Minggu, 17 Maret 2013

{FF} PROMISE YOU



 Author          : Ima {@Imasitinoorc | twitter}
 Genre          : Romance
 Length         : One Shot, short FF
 Cast           : Han Cheonsa ( as you )
             Your first bias and Your second bias (fill it with your bias)

 Author Note:
     Author comeback again *dancewithmello* #abaikan. Untuk kesekian kalinya author mencoba bikin ff dengan genre romance. Mian kalo hasilnya abal-abal. Maklum ya soalnya author masih dalam proses belajar. Awas ranjau typo. Untuk ff ini, kayaknya nggak bisa disebut short ff. Lebih tepatnya long ff (^-^)V
      Dalam ff ini, author tidak mengikat(?) siapa cast namja. Hal ini author lakukan supaya semua reader bisa berimajinasi dalam ff ini bersama dengan bias masing-masing. Maaf jika penulisan bahasa koreanya salah, karena author sebenarnya tidak terlalu menguasai bahasa korea. Semua POV disini adalah milikmu but this fanfiction milik author. ^-^
      I hope you can like it. And leave your comment.
(If you can’t leave your comment in my blog, you can give your comment in my twitter)
Recommended song : Promise You – Super Junior KRY
                  It’s You, Memories – Super Junior
     Happy Readng all ^^



Promise You

            Tak ada yang spesial malam ini. Semuanya nampak sama seperti malam-malam sebelumnya di Kota Seoul. Dingin, sunyi dan tenang, kira-kira seperti itulah gambaran malam ini. Bergelut dengan laptop adalah keseharianku atau mungkin merupakan pekerjaanku. Aku adalah anak semata wayang dikeluargaku. Perekonomian keluargaku sudah lebih dari cukup untuk mencukupi semua kebutuhanku. Aku merupakan seorang mahasiswa disalah satu universitas dikota Seoul dan juga seorang penulis fiksi. Kutekuni pekerjaan ini semata bukan karena penghasilan, karena aku tahu kalau penghasilan sebagai penulis tidak akan mencukupi semua kebutuhanku. Hobi, ya, alasanku tetap pada pekerjaan ini adalah karena hobiku sejak duduk di bangku SMA.
“Cheonsa~ya, apakah kau sedang sibuk. (second bias)ssi mencarimu.” Teriak eomma dari balik pintu kamarku.
“Ne, eomma, sebentar lagi aku turun.” Tak lama setelah itu kudengar derap langkah yang mulai menjauh dari kamarku. Setelah ku save semua file dalam laptopku, aku bergegas menemui sahabat baikku yang sudah kuanggap seperti oppaku sendiri, dia sedang menungguku di ruang tamu.

