Kuning : “Aku cuman lewat sambil
bersih-bersih kok kak, udah lanjutin aja. (pergi)”
Ibu : “Kalian itu
rempong aja daritadi, sana berangkat nanti telat lho. Klenting Kuning, sana
bersih-bersih!”
Klenting
Kuning yang tengah sibuk bersih-bersih tidak sadar kalau ibunya mengawasi
dirinya sambil ngomel-ngomel tidak jelas. Sesaat sebelum acara bersih-bersih
selesai, Klenting Kuning berjalan menghampiri ibunya.
Klenting
Kuning : “Ibu, bolehkah aku menyusul
kakak dan mengikuti sayembara itu?”
Ibu : “Kamu itu sadar
diri, penampilan kamseupay aja berlagak mau ikut sayembara.”
Klenting
Kuning : “(memohon) Ayolah, Bu, beri
kesempatan buat Kuning sekali aja.”
Ibu : “Hmm... ya
sudahlah, karena aku sedang berbaik hati padamu, aku akan mengijinkanmu pergi
ke sayembara itu sekaligus mendandanimu. Tapi dengan syarat, kau tidak boleh
bercermin setelah aku selesai mendandanimu, bagaimana?”
Klenting
Kuning : “Baiklah, Bu.”
Setelah
selesai mendandani Klenting Kuning, Ibu menyuruh Klenting Kuning untuk mencuci
dahulu ditelaga, baru setelah itu ia diperbolehkan ikut sayembara. Karena
Ibunya tak mengijinkan Klenting Kuning untuk bercermin, ia tidak menyadari
kalau ibunya mendandani wajahnya dengan ala kadarnya.
Sesampainya
di telaga...
Klenting
Kuning : “(sambil menangis) Tuhan,
mengapa nasibku seperti ini? Aku galau Tuhan, aku sudah cantik, tapi kenapa aku
tidak bisa menemui cintaku?”
Tiba-tiba
datang seorang dewa utusan Tuhan.
Dewa : “Klenting Kuning
anakku, kamu harus sabar dan tabah dalam menghadapi ujian ini. Jangan kau
dendam pada saudaramu dan ibumu. Ini aku beri kau lidi sakti. Lidi ini bisa kau
gunakan untuk melawan makhluk jahat yang mengganggumu. Lidi ini jauh lebih
sakti lho dari pada bulu mata milik Syahrini.”
Klentng
Kuning : “Oh! Terimakasih dewa.”
Dewa
pun menghilang kembali kekahyangan sedangkan Klenting Kuning pun segera
bergegas pulang kerumahnya.
Dilain
tempat...
Ketiga
kakak Klenting Kuning yang sedang dalam perjalanan menuju rumah Ande Ande
Lumut, kebingungan karena harus melewati sungai yang sedang banjir.
Klenting
Biru : “Padahal nggak hujan
tapi kok becek nggak ada ojek.”
Klenting
Hijau : “Ini sungai woy,
Dipikir jalan raya kali ya. (setengah emosi)”
Ketika
Klentng Hijau dan Klenting Biru sedang ribut, Klenting Merah hanya bisa
geleng-geleng kepala menyaksikan kerempongan kedua adiknya. Namun, semuanya
berubah saat Yuyu Kangkang datang dengan tampang sok kerennya. (Menari)
Yuyu
Kangkang : “Hey, ladies, butuh
tumpangan?”
Klenting
Merah : “Hmm... karena kami
terburu-buru jadi bolehlah.”
Yuyu
Kangkang : “Eits... Tunggu dulu,
ada syaratnya?”
Klenting
Hijau : “(acuh) Rempong amat
sih pake syarat-syaratan segala kayak mau buat KTP aja.”
Yuyu
Kangkang : “Lha mau kagak? Kalau
nggak gue pergi nih... jangan tahan gue... jangan tahan gue.”
Klenting
Biru : “(muka datar) Nggak
ada yang nahan lu kali, langsung aja deh apa syaratnya. Kita lagi buru-buru tau.”
Yuyu
Kangkang : “Sabar dong neng
cantik. Gini, setelah aku mengantarkan kalian hingga keseberang, kalian harus
membayarnya dengan memperbolehkan aku mencium kalian semua.”
Klenting
Merah, Klenting Biru, Klenting Hijau :
“(berembuk). Baiklah kami setuju.”
Selama
perjalanan, mereka menyanyi hingga sampai diseberang sungai. Sesampainya
diseberang, Yuyu Kangkang menagih janji para Klenting kemudian memperbolehkan
para Klenting untuk pergi.
Yuyu
Kangkang : “Hi... asyik tadi
aku bisa nyium tiga cewek bohai. Apalagi kulitnya mulus, halus dan kenyal.
Hehe.”
