Author : Ima {@Imasitinoorc | twitter}
Genre :
Romance
Length :
One Shot, short FF
Cast :
Han Cheonsa ( as you )
Your first bias and Your second bias (fill it
with your bias)
Author Note:
Author comeback again *dancewithmello* #abaikan.
Untuk kesekian kalinya author mencoba bikin ff dengan genre romance. Mian kalo
hasilnya abal-abal. Maklum ya soalnya author masih dalam proses belajar. Awas ranjau
typo. Untuk ff ini, kayaknya nggak bisa disebut short ff. Lebih tepatnya long
ff (^-^)V
Dalam
ff ini, author tidak mengikat(?) siapa cast namja. Hal ini author lakukan
supaya semua reader bisa berimajinasi dalam ff ini bersama dengan bias masing-masing.
Maaf jika penulisan bahasa koreanya salah, karena author sebenarnya tidak
terlalu menguasai bahasa korea. Semua POV disini adalah milikmu but this
fanfiction milik author. ^-^
I hope
you can like it. And leave your comment.
(If you
can’t leave your comment in my blog, you can give your comment in my twitter)
Recommended song : Promise You – Super Junior KRY
It’s You, Memories – Super Junior
Happy Readng all ^^
Promise You
Tak ada yang spesial malam ini.
Semuanya nampak sama seperti malam-malam sebelumnya di Kota Seoul. Dingin,
sunyi dan tenang, kira-kira seperti itulah gambaran malam ini. Bergelut dengan
laptop adalah keseharianku atau mungkin merupakan pekerjaanku. Aku adalah anak
semata wayang dikeluargaku. Perekonomian keluargaku sudah lebih dari cukup
untuk mencukupi semua kebutuhanku. Aku merupakan seorang mahasiswa disalah satu
universitas dikota Seoul dan juga seorang penulis fiksi. Kutekuni pekerjaan ini
semata bukan karena penghasilan, karena aku tahu kalau penghasilan sebagai
penulis tidak akan mencukupi semua kebutuhanku. Hobi, ya, alasanku tetap pada
pekerjaan ini adalah karena hobiku sejak duduk di bangku SMA.
“Cheonsa~ya,
apakah kau sedang sibuk. (second bias)ssi
mencarimu.” Teriak eomma dari balik pintu kamarku.
“Ne,
eomma, sebentar lagi aku turun.” Tak lama setelah itu kudengar derap langkah
yang mulai menjauh dari kamarku. Setelah ku save semua file dalam laptopku, aku
bergegas menemui sahabat baikku yang sudah kuanggap seperti oppaku sendiri, dia
sedang menungguku di ruang tamu.
@ Living room Cheonsa’s House
Saat
menuruni anak tangga menuju ruang tamu karena letak kamarku yang berada
dilantai dua, kulihat seorang namja dengan blazzer hitam tengah sibuk dengan
handphonenya. Entah apa yang sedang ia lakukan.
“Annyeong
(second bias)oppa, kenapa kau nampak
rapi sekali saat datang kerumahku?” tanyaku lalu duduk dihadapannya.
“Aishh,
kau ini. Aku baru saja bertemu dengan chinguku. Dia ternyata salah seorang dari
penggemar novelmu.” Terangnya.
“Jeongmallyo
oppa. Tapi apa yang membawamu kemari?”
“Chinguku
ingin bertemu denganmu.” Jawabnya enteng sembari menyandarkan dirinya disofa.
“Mwo!
Tapi kenapa bisa oppa?” kemudian (second
bias)oppa menceritakan kronologisnya, dan kenapa chingunya ingin bertemu
denganku.
Setelah
kudengar penjelasannya, sekarang aku tau siapa biang keladi yang menyebabkan
chingu (second bias)oppa ingin
bertemu denganku. Tidak lain dan tidak bukan adalah (second bias)oppa. Karena paksaan dari (second bias)oppa, akhirnya aku memutuskan untuk bersedia menemui
chingunya.
***
Pagi
ini eomma menyuruhku untuk pergi berbelanja ke supermarket karena persediaan
makanan dirumah sudah mulai menipis, karena aku tak ada jam kuliah hari ini,
aku pun menyanggupi permintaan eomma. Letak supermarket yang tidak terlalu jauh
membuatku memutuskan untuk berjalan kaki. Supaya tak bosan selama berjalan, ku
letakkan headsetku di telinga dan mulai mendengarkan lagu sembari bersenandung
kecil.
“Yak!!
Agassi, menyingkir dari jalan itu!!!” teriak seseorang tiba-tiba.
“Seperti
ada yang berteriak.” Kataku tanpa melepas headsetku.
“Agassi,
awaaaasss!!!” teriak orang tadi lebih keras, sontak kulepaskan headsetku dan
kuarahkan pandanganku pada sisi sebelah kananku. Dengan kecepatan yang sangat
cepat, kulihat seseorang dengan sepedanya melaju kearahku, sepertinya rem
sepedanya blong. Aku bingung harus berbuat apa. Sebaiknya aku lari dari sini,
tapi entah kenapa kakiku sangat sulit untuk digerakkan, akhirnya kututup
mataku. Beberapa detik kemudian, aku merasakan hal yang aneh. Tapi kenapa
rasanya hangat. Sebenarnya apa yang sedang terjadi.
“Agassi,
gwenchanayo?” tanya seseorang. Dari suaranya, bisa dipastikan kalau dia adalah
seorang namja. Aku mendongak dan membuka mataku. Eh kenapa aku bisa ada
dipelukan orang ini.
“Nan...
nan gwenchana. Bisa kau lepaskan pelukanmu agassi, aku tidak bisa bergerak.”
Ucapku lirih.
“Oh,
ne, mian.” Ucapnya sembari melepas pelukannya. “Nan neun (first bias) imnida, siapa namamu?”
“Nan
neun Han Cheonsa imnida.”
“Hmm,
lain kali kau harus lebih berhati-hati Cheonsa~ssi, untung saja orang bersepeda
tadi tak menabrakmu.” Kata (first bias)
sambil tersenyum hangat.
“Ah..
ye.. gamsahamnida (first bias)~ssi,
kalau begitu aku pergi dulu.” Kataku sambil membungkuk sekilas padanya lalu
beranjak pergi dari tempat itu.
“Aku
harap kita bisa bertemu kembali Cheonsa~ssi.” Gumam (first bias) sesaat setelah Cheonsa pergi.
***
Senja
datang dengan menyisakan sedikit cahaya dari sang surya yang menembus
celah-celah jendela kamarku. Kembali menulis naskah untuk novelku yang baru.
Sebuah novel dengan genre romance. Ketika baru beberapa menit mengetik, wajah
namja yang menolongku tadi pagi sekelebat memenuhi pikiranku. Entah apa yang
membuatku bisa mengingat wajah namja itu. Namja tampan dengan senyum hangatnya.
Saat
malam menjelang, aku sudahi pekerjaanku dan mulai mempersiapkan diri, karena
tepat pukul 8 (second bias)oppa akan
menjemputku dan bersama-sama menemui chingunya. Dengan mengenakan dress putih
selutut yang aku padukan dengan blazzer peace, membuat penampilanku sedikit
feminim. Aku jarang sekali menggunakan dress, kecuali kalau sedang menghadiri
pesta atau saat sedang mempromosikan novelku. Dan entah karena alasan apa,
malam ini aku harus memberikan kesan manis pada seseorang yang hendak kutemui
bersama second bias)oppa nanti.
Ketika
jam dinding tepat menunjukkan pukul 8 malam, mobil sport milik (second bias)oppa sudah terparkir
dihalaman depan rumahku. Aku bergegas turun dan setelah berpamitan dengan appa
dan eomma, aku segera bergegas keluar. Diluar kudapati (second bias)oppa yang sedang berdiri disamping mobilnya sembari
memasukkan jemarinya pada saku celananya. Ia nampak sangat keren dengan
stylenya.
“Neomu
yeppo uri Cheonsa.” Ucap (second bias)oppa
sambil melihatku dari atas sampai bawah.
“Ah
oppa, kau ini memujiku atau mengejekku sih?” kataku sambil melipat kedua
tanganku didepan dadaku.
“Aku
tak mengejekmu Cheonsa. Kau sangat cantik dengan dress itu. Jarang sekali aku
melihatmu mengenakan dress saat pergi bersamaku.”
“Kalau
hanya pergi bersamamu, buat apa aku repot-repot mengenakan dress, sudahlah
oppa, kajja kita berangkat hari sudah makin malam.”
“Arraseo,
kajja!” Kemudian (second bias)oppa
membukakan pintu untukku dan kami pun segera pergi menemui chingunya disebuah
cafe.
@ Cafe...
Sesampainya
didepan cafe, (second bias)oppa
memintaku untuk masuk duluan karena ia akan memarkirkan mobilnya, aku hanya
mengangguk dan perlahan berjalan memasuki cafe itu. Cafe yang cukup mewah
menurutku. Kuedarkan pandanganku kesetiap penjuru ruangan sembari mencari
chingu (second bias)oppa yang katanya
mengenakan kemeja berwarna blue saphire, tapi banyak orang diruangan ini yang
mengenakan baju dengan warna itu. Bahkan aku pun belum pernah bertemu dengan
chingunya.
“Cheonsa~ya,
kau sudah menemukan chinguku?” tanya (second
bias)oppa mengagetkanku.
“Eh..
belum oppa, sangat banyak orang yang mengenakan kemeja blue saphire disini, apa
mungkin dia belum datang.”
“Ya
sepertinya begitu karena aku juga tak melihatnya, sebaiknya kita mencari tempat
duduk dulu dan memesan minuman sembari menunggunya datang. Aku akan mencoba
menghubungi ponselnya.”
“Arraseo
oppa.” Setelah memesan minuman, aku duduk disamping (second bias)oppa yang masih sibuk menghubungi chingunya. Aku pun
turut menyibukkan diriku dengan ponsel dan headsetku yang selalu kubawa kemanapun
aku pergi.
Tak lama
kemudian...
“Annyeong
(second bias)~ah, mian aku
terlambat.”
“Oh
annyeong (first bias)~ah, gwenchana,
kami juga belum lama.” Karena merasa ada yang datang, kulepaskan headsetku. Eh,
tunggu dulu... nama itu. Sepertinya aku tak asing dengan nama itu.
“Cheonsa~ya,
perkenalkan dia (first bias), dia
adalah chinguku, ani lebih tepatnya sunbaeku saat masih SMA.” Kata (second bias)oppa. Ketika kulihat wajah
chingu (second bias)oppa, benar
dugaanku, dia nampak tak asing bagiku.
“Annyeonghaseo
Cheonsa~ssi, kita bertemu lagi.” Kata (first
bias) sambil tersenyum. Aigoo senyumnya manis sekali.
“Ne..
neo...”
“Eh,
kalian sudah saling kenal?” tanya (second
bias)oppa bingung.
“Kami
bertemu pun juga tidak sengaja (second
bias)~ah.”
“(first bias)ssi benar oppa, kami bertemu
karena kelalaianku.” Ucapku sambil menunduk. Ya Tuhan, kenapa dia begitu
mempesona malam ini. Jauh lebih mempesona jika dibandingkan saat kami pertama
kali bertemu.
Setelahnya,
kami saling ngobrol dan membahas banyak hal. Termasuk tentang (first bias)ssi yang benar mengagumi
novel-novel hasil karyaku. Dia juga memberiku kritik dan saran yang sangat
membantuku. Sesekali (second bias)oppa
ikut menimpali kritik dan saran dari (first
bias)ssi. Malam ini aku sangat senang bisa berada ditengah-tengah mereka.
Karena waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, (second bias)oppa mengajakku pulang.
***
Suasana
malam kota Seoul hari ini benar-benar dingin dan indah. Lampu-lampu pertokoan
bersinar terang layaknya kunang-kunang ditengah langit malam yang gelap gulita.
Dingin yang makin merasuk tulangku, membuatku makin merapatkan jaket yang
tengah kukenakan. Detik selanjutnya aku hanya termenung menatap jalanan
disekitar rumah melalui jendela kamarku.
Promise
you... Promise You~
Ringtone
ponselku pertanda ada pesan masuk membuyarkan lamunanku. Promise you. Ya, lagu
dari salah satu idol grup favoriteku. Super Junior, namun lagu itu dinyanyikan
oleh sub grup mereka yaitu Super Junior KRY. Kalian pasti bertanya-tanya kenapa
aku lebih memilih lagu bernada slow sebagai ringtone ponselku. Bukannya lagu
Super Junior lainnya yang lebih ngebeat, misalnya saja Shake It Up, Be My Girl atau mungkin Sexy, Free & Single. Tak ada alasan khusus, hanya saja aku
menyukai lagu yang satu ini. Ternyata pesan masuk itu dari (second bias)oppa.
From : (second bias)oppa
Cheonsa~ya, sepulang kuliah besok apakah
kau ada acara?
To
: (second bias)oppa
Aku tak ada acara apa-apa oppa waeyo?
–send-
Reply
From : (second bias)oppa
Eobseoyo, besok
kan hari ulang tahunmu, rencananya aku ingin mengajakmu jalan-jalan sambil
merayakan ulang tahunmu.
Astaga
kenapa aku bisa lupa kalau besok adalah hari ulang tahunku.
To : (second bias)oppa
Astaga oppa, aku
sampai lupa dengan hari ulang tahunku sendiri. Baiklah oppa, besok aku kuliah
sampai pukul 11. –send-
Reply From : (second bias)oppa
Arraseo. Tapi
mian Sa~ya, besok pagi oppa tak bisa menjemput dan mengantarmu ke kampus.
To : (second bias)oppa
Gwenchana oppa,
aku bisa berangkat sendiri. Lagian aku kan juga sering berangkat sendiri. Kau
saja yang terlalu protektif terhadapku. Aku sudah 22 tahun oppa -_-. ~send~
Reply From : (second bias)oppa
Kekeke :D arra
arra kau sudah dewasa. Aku hanya mengkhawatirkanmu Sa~ya. Oh ya, aku sudah
meminta seseorang untuk menjemputmu besok.
To : (second bias)oppa
Nuguya oppa?
–send-
Reply From : (second bias)oppa
Lihat saja
besok. Oke, sudah dulu ya, istirahat yang cukup Cheonsa~ya. Jaljjayo...
To : (second bias)oppa
Arraseo...
jaljjayo too oppa...
“Meminta seseorang untuk menjemputmu”...
Yak!
Siapa orang yang diminta oppa untuk menjemputku besok. Oppa selalu membuatku
penasaran. Aku harap dia tak meminta orang yang aneh untuk menjemputku besok.
***
Tin..tin..
Suara
klakson mobil terdengar saat aku sedang bersiap-siap untuk berangkat kekampus.
Sekilas kuintip sedikit dari jendela, mobil sport hitam terparkir didepan
rumahku. Mungkin dialah chingu (second
bias)oppa yang diminta untuk menjemputku. Setelah meminta izin pada eomma
aku bergegas keluar menemui si pemilik mobil sport hitam itu. Saat aku keluar
dia tengah sibuk dengan ponselnya dan berdiri membelakangiku.
“Neo,
chingu (second bias)oppa?”
“Ah
kau sudah keluar rupanya.” Betapa terkejutnya aku ketika orang itu membalikan
tubuhnya. Dia (first bias), namja
yang aku temui kemarin di cafe. Ternyata (second
bias)oppa memintanya untuk menjemputku.
“Ne..neo...”
kataku gugup.
“Kau
pasti terkejutkan. Hehe. Aku juga terkejut saat (second bias) menelponku dan memintaku untuk menjemputmu. Tapi ya
sudahlah aku juga tak keberatan menjemputmu. Kajja, nanti kau terlambat
kekampus.” Terangnya.
“Oh
ne.”
Perlahan
mobil (first bias) berjalan menjauhi
rumahku. Selama perjalanan, suasana dalam mobil terasa canggung. Tak ada obrolan
yang berarti diantara kami. Akhirnya kuputuskan untuk melihat keluar jendela,
menikmati suasana pagi kota Seoul yang mulai padat.
“Apa
kau tidak suka kalau aku yang menjemputmu?” tanya (first bias) memecah keheningan diantara kami.
“An...
ani (first bias)ssi. Aku hanya belum
terbiasa.” Ucapku ragu.
“Cheonsa~ya,
panggil aku oppa ne. Supaya terdengar lebih akrab.”
“Ah,
ye. O.. op...pa”
“Kau
terdengar gugup sekali Cheonsa~ya. Kekeke..” ujar (first bias)oppa sambil terkekeh pelan ketika melihat semburat
merah dipipi putih Cheonsa.
“Yak
oppa! Kau membuatku malu.” Kataku sambil menutup wajahku yang pasti sudah
semerah kepiting rebus.
“Hehe..
kau ini lucu sekali. Kajja! Kita sudah sampai.”
“Ye,
gomawo sudah mengantarku.” Kataku sambil membungkuk padanya. Tak lama setelah
itu mobil milik (first bias)oppa
mulai menjauhi pelataran kampusku.
‘ada apa
denganku? Kenapa ketika berada didekatnya, jantungku berdetak lebih kencang.’
***
Setelah
semua pelajaran dikampus usai, (second
bias)oppa benar-benar menjemputku dan mengajakku makan siang disebuah
restoran. Selama perjalanan kami bercanda hingga tertawa terpingkal-pingkal,
hingga 30 menit kemudian kami tiba direstoran sederhana. Kami sangat menikmati
hidangan yang kami pesan. Tak lupa (second)oppa
memberiku kue tart yang sangat enak.
Hal
berikutnya yang kami lakukan adalah pergi ke Lotte World. Sebagai hadiah ulang
tahun, (second bias)oppa mentraktirku
belanja. Mendengar hal itu, seketika aku menarik tangannya dan mengajaknya
menuju butik. Aku senang sekali belanja pakaian. Sesampainya dibutik, aku
segera berkeliling untuk menemukan pakaian yang aku cari. (second bias)oppa duduk disofa dekat kasir sambil memainkan
handphonenya. Baru beberapa menit aku berkeliling, kulihat (second bias)oppa nampak sedang menerima telepon dari seseorang.
“Sa~ya,
setelah kau selesai dengan belanjaanmu, ikut aku ketempat sky ne.” Kata (second bias)oppa ketika ia selesai
menerima telepon tadi.
“Bukannya
kau tak terlalu menyukai tempat sky oppa?” tanyaku disela-sela memilah-milah
baju.
“Sudahlah
kau ikut saja...”
“Tapi
aku tak membawa mantel yang lebih tebal oppa.”
“Semuanya
sudah dipersiapkan. Kajja.”
“Arra...
Eh chakkaman, dipersiapkan? Nugu oppa?”
“Nanti
kau juga tahu sendiri, kajja. Kasihan dia kalau harus menunggu kita terlalu
lama.”
Setelah membayar seluruh belanjaanku, kami
segera bergegas pergi ketempat sky. Entah kenapa tiba-tiba (second bias)oppa mengajakku ketempat itu. Padahal dia hampir tak
pernah mengajakku ketempat sky. Molla, yang jelas hari ini aku harus
bersenang-senang.
***
“Annyeonghaseyo
tuan (second bias), nona Cheonsa...
kalia sudah ditunggu oleh tuan muda di lapangan utama.” Sapa seorang yeoja
cantik berpakaian rapi saat kami tiba ditempat sky.
“Kamsahamnida
sekretaris Jung.” Kata (second bias)oppa
pada yeoja itu. Kemudian (second bias)oppa
menggandengku menuju lapangan utama dari arena sky ini.
“Oppa,
siapa yang dimaksud tuan muda oleh yeoja tadi? Yang aku tau dia bukan
sekretaris keluargamu.” Tanyaku saat kami tengah berjalan menuju lapangan
utama.
“Sudahlah,
nanti kau juga akan tahu sendiri. Ja, pakai mantel ini agar kau lebih hangat
nanti.” Kata (second bias)oppa sambil
memberiku mantel berwarna blue saphire.
“Eh
oppa mau kemana?” tanyaku ketika melihat (second
bias)oppa melangkah pergi meninggalkanku sendirian.
“Oppa
ada urusan sebentar. Kau tunggu saja disini. Kau juga tak akan sendirian
nanti.” Jawab (second bias)oppa
sambil tersenyum kemudian beranjak pergi.
Tepat
setelah (second bias)oppa benar-benar
meninggalkanku sendirian disini, lampu yang menerangi lapangan utama tiba-tiba
padam. Panik, kurogoh handphone dari dalam tasku, yang paling tidak bisa
menjadi sumber cahaya selama aku ditempat ini. Sial, handphoneku lowbat. Kyaaa
eottokhe....
Samar-samar
terdengar alunan musik dan seseorang yang tengah bernyanyi dengan merdunya (bayangin aja lagu Super Junior yang
romantis menurut versi reader). Suasana ruangan ini masih gelap, aku tak
bisa melihat apapun disini. Perlahan tapi pasti alunan lagu dan suara yang
indah itu semakin mendekat kearahku.
“Nuguseyo?”
kataku sembari melihat sekeliling.
“...”
“Yak!
Kau jangan membuatku takut. Sebenarnya kau ini siapa?”
Tiba-tiba
terdapat cahaya lampu yang menyorot seseorang yang tengah bermain alat musik
ditengah-tengah arena sky. Posisi orang itu membelakangiku dan tertutup semacam
kain yang terbentang menutupi orang itu sehingga aku tak dapat melihat dengan
jelas siapa orang itu. Kulangkahkan kakiku untuk mendekati orang itu. Baru 2
langkah aku berjalan, kakiku serasa menginjak sesuatu. Ternyata aku menginjak
semacam kartu, kuambil kartu itu dan membaca isinya.
Majulah 10
langkah dari tempatmu berdiri
Kau akan lihat
apa yang sudah aku persiapkan untukmu...
(julukan first
biasmu)
“Siapa
sebenarnya yang menulis kartu ini?”
Entah
atas dorongan atau tanpa menaruh sedikitpun rasa curiga pada sipenulis kartu
itu, aku menuruti isi kartu tersebut dan mulai berjalan. Tepat pada langkah
ke-10, tempatku berdiri saat ini semakin dekat dengan kain pembatas yang
menutupi sosok orang yang sejak tadi bersenandung itu. Betapa terkejutnya aku
ketika lampu yang menyorot tepat keorang itu seketika mati dan lampu-lampu
kecil diatasku menyala dengan cantiknya. Lama kutatapi kemilau lampu itu.
Sampai tiba-tiba lampu itu bergerak seperti hendak merangkai suatu kata. Dan
benar saja, lampu itu menyatu dan membentuk kata.
Can
you be my girl?
Cheonsa...
saranghae
Tanpa
kusadari air mataku menetes membasahi pipiku. Rasa bahagia, terharu sekaligus
bingung berkecambuk didalam pikiranku.
“Ini
memang terlalu cepat mengingat kita baru 2hari bertemu dan saling kenal. Tapi
entah kenapa aku merasakan ada yang lain pada dirimu. Aku memang bukan orang
yang romantis dan sempurna untuk menyatakan perasaanku padamu Cheonsa~ya.” Kata
seseorang dari belakang. Sontak aku berbalik badan.
“Tapi
aku hanya bisa memberikanmu cinta tulusku hanya untukmu.” Ucapnya lagi sambil
menyeka sisa air mataku.
“(first bias)oppa...” kataku lirih.
“Lalu
apa jawabanmu Cheonsa~ya?”
“Ne
oppa, nado saranghae.” Ujarku lirih sambil menundukkan kepalaku. Dimenit
berikutnya, (first bias)oppa sudah
merengkuhku kedalam pelukan hangatnya.
“Oppa,
apakah kau yang bermain musik dan menyanyikan lagu tadi ketika aku sendirian
ditempat ini.” Tanyaku masih dalam pelukan (first
bias)oppa.
“Ne,
aku yang bernyanyi, tapi bukan aku yang memainkan musiknya.”
“Lalu,
yang tadi tersorot cahaya nugu oppa?”
“Aku..
hehe. Chukkae Cheonsa~ya. Chukkae (first
bias)~ah.” kata (second bias)oppa
sambil terkekeh.
“Yak!
Oppa, ternyata kau tak benar-benar meninggalkanku. Kau tau aku sangat ketakutan
saat gelap tadi.” Kataku sambil memukul lengannya.
“Ah..
ah.. appo... appo.. hentikan Sa~ya. Mian.. mian, hentikan.” Kata (second bias)oppa sambil berusaha
menghindari pukulanku.
“Sudahlah,
chagiya... kau tak melihat (second bias)
sudah kesakitan seperti itu.”
“Itu
balasan untuk (second bias)oppa,
karena dia sudah mengerjaiku.”
“Aku
yang memintanya untuk melakukan semua ini, chagi. Kalau tak karena dia, mungkin
kau tak ada disini sekarang.” Kata (first
bias)oppa sembari menggenggam tanganku. Akhirnya aku menghentikan aksiku
memukuli (second bias)oppa.
“Kau
harus berjanji menjaganya dan tak kan pernah membuatnya menangis (first bias)~ah.” Ujar (second bias).
“Ne,
yakso.” Kata (first bias).
***
Hari-hariku
setelah malam itu berubah menjadi lebih berwarna. Kini usia hubunganku dengan (first bias)oppa menginjak usia 1 tahun.
Selama 1 tahun, ia dan (second bias)oppa
bergantian menjemputku tanpa aku minta. Alasan yang mereka gunakan selalu sama
yaitu karena mengkhawatirkanku.
Sudah
genap seminggu, (first bias)oppa tak
pernah mengantar atau menjemputku. Saat ini dia tengah sibuk dengan
pekerjaannya. Selama aku jauh dari (first
bias)oppa, aku menjadi tak bersemangat melakukan apapun, kecuali
menyelesaikan novelku yang sudah 90% jadi. (second
bias)oppa sudah berkali-kali mengingatkan dan memberitahuku, tapi semua itu
seperti tak berpengaruh apapun padaku. Entah kenapa, rasanya seperti ada yang
hilang dari hari-hariku.
***
Drrrttt... Drrrttt...
Getaran
handphoneku yang kuletakkan disamping bantalku, membangunkanku dari istirahat
siangku. Rasa malas yang menguasai tubuhku, membuatku malas untuk sekedar
menjawab panggilan masuk itu.
Drrrttt... Drrrttt...
Aish,
jinjja, benar-benar mengganggu tidurku saja. Dengan kesadaran yang belum
sepenuhnya pulih, kuraih handphone itu dan mengangkat telepon yang masuk tanpa
melihat nama si penelpon.
“Yeoboseyo?”
kataku malas.
“Chagiya,
kau baru bangun tidur sepertinya. Apa aku mengganggu tidurmu?” kata seseorang
dari seberang telepon.
“(first bias)oppa...” Mendengar suaranya,
seketika aku duduk menyandar pada tembok.
“Ne,
mianhae aku tak memberimu kabar seminggu ini. Bogoshipo Cheonsa~ya.”
“Nado
oppa, jeongmal bogoshipo.”
“Aku
tahu kau juga merindukanku. Aku harap kau malam ini tak ada acara, karena aku
akan mengajakmu pergi.”
“Odiega
oppa?”
“Rahasia...
nanti jam 7 aku jemput. Saranghae chagi. Anyyeong.”
“Nado
oppa. Anyyeong.” Saking senangnya karena (first
bias)oppa akan mengajakku pergi malam ini, aku sudah lompat-lompat diatas
tempat tidurku.
“Begitu
senangnya kau, sampai tak menyadari ada orang sudah berdiri disini sejak tadi.”
Kata seseorang yang sedang menyandar dipintu kamarku.
“Oppa,
sejak kapan oppa disitu? Apa kau mendengar semua percakapanku dengan (first bias)oppa?”
“Ya,
bisa dibilang begitu. Dia hebat bisa membuatmu segila ini karena
merindukannya.”
“Sudahlah
oppa, kau membuatku malu.” Kataku sambil menutup wajahku dengan bantal.
Kemudian (second bias)oppa duduk
disamping ranjangku dan mengacak-acak rambutku.
“Ngomong-ngomong,
kenapa oppa bisa ada disini?”
“Ahjuma
dan ahjussi memintaku untuk menjagamu malam ini. Mereka sudah berangkat ke
Tokyo saat kau tidur tadi.”
“Aish,
eomma dan appa kenapa tak membangunkanku.” Gerutuku.
“Mereka
tak ingin mengganggu tidurmu Sa~ya. Ja, sana mandi, kau tak lihat ini sudah jam
6 sore.”
“OMO!!!”
“Waeyo?”
“Oppa....
(first bias)oppa akan menjemputku jam
7 nanti. Ja, oppa keluar dari kamarku.” Kataku sambil mendorongnya keluar dari
kamarku.
“Yak!
Kenapa jadi aku yang diusir.” Ujar (second
bias)oppa. Saat kami sudah berada didepan pintu kamarku, kujulurkan lidahku
sambil terkekeh kemudian menutup pintu.
***
Tepat
pukul 7, mobil (first bias)oppa
terparkir didepan rumahku. Ketika aku turun dan hendak menemuinya, dia sedang
ngobrol dengan (second bias)oppa.
“Sepertinya
kalian serius sekali, sedang ngomongin apaan sih?” tanyaku kemudian duduk
disebelah (first bias)oppa.
“Eobseoyo
Cheonsa~ya, kajja kalian berangkat. Jaga Cheonsa baik-baik ne (first bias)~ah.” Kata (second bias)oppa yang kemudian
mengantar kami hingga kedepan pintu.
“Jaga
rumah ne, oppa. Kekeke” ujarku saat masuk kedalam mobil (first bias)oppa dan sukses mendapat jitakan dari (second bias)oppa.
“Yak!
Oppa... appo. (first bias)oppa,
lihatlah, kepalaku sakit kena jitakan dari (second
bias)oppa.” Ujarku manja.
“Cih,
kau ini manja sekali.” Cibir (second
bias)oppa.
“Sudah
sudah, kalian ini apa setiap hari kalian bersikap seperti ini. Kami berangkat
dulu ne. Anyyeong (second bias)~ah.”
Kata (first bias)oppa.
“Ne,
hati-hati.” Setelah itu mobil (first
bias)oppa mulai melaju perlahan.
Selama
perjalanan, kami saling menceritakan hal-hal yang kami lalui seminggu terakhir.
Sesekali (first bias)oppa
menyanyikanku sebuah lagu, kemudian lagu itu terhenti karena (first bias)oppa menganggap suaranya
jelek. Tapi sejelek apapun suara (first
bias)oppa, bagiku, suaranya tetaplah suara terindah yang pernah kudengarkan
karena dia menyanyi dengan sepenuh hatinya untukku.
“Oppa,
kenapa berhenti bernyanyi? Aku masih ingin mendengar suaramu.”
“Aniyo,
suaraku jelek. Tidak usah dilanjutkan ya.”
“Chagiya,
jangan pasang ekspresi seperti itu. Wajahmu jadi bertambah lucu kalau kau
seperti itu. Can you give me your smile, chagi? Malam ini aku ingin mengajakmu
bersenang-senang.” Ucap (first bias)oppa
ketika melihat aku mem’pout’kan bibirku. Aku hanya bisa tersenyum saat
mendengar (first bias)oppa mengatakan
itu padaku.
“Ja,
kita turun, kita sudah sampai ditempat tujuan. Hehe” kata (first bias)oppa.
“Ige,
eodi oppa.”
“Rahasia,
sekarang aku akan menutup matamu terlebih dahulu.”
“Oppa,
kenapa malah mataku ditutup. Kau akan membawaku kemana oppa?” tanyaku saat (first bias)oppa selesai memasang
penutup mata dan mulai mengajakku berjalan perlahan melewati rerumputan, karena
hanya itu yang dapat dirasakkan oleh kakiku.
“Uji
nyali.” Jawabnya enteng sambil terkekeh.
“Oppaaa...
aku serius!”
“Nanti
kau juga tahu chagi, sabar ne.” Aku hanya mengangguk dan terus berjalan dengan
dibimbing oleh (first bias)oppa.
Perlahan
kurasakan tangan (first bias)oppa
sudah tak memegani pundakku. Itu artinya, aku ditempat yg entah dimana ini
sendirian. Yak! Oppa! Kenapa kau meninggalkanku. Karena kesal, kubuka penutup
mataku secara kasar dan membuangnya. Aku berjalan kesana kemari untuk menemukan
(first bias)oppa, tapi nihil. Aku
tetap berjalan sesuai arah kakiku melangkah. Sampai langkahku terhenti saat
menatap sebuah spot dekat danau yang didekorasi dengan sangat indah.
Kulangkahkan kakiku mendekati spot itu. Anak-anak kecil yang lucu dan
menggemaskan berdiri beriringan seolah menyambutku.
“Eonni,
ini untukmu.” Kata seorang gadis kecil manis berambut hitam lurus dengan bando
merah muda dikepalanya.
“Dari
siapa ini?”
“Dari
oppa tampan yang memberiku lolipop ini.” Katanya sambil menunjukkanku sebuah
lolipop warna warni sambil tersenyum.
“Kalau
boleh eonni tahu, oppa tampan yang memberimu lolipop itu eodiga?” Gadis kecil
itu kemudian pergi sebelum sempat menjawab pertanyaanku. Tiba-tiba sepasang telapak
tangan kekar menutup mataku dari belakang. Saat kulepas tangan itu dan menoleh
kebelakang, betapa terkejutnya aku ketika melihat sebuah kalung dengan bandul
cincin yang bermata biru saphire.
“Oppa,
kalung ini indah sekali.”
“Boleh
kupasangkan ini dilehermu?” tanya (first
bias)oppa dan aku mengangguk. Setelah kalung itu melingkar dileherku,
petasan-petasan cantik bermunculan dilangit.
“Oppa,
ini indah sekali.”
“Aku
tahu kau menyukainya makanya kupersiapkan semua ini untukmu. Tapi ada satu hal
yang harus kuberitahukan padamu Cheonsa~ya.” Kata (first bias)oppa yang seketika terduduk malas dibangku dekat danau.
“Gwenchanayo,
oppa?” (first bias)oppa menggeleng. “Palli
marhaebwa oppa.”
“Eomma,
memintaku untuk menggantikan appa mengurus perusahaan di London. Dan itu
artinya aku akan meninggalkanmu selama 2 tahun.” Kata (first bias)oppa yang kemudian menyandarkan kepalaku dipundaknya.
“Pergilah
oppa, jika itu memang keputusan eommamu, aku akan menunggumu oppa.”
“Aku
sudah berusaha menolak, tapi eomma tetap memaksaku.”
“Oppa...
Lihat aku...” kataku sambil menangkupkan kedua tanganku di kedua pipinya. “Apapun
yang terbaik untukmu, aku yakin itu juga yang terbaik untukku. Maka dari itu
pergilah oppa. Aku akan menunggumu hingga kau kembali selama apapun itu.
Asalkan kau kembali, aku akan tetap menjaga hati ini untukmu oppa.”
“Aku
percaya padamu chagi, jeongmal saranghae. Aku akan kembali setelah 2 tahun. Dan
aku akan tetap menjaga hati ini seperti kau menjaga hatimu.”
“Yakso
oppa?”
“Ne,
yakso. Saranghae chagiya.”
“Nado,
saranghae oppa.”
yaak author ceritanya bwt aku ngefly hueh ^-^ tpi author saya tau ini ff romance tpi apa hidup semulus & seindah itu bukankan hrus ada konflik jga ^^
BalasHapusyak author ada lanjutanya tdk ? saya pnasaran yuay stelah 2 th itu gmana ? wkwk
ditunggu ff trbrunya ^^
mian panjang lebar ! gamsa *bow*
gomawo sudah berkunjung *bow*
HapusAfter story sih ada, memang khusus yg ini nggak ada konfliknya...
aku sedang berimajinasi full romance makanya jadi abal-abal kayak gitu
nanti saat after story baru penindasan hehehe *ketawaevil*
so ditunggu aja ya...
dan satu hal... saya sendiripun tak tau kapan buat after storynya .__.