@ Living room Cheonsa’s House
Saat menuruni anak tangga menuju ruang tamu karena letak kamarku yang berada dilantai dua, kulihat seorang namja dengan blazzer hitam tengah sibuk dengan handphonenya. Entah apa yang sedang ia lakukan.
“Annyeong (second bias)oppa, kenapa kau nampak rapi sekali saat datang kerumahku?” tanyaku lalu duduk dihadapannya.
“Aishh, kau ini. Aku baru saja bertemu dengan chinguku. Dia ternyata salah seorang dari penggemar novelmu.” Terangnya.
“Jeongmallyo oppa. Tapi apa yang membawamu kemari?”
“Chinguku ingin bertemu denganmu.” Jawabnya enteng sembari menyandarkan dirinya disofa.
“Mwo! Tapi kenapa bisa oppa?” kemudian (second bias)oppa menceritakan kronologisnya, dan kenapa chingunya ingin bertemu denganku.
Setelah kudengar penjelasannya, sekarang aku tau siapa biang keladi yang menyebabkan chingu (second bias)oppa ingin bertemu denganku. Tidak lain dan tidak bukan adalah (second bias)oppa. Karena paksaan dari (second bias)oppa, akhirnya aku memutuskan untuk bersedia menemui chingunya.
***
Pagi ini eomma menyuruhku untuk pergi berbelanja ke supermarket karena persediaan makanan dirumah sudah mulai menipis, karena aku tak ada jam kuliah hari ini, aku pun menyanggupi permintaan eomma. Letak supermarket yang tidak terlalu jauh membuatku memutuskan untuk berjalan kaki. Supaya tak bosan selama berjalan, ku letakkan headsetku di telinga dan mulai mendengarkan lagu sembari bersenandung kecil.
“Yak!! Agassi, menyingkir dari jalan itu!!!” teriak seseorang tiba-tiba.
“Seperti ada yang berteriak.” Kataku tanpa melepas headsetku.
“Agassi, awaaaasss!!!” teriak orang tadi lebih keras, sontak kulepaskan headsetku dan kuarahkan pandanganku pada sisi sebelah kananku. Dengan kecepatan yang sangat cepat, kulihat seseorang dengan sepedanya melaju kearahku, sepertinya rem sepedanya blong. Aku bingung harus berbuat apa. Sebaiknya aku lari dari sini, tapi entah kenapa kakiku sangat sulit untuk digerakkan, akhirnya kututup mataku. Beberapa detik kemudian, aku merasakan hal yang aneh. Tapi kenapa rasanya hangat. Sebenarnya apa yang sedang terjadi.
“Agassi, gwenchanayo?” tanya seseorang. Dari suaranya, bisa dipastikan kalau dia adalah seorang namja. Aku mendongak dan membuka mataku. Eh kenapa aku bisa ada dipelukan orang ini.
“Nan... nan gwenchana. Bisa kau lepaskan pelukanmu agassi, aku tidak bisa bergerak.” Ucapku lirih.
“Oh, ne, mian.” Ucapnya sembari melepas pelukannya. “Nan neun (first bias) imnida, siapa namamu?”
“Nan neun Han Cheonsa imnida.”
“Hmm, lain kali kau harus lebih berhati-hati Cheonsa~ssi, untung saja orang bersepeda tadi tak menabrakmu.” Kata (first bias) sambil tersenyum hangat.
“Ah.. ye.. gamsahamnida (first bias)~ssi, kalau begitu aku pergi dulu.” Kataku sambil membungkuk sekilas padanya lalu beranjak pergi dari tempat itu.
“Aku harap kita bisa bertemu kembali Cheonsa~ssi.” Gumam (first bias) sesaat setelah Cheonsa pergi.
***
Senja datang dengan menyisakan sedikit cahaya dari sang surya yang menembus celah-celah jendela kamarku. Kembali menulis naskah untuk novelku yang baru. Sebuah novel dengan genre romance. Ketika baru beberapa menit mengetik, wajah namja yang menolongku tadi pagi sekelebat memenuhi pikiranku. Entah apa yang membuatku bisa mengingat wajah namja itu. Namja tampan dengan senyum hangatnya.
Saat malam menjelang, aku sudahi pekerjaanku dan mulai mempersiapkan diri, karena tepat pukul 8 (second bias)oppa akan menjemputku dan bersama-sama menemui chingunya. Dengan mengenakan dress putih selutut yang aku padukan dengan blazzer peace, membuat penampilanku sedikit feminim. Aku jarang sekali menggunakan dress, kecuali kalau sedang menghadiri pesta atau saat sedang mempromosikan novelku. Dan entah karena alasan apa, malam ini aku harus memberikan kesan manis pada seseorang yang hendak kutemui bersama second bias)oppa nanti.
Ketika jam dinding tepat menunjukkan pukul 8 malam, mobil sport milik (second bias)oppa sudah terparkir dihalaman depan rumahku. Aku bergegas turun dan setelah berpamitan dengan appa dan eomma, aku segera bergegas keluar. Diluar kudapati (second bias)oppa yang sedang berdiri disamping mobilnya sembari memasukkan jemarinya pada saku celananya. Ia nampak sangat keren dengan stylenya.
“Neomu yeppo uri Cheonsa.” Ucap (second bias)oppa sambil melihatku dari atas sampai bawah.
“Ah oppa, kau ini memujiku atau mengejekku sih?” kataku sambil melipat kedua tanganku didepan dadaku.
“Aku tak mengejekmu Cheonsa. Kau sangat cantik dengan dress itu. Jarang sekali aku melihatmu mengenakan dress saat pergi bersamaku.”
“Kalau hanya pergi bersamamu, buat apa aku repot-repot mengenakan dress, sudahlah oppa, kajja kita berangkat hari sudah makin malam.”
“Arraseo, kajja!” Kemudian (second bias)oppa membukakan pintu untukku dan kami pun segera pergi menemui chingunya disebuah cafe.

@ Cafe...
Sesampainya didepan cafe, (second bias)oppa memintaku untuk masuk duluan karena ia akan memarkirkan mobilnya, aku hanya mengangguk dan perlahan berjalan memasuki cafe itu. Cafe yang cukup mewah menurutku. Kuedarkan pandanganku kesetiap penjuru ruangan sembari mencari chingu (second bias)oppa yang katanya mengenakan kemeja berwarna blue saphire, tapi banyak orang diruangan ini yang mengenakan baju dengan warna itu. Bahkan aku pun belum pernah bertemu dengan chingunya.
“Cheonsa~ya, kau sudah menemukan chinguku?” tanya (second bias)oppa mengagetkanku.
“Eh.. belum oppa, sangat banyak orang yang mengenakan kemeja blue saphire disini, apa mungkin dia belum datang.”
“Ya sepertinya begitu karena aku juga tak melihatnya, sebaiknya kita mencari tempat duduk dulu dan memesan minuman sembari menunggunya datang. Aku akan mencoba menghubungi ponselnya.”
“Arraseo oppa.” Setelah memesan minuman, aku duduk disamping (second bias)oppa yang masih sibuk menghubungi chingunya. Aku pun turut menyibukkan diriku dengan ponsel dan headsetku yang selalu kubawa kemanapun aku pergi.
Tak lama kemudian...
“Annyeong (second bias)~ah, mian aku terlambat.”
“Oh annyeong (first bias)~ah, gwenchana, kami juga belum lama.” Karena merasa ada yang datang, kulepaskan headsetku. Eh, tunggu dulu... nama itu. Sepertinya aku tak asing dengan nama itu.
“Cheonsa~ya, perkenalkan dia (first bias), dia adalah chinguku, ani lebih tepatnya sunbaeku saat masih SMA.” Kata (second bias)oppa. Ketika kulihat wajah chingu (second bias)oppa, benar dugaanku, dia nampak tak asing bagiku.
“Annyeonghaseo Cheonsa~ssi, kita bertemu lagi.” Kata (first bias) sambil tersenyum. Aigoo senyumnya manis sekali.
“Ne.. neo...”
“Eh, kalian sudah saling kenal?” tanya (second bias)oppa bingung.
“Kami bertemu pun juga tidak sengaja (second bias)~ah.”
(first bias)ssi benar oppa, kami bertemu karena kelalaianku.” Ucapku sambil menunduk. Ya Tuhan, kenapa dia begitu mempesona malam ini. Jauh lebih mempesona jika dibandingkan saat kami pertama kali bertemu.
Setelahnya, kami saling ngobrol dan membahas banyak hal. Termasuk tentang (first bias)ssi yang benar mengagumi novel-novel hasil karyaku. Dia juga memberiku kritik dan saran yang sangat membantuku. Sesekali (second bias)oppa ikut menimpali kritik dan saran dari (first bias)ssi. Malam ini aku sangat senang bisa berada ditengah-tengah mereka. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, (second bias)oppa mengajakku pulang.

***
Suasana malam kota Seoul hari ini benar-benar dingin dan indah. Lampu-lampu pertokoan bersinar terang layaknya kunang-kunang ditengah langit malam yang gelap gulita. Dingin yang makin merasuk tulangku, membuatku makin merapatkan jaket yang tengah kukenakan. Detik selanjutnya aku hanya termenung menatap jalanan disekitar rumah melalui jendela kamarku.

Promise you... Promise You~

Ringtone ponselku pertanda ada pesan masuk membuyarkan lamunanku. Promise you. Ya, lagu dari salah satu idol grup favoriteku. Super Junior, namun lagu itu dinyanyikan oleh sub grup mereka yaitu Super Junior KRY. Kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku lebih memilih lagu bernada slow sebagai ringtone ponselku. Bukannya lagu Super Junior lainnya yang lebih ngebeat, misalnya saja Shake It Up, Be My Girl atau mungkin Sexy, Free & Single. Tak ada alasan khusus, hanya saja aku menyukai lagu yang satu ini. Ternyata pesan masuk itu dari (second bias)oppa.
From  : (second bias)oppa
Cheonsa~ya, sepulang kuliah besok apakah kau ada acara?
To : (second bias)oppa
Aku tak ada acara apa-apa oppa waeyo? –send-
Reply From : (second bias)oppa
Eobseoyo, besok kan hari ulang tahunmu, rencananya aku ingin mengajakmu jalan-jalan sambil merayakan ulang tahunmu.

Astaga kenapa aku bisa lupa kalau besok adalah hari ulang tahunku.

To : (second bias)oppa
Astaga oppa, aku sampai lupa dengan hari ulang tahunku sendiri. Baiklah oppa, besok aku kuliah sampai pukul 11. –send-
Reply From : (second bias)oppa
Arraseo. Tapi mian Sa~ya, besok pagi oppa tak bisa menjemput dan mengantarmu ke kampus.
To : (second bias)oppa
Gwenchana oppa, aku bisa berangkat sendiri. Lagian aku kan juga sering berangkat sendiri. Kau saja yang terlalu protektif terhadapku. Aku sudah 22 tahun oppa -_-. ~send~
Reply From : (second bias)oppa
Kekeke :D arra arra kau sudah dewasa. Aku hanya mengkhawatirkanmu Sa~ya. Oh ya, aku sudah meminta seseorang untuk menjemputmu besok.
To : (second bias)oppa
Nuguya oppa? –send-
Reply From : (second bias)oppa
Lihat saja besok. Oke, sudah dulu ya, istirahat yang cukup Cheonsa~ya. Jaljjayo...
To : (second bias)oppa
Arraseo... jaljjayo too oppa...

“Meminta seseorang untuk menjemputmu”... Yak! Siapa orang yang diminta oppa untuk menjemputku besok. Oppa selalu membuatku penasaran. Aku harap dia tak meminta orang yang aneh untuk menjemputku besok.
***
Tin..tin..
Suara klakson mobil terdengar saat aku sedang bersiap-siap untuk berangkat kekampus. Sekilas kuintip sedikit dari jendela, mobil sport hitam terparkir didepan rumahku. Mungkin dialah chingu (second bias)oppa yang diminta untuk menjemputku. Setelah meminta izin pada eomma aku bergegas keluar menemui si pemilik mobil sport hitam itu. Saat aku keluar dia tengah sibuk dengan ponselnya dan berdiri membelakangiku.
“Neo, chingu (second bias)oppa?”
“Ah kau sudah keluar rupanya.” Betapa terkejutnya aku ketika orang itu membalikan tubuhnya. Dia (first bias), namja yang aku temui kemarin di cafe. Ternyata (second bias)oppa memintanya untuk menjemputku.
“Ne..neo...” kataku gugup.
“Kau pasti terkejutkan. Hehe. Aku juga terkejut saat (second bias) menelponku dan memintaku untuk menjemputmu. Tapi ya sudahlah aku juga tak keberatan menjemputmu. Kajja, nanti kau terlambat kekampus.” Terangnya.
“Oh ne.”
Perlahan mobil (first bias) berjalan menjauhi rumahku. Selama perjalanan, suasana dalam mobil terasa canggung. Tak ada obrolan yang berarti diantara kami. Akhirnya kuputuskan untuk melihat keluar jendela, menikmati suasana pagi kota Seoul yang mulai padat.
“Apa kau tidak suka kalau aku yang menjemputmu?” tanya (first bias) memecah keheningan diantara kami.
“An... ani (first bias)ssi. Aku hanya belum terbiasa.” Ucapku ragu.
“Cheonsa~ya, panggil aku oppa ne. Supaya terdengar lebih akrab.”
“Ah, ye. O.. op...pa”
“Kau terdengar gugup sekali Cheonsa~ya. Kekeke..” ujar (first bias)oppa sambil terkekeh pelan ketika melihat semburat merah dipipi putih Cheonsa.
“Yak oppa! Kau membuatku malu.” Kataku sambil menutup wajahku yang pasti sudah semerah kepiting rebus.
“Hehe.. kau ini lucu sekali. Kajja! Kita sudah sampai.”
“Ye, gomawo sudah mengantarku.” Kataku sambil membungkuk padanya. Tak lama setelah itu mobil milik (first bias)oppa mulai menjauhi pelataran kampusku.
‘ada apa denganku? Kenapa ketika berada didekatnya, jantungku berdetak lebih kencang.’

***
Setelah semua pelajaran dikampus usai, (second bias)oppa benar-benar menjemputku dan mengajakku makan siang disebuah restoran. Selama perjalanan kami bercanda hingga tertawa terpingkal-pingkal, hingga 30 menit kemudian kami tiba direstoran sederhana. Kami sangat menikmati hidangan yang kami pesan. Tak lupa (second)oppa memberiku kue tart yang sangat enak.
Hal berikutnya yang kami lakukan adalah pergi ke Lotte World. Sebagai hadiah ulang tahun, (second bias)oppa mentraktirku belanja. Mendengar hal itu, seketika aku menarik tangannya dan mengajaknya menuju butik. Aku senang sekali belanja pakaian. Sesampainya dibutik, aku segera berkeliling untuk menemukan pakaian yang aku cari. (second bias)oppa duduk disofa dekat kasir sambil memainkan handphonenya. Baru beberapa menit aku berkeliling, kulihat (second bias)oppa nampak sedang menerima telepon dari seseorang.
“Sa~ya, setelah kau selesai dengan belanjaanmu, ikut aku ketempat sky ne.” Kata (second bias)oppa ketika ia selesai menerima telepon tadi.
“Bukannya kau tak terlalu menyukai tempat sky oppa?” tanyaku disela-sela memilah-milah baju.
“Sudahlah kau ikut saja...”
“Tapi aku tak membawa mantel yang lebih tebal oppa.”
“Semuanya sudah dipersiapkan. Kajja.”
“Arra... Eh chakkaman, dipersiapkan? Nugu oppa?”
“Nanti kau juga tahu sendiri, kajja. Kasihan dia kalau harus menunggu kita terlalu lama.”
 Setelah membayar seluruh belanjaanku, kami segera bergegas pergi ketempat sky. Entah kenapa tiba-tiba (second bias)oppa mengajakku ketempat itu. Padahal dia hampir tak pernah mengajakku ketempat sky. Molla, yang jelas hari ini aku harus bersenang-senang.

***
“Annyeonghaseyo tuan (second bias), nona Cheonsa... kalia sudah ditunggu oleh tuan muda di lapangan utama.” Sapa seorang yeoja cantik berpakaian rapi saat kami tiba ditempat sky.
“Kamsahamnida sekretaris Jung.” Kata (second bias)oppa pada yeoja itu. Kemudian (second bias)oppa menggandengku menuju lapangan utama dari arena sky ini.
“Oppa, siapa yang dimaksud tuan muda oleh yeoja tadi? Yang aku tau dia bukan sekretaris keluargamu.” Tanyaku saat kami tengah berjalan menuju lapangan utama.
“Sudahlah, nanti kau juga akan tahu sendiri. Ja, pakai mantel ini agar kau lebih hangat nanti.” Kata (second bias)oppa sambil memberiku mantel berwarna blue saphire.
“Eh oppa mau kemana?” tanyaku ketika melihat (second bias)oppa melangkah pergi meninggalkanku sendirian.
“Oppa ada urusan sebentar. Kau tunggu saja disini. Kau juga tak akan sendirian nanti.” Jawab (second bias)oppa sambil tersenyum kemudian beranjak pergi.
Tepat setelah (second bias)oppa benar-benar meninggalkanku sendirian disini, lampu yang menerangi lapangan utama tiba-tiba padam. Panik, kurogoh handphone dari dalam tasku, yang paling tidak bisa menjadi sumber cahaya selama aku ditempat ini. Sial, handphoneku lowbat. Kyaaa eottokhe....
Samar-samar terdengar alunan musik dan seseorang yang tengah bernyanyi dengan merdunya (bayangin aja lagu Super Junior yang romantis menurut versi reader). Suasana ruangan ini masih gelap, aku tak bisa melihat apapun disini. Perlahan tapi pasti alunan lagu dan suara yang indah itu semakin mendekat kearahku.
“Nuguseyo?” kataku sembari melihat sekeliling.
“...”
“Yak! Kau jangan membuatku takut. Sebenarnya kau ini siapa?”
Tiba-tiba terdapat cahaya lampu yang menyorot seseorang yang tengah bermain alat musik ditengah-tengah arena sky. Posisi orang itu membelakangiku dan tertutup semacam kain yang terbentang menutupi orang itu sehingga aku tak dapat melihat dengan jelas siapa orang itu. Kulangkahkan kakiku untuk mendekati orang itu. Baru 2 langkah aku berjalan, kakiku serasa menginjak sesuatu. Ternyata aku menginjak semacam kartu, kuambil kartu itu dan membaca isinya.
Majulah 10 langkah dari tempatmu berdiri
Kau akan lihat apa yang sudah aku persiapkan untukmu...

(julukan first biasmu)

“Siapa sebenarnya yang menulis kartu ini?”
Entah atas dorongan atau tanpa menaruh sedikitpun rasa curiga pada sipenulis kartu itu, aku menuruti isi kartu tersebut dan mulai berjalan. Tepat pada langkah ke-10, tempatku berdiri saat ini semakin dekat dengan kain pembatas yang menutupi sosok orang yang sejak tadi bersenandung itu. Betapa terkejutnya aku ketika lampu yang menyorot tepat keorang itu seketika mati dan lampu-lampu kecil diatasku menyala dengan cantiknya. Lama kutatapi kemilau lampu itu. Sampai tiba-tiba lampu itu bergerak seperti hendak merangkai suatu kata. Dan benar saja, lampu itu menyatu dan membentuk kata.

Can you be my girl?
Cheonsa... saranghae

Tanpa kusadari air mataku menetes membasahi pipiku. Rasa bahagia, terharu sekaligus bingung berkecambuk didalam pikiranku.
“Ini memang terlalu cepat mengingat kita baru 2hari bertemu dan saling kenal. Tapi entah kenapa aku merasakan ada yang lain pada dirimu. Aku memang bukan orang yang romantis dan sempurna untuk menyatakan perasaanku padamu Cheonsa~ya.” Kata seseorang dari belakang. Sontak aku berbalik badan.
“Tapi aku hanya bisa memberikanmu cinta tulusku hanya untukmu.” Ucapnya lagi sambil menyeka sisa air mataku.
(first bias)oppa...” kataku lirih.
“Lalu apa jawabanmu Cheonsa~ya?”
“Ne oppa, nado saranghae.” Ujarku lirih sambil menundukkan kepalaku. Dimenit berikutnya, (first bias)oppa sudah merengkuhku kedalam pelukan hangatnya.
“Oppa, apakah kau yang bermain musik dan menyanyikan lagu tadi ketika aku sendirian ditempat ini.” Tanyaku masih dalam pelukan (first bias)oppa.
“Ne, aku yang bernyanyi, tapi bukan aku yang memainkan musiknya.”
“Lalu, yang tadi tersorot cahaya nugu oppa?”
“Aku.. hehe. Chukkae Cheonsa~ya. Chukkae (first bias)~ah.” kata (second bias)oppa sambil terkekeh.
“Yak! Oppa, ternyata kau tak benar-benar meninggalkanku. Kau tau aku sangat ketakutan saat gelap tadi.” Kataku sambil memukul lengannya.
“Ah.. ah.. appo... appo.. hentikan Sa~ya. Mian.. mian, hentikan.” Kata (second bias)oppa sambil berusaha menghindari pukulanku.
“Sudahlah, chagiya... kau tak melihat (second bias) sudah kesakitan seperti itu.”
“Itu balasan untuk (second bias)oppa, karena dia sudah mengerjaiku.”
“Aku yang memintanya untuk melakukan semua ini, chagi. Kalau tak karena dia, mungkin kau tak ada disini sekarang.” Kata (first bias)oppa sembari menggenggam tanganku. Akhirnya aku menghentikan aksiku memukuli (second bias)oppa.
“Kau harus berjanji menjaganya dan tak kan pernah membuatnya menangis (first bias)~ah.” Ujar (second bias).
“Ne, yakso.” Kata (first bias).

***

Hari-hariku setelah malam itu berubah menjadi lebih berwarna. Kini usia hubunganku dengan (first bias)oppa menginjak usia 1 tahun. Selama 1 tahun, ia dan (second bias)oppa bergantian menjemputku tanpa aku minta. Alasan yang mereka gunakan selalu sama yaitu karena mengkhawatirkanku.
Sudah genap seminggu, (first bias)oppa tak pernah mengantar atau menjemputku. Saat ini dia tengah sibuk dengan pekerjaannya. Selama aku jauh dari (first bias)oppa, aku menjadi tak bersemangat melakukan apapun, kecuali menyelesaikan novelku yang sudah 90% jadi. (second bias)oppa sudah berkali-kali mengingatkan dan memberitahuku, tapi semua itu seperti tak berpengaruh apapun padaku. Entah kenapa, rasanya seperti ada yang hilang dari hari-hariku.
***
Drrrttt... Drrrttt...
Getaran handphoneku yang kuletakkan disamping bantalku, membangunkanku dari istirahat siangku. Rasa malas yang menguasai tubuhku, membuatku malas untuk sekedar menjawab panggilan masuk itu.
Drrrttt... Drrrttt...
Aish, jinjja, benar-benar mengganggu tidurku saja. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih, kuraih handphone itu dan mengangkat telepon yang masuk tanpa melihat nama si penelpon.
“Yeoboseyo?” kataku malas.
“Chagiya, kau baru bangun tidur sepertinya. Apa aku mengganggu tidurmu?” kata seseorang dari seberang telepon.
(first bias)oppa...” Mendengar suaranya, seketika aku duduk menyandar pada tembok.
“Ne, mianhae aku tak memberimu kabar seminggu ini. Bogoshipo Cheonsa~ya.”
“Nado oppa, jeongmal bogoshipo.”
“Aku tahu kau juga merindukanku. Aku harap kau malam ini tak ada acara, karena aku akan mengajakmu pergi.”
“Odiega oppa?”
“Rahasia... nanti jam 7 aku jemput. Saranghae chagi. Anyyeong.”
“Nado oppa. Anyyeong.” Saking senangnya karena (first bias)oppa akan mengajakku pergi malam ini, aku sudah lompat-lompat diatas tempat tidurku.
“Begitu senangnya kau, sampai tak menyadari ada orang sudah berdiri disini sejak tadi.” Kata seseorang yang sedang menyandar dipintu kamarku.
“Oppa, sejak kapan oppa disitu? Apa kau mendengar semua percakapanku dengan (first bias)oppa?”
“Ya, bisa dibilang begitu. Dia hebat bisa membuatmu segila ini karena merindukannya.”
“Sudahlah oppa, kau membuatku malu.” Kataku sambil menutup wajahku dengan bantal. Kemudian (second bias)oppa duduk disamping ranjangku dan mengacak-acak rambutku.
“Ngomong-ngomong, kenapa oppa bisa ada disini?”
“Ahjuma dan ahjussi memintaku untuk menjagamu malam ini. Mereka sudah berangkat ke Tokyo saat kau tidur tadi.”
“Aish, eomma dan appa kenapa tak membangunkanku.” Gerutuku.
“Mereka tak ingin mengganggu tidurmu Sa~ya. Ja, sana mandi, kau tak lihat ini sudah jam 6 sore.”
“OMO!!!”
“Waeyo?”
“Oppa.... (first bias)oppa akan menjemputku jam 7 nanti. Ja, oppa keluar dari kamarku.” Kataku sambil mendorongnya keluar dari kamarku.
“Yak! Kenapa jadi aku yang diusir.” Ujar (second bias)oppa. Saat kami sudah berada didepan pintu kamarku, kujulurkan lidahku sambil terkekeh kemudian menutup pintu.
***

Tepat pukul 7, mobil (first bias)oppa terparkir didepan rumahku. Ketika aku turun dan hendak menemuinya, dia sedang ngobrol dengan (second bias)oppa.
“Sepertinya kalian serius sekali, sedang ngomongin apaan sih?” tanyaku kemudian duduk disebelah (first bias)oppa.
“Eobseoyo Cheonsa~ya, kajja kalian berangkat. Jaga Cheonsa baik-baik ne (first bias)~ah.” Kata (second bias)oppa yang kemudian mengantar kami hingga kedepan pintu.
“Jaga rumah ne, oppa. Kekeke” ujarku saat masuk kedalam mobil (first bias)oppa dan sukses mendapat jitakan dari (second bias)oppa.
“Yak! Oppa... appo. (first bias)oppa, lihatlah, kepalaku sakit kena jitakan dari (second bias)oppa.” Ujarku manja.
“Cih, kau ini manja sekali.” Cibir (second bias)oppa.
“Sudah sudah, kalian ini apa setiap hari kalian bersikap seperti ini. Kami berangkat dulu ne. Anyyeong (second bias)~ah.” Kata (first bias)oppa.
“Ne, hati-hati.” Setelah itu mobil (first bias)oppa mulai melaju perlahan.
Selama perjalanan, kami saling menceritakan hal-hal yang kami lalui seminggu terakhir. Sesekali (first bias)oppa menyanyikanku sebuah lagu, kemudian lagu itu terhenti karena (first bias)oppa menganggap suaranya jelek. Tapi sejelek apapun suara (first bias)oppa, bagiku, suaranya tetaplah suara terindah yang pernah kudengarkan karena dia menyanyi dengan sepenuh hatinya untukku.
“Oppa, kenapa berhenti bernyanyi? Aku masih ingin mendengar suaramu.”
“Aniyo, suaraku jelek. Tidak usah dilanjutkan ya.”
“Chagiya, jangan pasang ekspresi seperti itu. Wajahmu jadi bertambah lucu kalau kau seperti itu. Can you give me your smile, chagi? Malam ini aku ingin mengajakmu bersenang-senang.” Ucap (first bias)oppa ketika melihat aku mem’pout’kan bibirku. Aku hanya bisa tersenyum saat mendengar (first bias)oppa mengatakan itu padaku.
“Ja, kita turun, kita sudah sampai ditempat tujuan. Hehe” kata (first bias)oppa.
“Ige, eodi oppa.”
“Rahasia, sekarang aku akan menutup matamu terlebih dahulu.”
“Oppa, kenapa malah mataku ditutup. Kau akan membawaku kemana oppa?” tanyaku saat (first bias)oppa selesai memasang penutup mata dan mulai mengajakku berjalan perlahan melewati rerumputan, karena hanya itu yang dapat dirasakkan oleh kakiku.
“Uji nyali.” Jawabnya enteng sambil terkekeh.
“Oppaaa... aku serius!”
“Nanti kau juga tahu chagi, sabar ne.” Aku hanya mengangguk dan terus berjalan dengan dibimbing oleh (first bias)oppa.
Perlahan kurasakan tangan (first bias)oppa sudah tak memegani pundakku. Itu artinya, aku ditempat yg entah dimana ini sendirian. Yak! Oppa! Kenapa kau meninggalkanku. Karena kesal, kubuka penutup mataku secara kasar dan membuangnya. Aku berjalan kesana kemari untuk menemukan (first bias)oppa, tapi nihil. Aku tetap berjalan sesuai arah kakiku melangkah. Sampai langkahku terhenti saat menatap sebuah spot dekat danau yang didekorasi dengan sangat indah. Kulangkahkan kakiku mendekati spot itu. Anak-anak kecil yang lucu dan menggemaskan berdiri beriringan seolah menyambutku.
“Eonni, ini untukmu.” Kata seorang gadis kecil manis berambut hitam lurus dengan bando merah muda dikepalanya.
“Dari siapa ini?”
“Dari oppa tampan yang memberiku lolipop ini.” Katanya sambil menunjukkanku sebuah lolipop warna warni sambil tersenyum.
“Kalau boleh eonni tahu, oppa tampan yang memberimu lolipop itu eodiga?” Gadis kecil itu kemudian pergi sebelum sempat menjawab pertanyaanku. Tiba-tiba sepasang telapak tangan kekar menutup mataku dari belakang. Saat kulepas tangan itu dan menoleh kebelakang, betapa terkejutnya aku ketika melihat sebuah kalung dengan bandul cincin yang bermata biru saphire.
“Oppa, kalung ini indah sekali.”
“Boleh kupasangkan ini dilehermu?” tanya (first bias)oppa dan aku mengangguk. Setelah kalung itu melingkar dileherku, petasan-petasan cantik bermunculan dilangit.
“Oppa, ini indah sekali.”
“Aku tahu kau menyukainya makanya kupersiapkan semua ini untukmu. Tapi ada satu hal yang harus kuberitahukan padamu Cheonsa~ya.” Kata (first bias)oppa yang seketika terduduk malas dibangku dekat danau.
“Gwenchanayo, oppa?” (first bias)oppa menggeleng. “Palli marhaebwa oppa.”
“Eomma, memintaku untuk menggantikan appa mengurus perusahaan di London. Dan itu artinya aku akan meninggalkanmu selama 2 tahun.” Kata (first bias)oppa yang kemudian menyandarkan kepalaku dipundaknya.
“Pergilah oppa, jika itu memang keputusan eommamu, aku akan menunggumu oppa.”
“Aku sudah berusaha menolak, tapi eomma tetap memaksaku.”
“Oppa... Lihat aku...” kataku sambil menangkupkan kedua tanganku di kedua pipinya. “Apapun yang terbaik untukmu, aku yakin itu juga yang terbaik untukku. Maka dari itu pergilah oppa. Aku akan menunggumu hingga kau kembali selama apapun itu. Asalkan kau kembali, aku akan tetap menjaga hati ini untukmu oppa.”
“Aku percaya padamu chagi, jeongmal saranghae. Aku akan kembali setelah 2 tahun. Dan aku akan tetap menjaga hati ini seperti kau menjaga hatimu.”
“Yakso oppa?”
“Ne, yakso. Saranghae chagiya.”
“Nado, saranghae oppa.”
 

2 komentar:

  1. yaak author ceritanya bwt aku ngefly hueh ^-^ tpi author saya tau ini ff romance tpi apa hidup semulus & seindah itu bukankan hrus ada konflik jga ^^
    yak author ada lanjutanya tdk ? saya pnasaran yuay stelah 2 th itu gmana ? wkwk
    ditunggu ff trbrunya ^^
    mian panjang lebar ! gamsa *bow*

    BalasHapus
    Balasan
    1. gomawo sudah berkunjung *bow*

      After story sih ada, memang khusus yg ini nggak ada konfliknya...

      aku sedang berimajinasi full romance makanya jadi abal-abal kayak gitu
      nanti saat after story baru penindasan hehehe *ketawaevil*

      so ditunggu aja ya...
      dan satu hal... saya sendiripun tak tau kapan buat after storynya .__.

      Hapus