Tiba-tiba
munculah Klenting Kuning.
Klenting
Kuning : “Yuyu Kangkang,
seberangkan aku!”
Yuyu
Kangkang : “Tidak mau,
wajahmu jelek, penampilanmu upay.”
Klenting
Kuning : “(muka memelas) Cepatlah,
seberangkan aku.”
Yuyu
Kangkang : “uhh, ok, boleh.
Asal setelah sampai diseberang kau ku cium.”
Klenting
Kuning : “Cium? Tidak!
Kehormatan wanita ada pada kesuciannya. Cuih.”
Yuyu
Kangkang : “Ya sudah kalau
tidak mau. (beranjak pergi)”
Klenting
Kuning : “Hey, tunggu, aku
punya hadiah untukmu.”
Yuyu
Kangkang : “Apa?!”
Klenting
Kuning : “Rasakan ini (sambil
memukul lidi ajaib yang diberikan dewa saat ditelaga).”
Yuyu
Kangkang : “Tidak ! Ampun...
ampun... baik akan kuseberangkan kau.”
Klenting
Kuning : “Nah, gitu kek
daritadi hehe... terimakasih.”
Akhirnya
Yuyu Kangkang bersedia menyeberangkan Klenting Kuning tanpa meminta imbalan
apapun.
Ketiga
kakak Klenting Kuning telah tiba dirumah Ande Ande Lumut. Kedatangan mereka
disambut hangat oleh ibu Ande Ande Lumut.
Para
Klenting :
“Assalamualaikum... atuk oh atuk...(ala upin ipin)”
Klenting
Hijau : “Eh tunggu dulu,
kok logatnya jadi kayak gini?”
Klenting
Biru : “Nggak
apa-apalah... nggak tiap hari juga kan.”
Klenting
Merah : “Terserah kalianlah,
capek bo lihat kelakuan kalian yang rempong dari rumah sampai disini.”
Ibu
Ande Lumut :
“Waalaikumsalam... wah ada gadis-gadis cantik yang berkunjung (tersenyum) mari
masuk. (mempersilakan untuk duduk). Pengen ikut sayembara ya?”
Klenting
Biru : “Ya dums, OMG
Halo..”
Klenting
Hijau : “Betul... betul...
betul. (ala upin ipin)”
Ibu : “Oalah, ya
sudah Ibu panggilkan Ande dulu.”
Putraku si Ande Ande Lumut
Tumuruna ana putri kang
unggah-ungguh
Putrine kang ayu rupane
Klenting Ijo iku kang dadi asmane
Ande
Ande Lumut : Bu, Ibu
Kula mboten purun
Kang putra takseh dereng medun
Putri niku seserangen Yuyu Kangkang
Klenting
Hijau : “(marah) Apa
maksudmu hah! Seenaknya saja kau bicara!”
Klenting
Merah dan Klenting Biru mencoba menenangkan hati Klenting Hijau yang telah
ditolak mentah-mentah oleh Ande Ande Lumut. Klenting merah dan Klenting Biru
pun mencoba hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Klenting Hijau. Namun,
hasilnya sma saja. Saat ketiga kelenting sedang marah-marah, Klenting Kuning
datang.
Klenting
Kuning : “Assalamualaikum
(ramah).”
Klenting
Merah : “Ini orang maksudnya
apa coba pake acara nyusulin kita kesini.”
Klenting
Kuning : “Maaf kakak-kakak
keceku. Maaf Ibu. Saya datang kesini karena saya juga ingin mengikuti
sayembara.”
Klenting
Merah, Klenting Biru, Klenting Hijau, Ibu Ande (tertawa).
Namun,
Ibu Ande harus bersikap adil terhadap orang yang mengikuti sayembara, jadi sang
ibu mencoba bertanya kepada anaknya, Ande Ande Lumut. Kemudian Ande Ande Lumut
keluar dari kamarnya dan menjawab...
Ande
Ande Lumut : “Apakah ini yang
dinamakan cinta?
Bu,
Ibu, Kula nembe purun.
Kang
Putra nembe badhe medun
Putri
niki putri ingkang kula suwun.”
Tak
kemudian Ande Ande Lumut keluar dari dalam kamarnya dan menceritakan siapa jati
dirinya dan jati diri Klenting Kuning.
Akhirnya
Ande Ande Lumut menikah dengan Klenting Kuning dan menjadi keluarga yang
bahagia. Ketiga Klenting yang lain serta Ibunya merasa malu ketika Klenting
Kuning mengajak mereka untuk tinggal ia dan suaminya. Karen paksaan dari
Klenting Kuning, ibu dan ketiga saudarinya bersedia tinggal bersama. Semua
hidup bahagia, aman, sentosa, sejahtera bersama, semua ceria gembira tralala...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar