Cerita ini hanya fiksi dan sebagian kecil dari karyaku, selamat membaca, aku juga butuh kritik dan sarannya ya....
Mohon jangan disalahgunakan... Makasih ^_^
CINTA TERAKHIR
Hai pembaca, kenalin aku Clarista Radisti yang biasa
disapa Tara. Kisah ini ku alami 1 tahun yang lalu, ketika aku baru pertama kali
merasakan indahnya cinta. Tapi ini bukan cinta terakhir yang sebenarnya, yang ku maksud cinta terakhir
adalah cinta terakhir yang kurasakan dengan cinta pertamaku Rendy.
Kisah cinta pertamaku berawal dari acara pesta ulang tahun
temanku, tempat dimana aku bertemu dengan Rendy untuk pertama kalinya. Aku dan
Rendy berkenalan tanpa sengaja ketika minumannya tumpah dan mengenai bajuku. Ia
langsung minta maaf denganku dan aku mengangguk, dan di saat itulah aku
berkenalan dengan Rendy. Dia bernama
lengkap Aditya Rendy Saputra yang akrab disapa Rendy.
Sejak perkenalan itulah kami saling bertukar nomor telpon
dan akhirnya kami malah jadi akrab lalu tak berapa lama ia menyatakan
perasaannya padaku. Dan saat itu aku benar-benar menikmati indahnya cinta
pertamaku. Aku sayang banget sama Rendy, dia mau terbuka sama aku, dan aku
yakin dia tipe orang yang setia.
Suatu hari ketika aku jalan dengannya, aku merasa Rendy
tidak seperti biasanya. Dia yang tadinya selalu ceria dan suka membuat lelucon
yang konyol, tiba-tiba jadi orang yang pendiam.
“ Ren, kamu nggak apa-apa kan? Apa kamu sakit?” tanyaku cemas
“ Nggak, aku nggak apa-apa. Aku baik-baik aja kok.”
jawabnya
“ Tapi Ren, wajah kamu pucat. Kita ke dokter ya. . .”
ajakku
“ Nggak usah aku baik-baik aja kok...”
“Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa, pokoknya kita harus ke
dokter sekarang.” kataku
“Baiklah kalau itu bisa membuatmu tenang.” ujarnya
Akhirnya kami pergi ke rumah sakit terdekat. Setelah
sampai disana aku menemaninya masuk ke ruang dokter, ketika dia diperiksa oleh
dokter, aku mulai merasa takut kehilangan dia. Tapi aku harus positive
thinking, dan aku yakin dia baik-baik aja dan tidak ada penyakit yang serius.
Sementara itu di ruang periksa. . .
“ Dok, saya itu sebenarnya sakit apa?” tanya Rendy
“ Apa anda sering mimisan?” tanya dokter pada Rendy
“ Tidak terlalu sering sich dok, paling kalau lagi merasa
capek aja” jawabnya
“ Oh berarti benar dugaan saya, apa ada keluarga anda
yang mempunyai riwayat menderita penyakit Leukimia?” tanya dokter
“ Setahu saya dulu kakek saya meninggal karena penyakit
tersebut, apa yang sebenarnya terjadi pada saya dok?” kata Rendy
“ Dengan berat hati saya simpulkan anda menderita
Leukimia” jawab dokter
“ Apa masih bisa disembuhkan dok?” tanya Rendy cemas
“ Tipis harapan anda untuk bisa sembuh dan saya harap
anda berterus terang pada orang-orang yang anda kasihi seperti mbak yang sedang
menunggu anda di luar sebelum terlambat.” saran dokter pada Rendy
“ Tapi saya mohon dokter jangan beritahukan hal ini dahulu
pada orang yang menemani saya kesini ya dok. . .Saya tak ingin membuatnya cemas”
pinta Rendy
“ Baiklah. . . Tapi anda harus sering-sering kontrol ya.”
kata dokter
“ Terima kasih dok.” ucap Rendy
Tak lama kemudian dokter dan Rendy keluar dari ruang pemeriksaan,
dan ketika Rendy melihatku, dia memandangku dengan pandangan cemas dan perasaan
takut akan kehilangan dia pun semakin kuat.
“ Sebenarnya apa yang terjadi pada pacar saya dok?”
tanyaku cemas
Tapi sebelum menjawab pertanyaanku, dokter sempat melirik
ke arah Rendy dan sepertinya Rendy terlihat seperti menggelengkan kepala.
“ Dok, jawab dok. . .” kataku makin cemas
“ Anda tenang saja, pacar anda
tidak apa-apa, dan anda tak perlu cemas karena ia hanya kecapekan saja.” jawab
dokter
“ Oh syukurlah kalau begitu.” kataku sedikit tenang
“ Ini obat anda.” kata dokter
“ Terima kasih dok. Kalau begitu
kami permisi.” kata Rendy dan dokter itu mengangguk.
Setelah pulang dari rumah sakit aku memutuskan untuk
mengantarnya pulang tapi dia menolak dan malah dia mengantarku pulang, aku tak
bisa menolak ajakkan tersebut. Dan ketika sampai di rumah aku langsung berpesan
agar dia hati-hati di jalan. Lalu setelah ia berpamitan dengan kedua orang
tuaku, dia menghidupkan mobilnya dan berpamitan pula dengan ku.
Ketika aku rasa dia sudah agak jauh, aku masuk kedalam rumah.
Saat aku masuk ke kamarku, entah mengapa aku ingin sekali memeluk boneka panda yang
Rendy berikan padaku sebagai oleh-oleh dari liburannya ke Bali bersama
keluarganya beberapa waktu lalu dan aku tak ingin melepasnya. Karena bagiku boneka tersebut adalah pengganti Rendy ketika
aku lagi kangen sama dia.
“ Aku haus nich, ke dapur dulu ach.” ujarku dalam hati.
Ketika aku turun dari kamarku, aku terhenti sejenak
ketika aku melihat fotoku dan Rendy yang ada di ruang tamu. Saat aku melihat
foto itu, aku merasa akan ada hal buruk yang terjadi padanya. Dan aku merasa
itu hanya perasaanku saja karena aku terlalu khawatir. Di dapur pun aku merasa sangat takut kehilangan dia. Tapi ku
coba untuk membuat seolah-olah perasaan ini muncul karena aku sangat sayang
sama dia, dan bukan berarti akan ada suatu hal buruk yang akan terjadi pada
Rendy. Sementara itu di jalan. . .
“ Ugh, kenapa aku harus mengidap
penyakit itu, aku nggak rela harus berpisah dari Tara. Aku sayang banget sama
dia.” ujar Rendy dalam hati
Lalu ketika ia melihat kembali ke jalan, ia kaget ketika
melihat ada sebuah mobil yang melaju kencang dari arah berlawanan dan
sepertinya akan bertabrakan dengannya. Tiba-tiba, pyarr , ternyata gelas yang ku pegang jatuh dan saat aku hendak memungut pecahan kaca gelas yang jatuh
tadi, tanpa kusadari tangan ku terkena pecahan kaca dari gelas yang jatuh itu.
“ Pertanda apa ini?” kataku heran
“ Aku harap ini bukan pertanda buruk.”
Tapi gelas jatuh itu memang pertanda buruk karena saat
perjalanan pulang Rendy kecelakaan. Dan tiba-tiba aku mendengar bunyi HPku yang
ada di dalam kamar, lalu aku segera bergegas berlari kearah kamarku yang ada di
lantai 2. Dan ketika ku lihat ternyata Rendy menelpon ku.
“ Hallo Ren, ada apa kok telpon
aku padahal kamu baru aja dari rumahku?” kataku
“ Oh maaf mbak, saya bukan Rendy.
Saya cuma mau ngasih tau kalau mas yang punya HP ini kecelakaan dan sekarang
ada di ruang UGD rumah sakit terdekat.” jelas orang yang menelpon ku dengan HP
Rendy
“ Ng...nggak...nggak mungkin Rendy
kecelakaan. . .” kataku
“ Kalau mbak ingin menjenguknya,
mbak datang saja ke RS Cipto Rahayu.” kata orang itu lagi
Mendengar hal itu seketika tubuhku jadi lemas dan aku tak
kuasa menahan air mataku, dan aku masih tak percaya dengan ucapan orang itu.
Untuk membuktikannya, aku bergegas ke rumah sakit yang disebutkan orang itu.
Ketika aku sampai di rumah sakit tersebut, aku langsung
mencari ruang UGD. Karena aku belum pernah masuk rumah sakit ini, lalu aku
memutuskan untuk bertanya pada suster jaga.
“ Sus, apa benar ada pasien korban
tabrakan yang bernama Rendy, maksud saya Aditya Rendy Saputra?” tanyaku
“Sebentar saya cek dulu. Oh memang
benar tadi ada pasien korban tabrakan yang di bawa kesini tapi saat mengisi
administrasi, nama korban hanya ditulis nama Rendy. Apa benar dia orang yang
anda maksud?” kata suster jaga
“ Ya benar, sekarang dia dirawat
dimana?” kataku tak sabar
“ Pasien tersebut sekarang di rawat
di ruang UGD. Mbak lurus saja nanti belok kanan.” kata suster itu
“ Terima kasih Sus. . .” ujarku
Dan setelah aku berlari mencari ruangan itu, akhirnya aku
menemukannya.
“ Apa benar mbak yang bernama
Tara?” tanya seseorang padaku
“ Ya benar saya Tara. Bapak tahu
darimana kalau nama saya Tara? Apa bapak yang menelpon saya tadi?” tanyaku pada
bapak yang bertanya padaku
“ Oh ya mbak, saya yang menelpon
mbak tadi. Saya tahu nama mbak itu Tara dari panggilan terakhir yang ada di HP
ini. Ini HP mas itu. Kalau gitu saya permisi, oh ya kalau mbak ingin tahu kondisinya
lebih baik mbak langsung masuk saja kedalam ruangan itu.” kata bapak itu sembari
menunjuk suatu ruangan
“ Ya terima kasih. . .” kataku pada bapak itu
Lalu dengan perlahan aku berlari menuju ruangan tersebut.
Ketika aku membuka pintu, aku melihat Rendy terbaring lemah di atas sebuah
ranjang putih, melihat itu aku jadi tak kuasa menahan air mata. Air mataku
makin tak terbendung ketika aku melihat Rendy bernapas dengan dibantu alat
bantu pernapasan, tubuhnya penuh dengan kabel pendeteksi detak jantung dsb.
Sebelum aku mendekat ke ranjang Rendy, aku menghapus air mataku dulu dengan
sapu tangan yang ia berikan padaku saat kakiku terluka dan ia menutup luka
kakiku dengan sapu tangan itu.
“ Ren, kamu harus kuat ya. . .Kamu
harus bertahan.” kataku sambil memegang tangan Rendy
Malam pun berlalu dan mentari pagi yang muncul dari
celah-celah jendela membangunkanku yang tertidur di samping ranjang Rendy. Dan
ketika aku melihat Rendy, ia masih belum sadarkan diri.
“ Ren, aku tinggal sebentar ya,
aku mau ke kamar mandi dulu.” kataku pada Rendy yang belum sadarkan diri
sembari melepaskan tanganku yang dari tadi malam menggenggam erat tangan Rendy
Ketika aku akan beranjak dari tempat dudukku, aku kaget
ketika aku merasa Rendy menggenggam tanganku. Dan ketika kulihat yang
menggenggam tanganku itu benar Rendy.
“ Kamu sudah sadar Ren?” ucapku
“ Ya. Aku sekarang ada dimana?”
tanya Rendy padaku
“ Kamu di rumah sakit, tadi malam
kamu kecelakaan. Aku panggil dokter dulu ya untuk memeriksa kondisi kamu.”
jelasku dan Rendy mengangguk
Betapa senangnya hatiku melihat Rendy sudah sadar. Lalu
aku segera pergi menuju ruang dokter yang menangani Rendy. Setelah ku ceritakan
kondisi Rendy pada dokter, lalu dokter dan beberapa orang suster segera
bergegas ke ruangan dimana Rendy dirawat.
Setelah dokter memeriksa Rendy, ternyata kondisi Rendy
membaik dan siang ini akan dipindahkan keruang rawat biasa. Betapa senangnya
hatiku mendengar ucapan dokter.
Suatu hari ketika aku baru saja dari apotik rumah sakit
itu untuk mengambil obat Rendy. Tiba-tiba saat aku masuk kekamar Rendy, aku
melihat Rendy kejang dan wajahnya tampak pucat sekali. . .
“ Ren, kamu kenapa?” tanyaku panik.
Tanpa berpikir panjang aku langsung bergegas mencari
dokter yang menangani Rendy. Setelah dokter datang, salah satu suster
menyuruhku menunggu diluar. Saat aku di luar, terus berdo’a demi kesembuhan
Rendy. Dan tak lama kemudian seorang suster memintaku untuk masuk ke dalam.
Saat didalam...
“ Ra, aku mau ngomong sesuatu sama
kamu tentang aku.” kata Rendy terbata-bata.
“ Kamu mau ngomong apa?” kataku
“ Sebenarnya a...aku...” ucap
Rendy
“ Iya Ren, kamu kenapa?” kataku
tak sabar
“ Sebenarnya aku mengidap penyakit
Leukimia dan mungkin umurku sudah tak lama lagi.” terang Rendy
“ Ng...nggak mungkin, kamu bohong
kan sama aku...” kataku tak percaya
“ A...aku serius Ra...”
“ Tapi kenapa baru sekarang kamu
beri tahu aku Ren?” tanyaku kaget
“ Maafin aku, bukan maksudku untuk
membohongimu tapi aku hanya tidak ingin membuatmu cemas terhadap kondisiku saat
ini atau mungkin kamu akan pergi tinggalin aku yang saat ini sakit-sakitan.” katanya
terbata-bata
“ Tapi seharusnya kamu kasih tahu
aku kondisi kamu yang sebenarnya. Dan mana mungkin aku meninggalkan kamu dalam
kondisi seperti ini...” kataku menenangkannya.
Tiba-tiba layar yang memperlihatkan detak jantung Rendy
terhenti dan garis yang semula naik turun kini menjadi lurus dan ketika kulihat
Rendy, tak berapa lama kemudian dokter menyatakan kalau Rendy telah pergi.
Betapa terpukulnya hatiku ketika dokter mengatakan itu
padaku. Tapi ada kata-kata terakhir yang ia ucapkan padaku yang membuat hatiku
makin teriris kesedihan, air mata yang sekuat tenaga ku bendung akhirnya
mengalir lembut di pipiku ketika ia menggenggam tanganku dan saat itu pula ia
pergi meninggalkanku tuk selamanya kata terakhir yang ia ucapkan padaku adalah
“ Tara... a...aku sayang dan cinta padamu...”
Itulah saat-saat terakhir aku memegang tangannya,
mendengar suaranya dan merasakan kasih sayangnya yang tulus padaku. Lalu dokter
memintaku keluar, saat diluar aku menangis. Aku bingung harus berbuat apa,
akhirnya aku memutuskan untuk memberi tahukan kabar ini pada orang tuaku dan orang
tuanya Rendy yang berada di Amerika.
Tak berapa lama kemudian orang tuaku datang dan aku
memeluk erat ibuku dan terus menangis. Sedangkan orang tua Rendy baru bisa tiba
di Indonesia keesokkan harinya.
Keesokan harinya Rendy dimakamkan. Saat menyaksikan Rendy
di kebumikan aku hanya terpaku dan terdiam, sempat kulihat beberapa kali ibunya
Rendy jatuh pingsan. Lalu setelah acara pemakaman selesai kami beserta para
pelayat yang hadir pulang, sebenarnya
aku enggan meninggalkan tempat peristirahatan terakhir Rendy. Tapi karena aku
dipaksa pulang oleh orang tuaku dan orang tuanya Rendy akhirnya aku mau
meninggalkan tempat itu.
Dirumah, aku langsung mengurung diri dikamar. Di dalam
kamar aku menangis karena aku masih belum bisa percaya kalau Rendy pergi meninggalkan
aku secepat ini. Masih jelas di ingatanku masa-masa indah yang kami lalui
bersama, kenapa ingatan itu makin kuat terasa ketika ia kini pergi meningglakan
aku. Orang yang ku sayang telah pergi dan kini aku sendiri menjalani
kehidupanku.
BERSAMBUNG....
DI CINTA TERAKHIR Season 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar