Author : Ima
(Han Soo Bin *i’m3424*) ^-^
@imasitinoorc
Tittle : Alunan Nada di Rumah Tua ( Mistery 1 / ? )
Genre :
Mistery, Horror, Friendship
Cast : Rista, Vianca Natasya and other cast
Length : unknow
Author Note : Waspada
ranjau typo!!
Happy Reading
^-^
Mistery 1
Malam itu adalah malam
terburuk yang pernah ku alami seumur hidupku. Malam dimana aku menemui
ketakutan terbesarku yang sangat menyiksa batinku.
“ Ris, bagaimanapun caranya kita harus segera keluar dari
sini” ucapnya padaku.
“ Iya, tapi gimana
caranya?” tanyaku.
“ Aku sendiri juga nggak
tahu.”
Semua kejadian ini
berawal ketika kami berkunjung ke rumah Vianca kemarin. Sampai lupa aku tak
memperkenalkan diri, namaku Miranda Christa Adisti atau Rista. Saat itu, aku,
Vianca dan Natasya sedang bercanda dalam mobilku, karena kami terlalu sibuk
bercanda, tak terasa kami semua mulai memasuki jalan menuju rumah Vianca yg
berada disebuah perumahan elit. Saat aku menengok ke arah kanan untuk
membetulkan spion mobilku, aku melihat rumah mewah yg sangat besar tapi
terlihat sangat tidak terawat.
“ Ca, itu rumah siapa
sich?” tanyaku
“ Rumah yg mana?”
“ Rumah itu, rumah yg
besar tapi sangat tak terawat.”
“Oh, rumah itu. Rumah itu memang dulunya milik seseorang yg
sangat kaya raya tapi 25 tahun yg lalu seluruh keluarga yg tinggal di rumah itu
meninggal dunia.” ujarnya
“ Memang pernah ada kejadian apa di rumah itu?” tanyaku
penasaran.
“ Aku kurang tahu pasti, sudahlah kita ke rumahku dulu nanti
coba kita tanya bundaku siapa tahu beliau mengetahui kejadian itu.” Aku dan
Natasya mengangguk.
Kami meneruskan
perjalanan kami ke rumah Vianca yg letaknya 850 meter dari rumah misterius itu.
Sesampainya disana kami bertemu dengan bundanya Vianca yg kebetulan sedang
duduk santai di taman rumah.
“ Sore, Tante...” sapaku
dan Natasya
“ Sore juga...”
“ Tante, apakah kami
boleh bertanya sesuatu?” tanyaku
“ Tanya masalah apa
ya...?”
“ Begini Tante, sebelum kami kemari, kami melihat sebuah
rumah mewah yg besar dan tak terawat. Apakah Tante tahu itu rumah siapa?” jelas
Natasya.
“ Ya, Tante tahu persis siapa pemilik rumah itu. Dan Tante
juga tahu kejadian dibalik di kosongkannya rumah itu.”
“ Bisa ceritakan pada kami...” pintaku
Lalu bundanya Vianca
bercerita kalau pemilik rumah itu adalah seorang pengusaha yg sukses, ia
tinggal bersama istri, pembantu dan seorang anak perempuannya yg bernama Sandra
Nada Kiraniar Ayu yg akrab disapa Nada. Di mata penduduk sekitar Nada adalah
anak yg cantik, baik hati, sopan, tapi dia adalah anak yg pemalu walaupun ia
senang bergaul. Nada dan bundanya Vianca dulunya adalah sahabat karib.
“ Tante masih
menyimpan foto Tante dengan Nada. Apakah kalian ingin melihatnya?” Kami
mengangguk.
Lalu bundanya Vianca masuk kedalam rumah dan tak berapa lama
kemudian bundanya Vianca keluar dengan membawa selembar foto.
“ Ini foto Tante dengan sahabat Tante, Nada.” Ucap bundanya
Vianca sembari menunjukkan sebuah foto lama.
“ Nada itu yg mana Tante?” tanyaku
“ Ini Nada...”
“ Rianika Kinar Rahayu itu siapa Tante?” tanya Natasya
“ Itu nama bundaku lah gimana sich kamu masa sudah lupa.”
Ujar Vianca
“ Sudah... sudah mau diteruskan atau tidak ceritanya.” Kami
mengangguk.
Suatu sore, Kinar (bundanya
Vianca) datang ke rumah Nada untuk belajar bersama. Ketika Kinar datang,
suasana rumah itu sepi sekali, di rumah itu hanya ada Nada dan Mbok Yem
pembantunya.
“ Da, belajar bareng
yuk.” Ajak Kinar
“ Ya... Masuklah.”
“ Rumahmu kok sepi
banget sich, memang orang tuamu kemana?”
“ Orang tuaku lagi ada
kerjaan di luar kota.” Jawabnya
“ Oh, ya sudah kita mulai sekarang saja.” Kata Kinar dan
Nada pun menganggukkan kepala.
Ketika berjalan ke ruang
tamu aku melihat kotak musik diatas meja ruang tamu.
“ Da, kamu punya kotak musik ya?” tanya Kinar
“ Ya, kotak musik itu diberikan papaku saat beliau pulang
dari Singapura.” Jawabnya
“ Ini kotak musik terbagus yg pernah ku lihat. Boleh ku
hidupkan kotak musik ini?”
“ Ya, tentu saja.”
Ketika Kinar menekan tombol disisi sebelah kiri kotak musik itu,
munculah suara music klasik yg mendamaikan hati pendengarnya.
“ Lagu dari kotak musik ini sangat bagus dan bisa membuat
hatiku jadi tenang. Apa kamu juga merasakan hal yg sama ketika mendengarkan
lagu dari kotak musik ini?” tanya Kinar dan Nada hanya tersenyum.
Selama belajar Kinar dan
Nada bercanda sambil mendengarkan musik dari kotak musik milik Nada ditemani
mbok Yem, dan tak terasa hari sudah malam.
“ Da, sudah malam nih,
aku pulang dulu ya.”
“ Iya, hati-hati di
jalan ya.” Ucapnya sambil tersenyum.
Karena jarak rumah
keduanya yg cukup dekat, jadi Kinar pulang dengan jalan kaki sambil menikmati
sejuknya udara malam yg menenangkan jiwa dan sinar bulan yg seakan menerangi
langkahnya. Sesampainya di rumah, Kinar melihat orang tua Nada sudah pulang.
Kenapa aku punya firasat buruk, dan rasanya seperti akan
terjadi sesuatu, ah semoga saja tak terjadi apapun. Ujarku dalam hati.
Sepertinya firasatku
malam ini benar, malam itu terjadi perampokan di rumah Nada. Papanya Nada berusaha
mempertahankan keluarga dan harta benda berharga miliknya, tapi malang,
perampok itu membawa senjata api lalu menembakkan peluru ke arah kedua orang
tua Nada. Mendengar suara senapan, mbok Yem terbangun dan langsung berlari
membangunkan Nada yg tengah tertidur lelap di kamar yg terletak di lantai 2.
Setelah Nada terbangun,
ia heran kenapa mbok Yem membangunkannya padahal hari belum pagi. Belum sempat
menjawab, mbok Yem segera meminta Nada untuk diam dan pergi dari rumah itu,
namun Nada menolak untuk keluar dari rumah itu tanpa kedua orang tuanya dan ia
juga pernah berjanji walau apapun yg terjadi di rumah itu ia tidak akan
meninggalkan rumah itu walau dapat membahayakan nyawanya sekalipun. Dengan
segala usaha mbok Yem membujuk Nada untuk segera keluar dari rumah itu sampai
akhirnya Nada menyanggupinya.
Mama, papa, maafin Nada,
Nada tidak
bisa menepati janji Nada untuk tidak meninggalkan rumah ini. Ujar Nada dalam
hati.
Mereka berjalan perlahan
menuju pintu belakang, dan betapa terkejutnya Nada ketika melihat kedua orang
tuanya bersimbah darah di ruang tamu, sambil menahan air mata ia terus berjalan
mengikuti mbok Yem. Tapi usaha itu ternyata sia-sia, ketika mbok Yem akan
membuka pintu belakang, tiba-tiba salah satu perampok itu menodongkan senjata
api ke arah mereka. Nada yg ketakutan bersembunyi di belakang tubuh mbok Yem
dan memeluk tubuh mbok Yem erat-erat.
Saat itu, tiba-tiba
terdengar suara tembakan senapan yg ternyata mengenai dada mbok Yem dan mbok
Yem meninggal di tempat itu, dan tanpa berpikir panjang perampok itu juga
menembak Nada tepat di dadanya karena perampok itu pikir jika ia dibiarkan
hidup pasti Nada akan meminta pertolongan dan 2 perampok itu dalam bahaya.
Karena perampok itu merasa Nada sudah tak bernyawa, lalu perampok itu
meninggalkan kedua orang itu. Beberapa saat kemudian, ternyata Nada masih
hidup. Nada yg merasakan rasa sakit di dadanya berusaha sekuat tenaga untuk
bangun dan mencari pertolongan.
Nada yg kesakitan
berjalan di tengah heningnya malam, hanya sebuah tempat yg akan dituju oleh
Nada yaitu rumah Kinar. Sesampainya disana, ia mengetuk pintu rumah Kinar
dengan sisa tenaga yg ia miliki saat itu.
“ N... Nar, to...tolong
buka pin...tunya.” ucapnya terbata-bata
Kinar yg sendirian di
rumahnya langsung terbangun dan berlari ketika ia mendengar ada yg mengetuk
pintu rumahnya. Kinar pikir kedua orang tuanya sudah pulang dari Makasar.
Setelah Kinar membuka pintu rumahnya, betapa terkejutnya ia ketika ia tahu
kalau yg mengetuk pintu rumahnya malam itu adalah Nada.
“ Nada, kamu kenapa? Mana orang tuamu? Apa yg terjadi?”
tanyaku panik.
“ Nar, ce..cepat tolong mbok Yem dan kedua orang tuaku, jika
mereka sudah tak bernyawa, makamkan mereka dengan layak.” Pintanya dengan
terbata-bata. Lalu aku membopongnya masuk dan membaringkannya di sofa ruang
tamu. Sementara itu aku langsung berlari untuk mencari bantuan keluar.
Saat aku mencari
bantuan, aku berpikir apa yg sebenarnya terjadi. Aku berlari dan terus berlari,
tapi tak ada seorangpun yg mendengar teriakanku sampai akhirnya aku melihat beberapa
satpam perumahan yg sedang jaga malam, aku menjelaskan apa yg terjadi, lalu
salah satu satpam menyalakan sirine dan beberapa orang mulai berdatangan. Setelah
bantuan datang, aku meminta sebagian warga ke rumah Nada dan sebagian lagi ikut
bersamaku ke rumah untuk menolong Nada.
Sesampainya di rumah,
kondisi Nada semakin melemah. Salah satu warga menelpon ambulance.
“ Nar, a...aku berterima kasih padamu karena selama ini kamu
sudah baik banget sama aku.” Ucapnya pelan
“ Ya, sama-sama. Kamu harus bertahan ya, sebentar lagi
ambulancenya datang.”
Beberapa menit sebelum
ambulance datang, Nada sudah terbaring sambil tersenyum di pangkuanku. Lalu
salah satu warga membuka lebar pintu rumahku supaya tenaga medis cepat menolong
Nada. Saat beberapa orang tenaga medis memeriksa Nada, ternyata nyawanya sudah
tak tertolong lagi. Dan jenazah Nada langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat
untuk penanganan lebih lanjut. Keesokan harinya jenazah Nada, kedua orang
tuanya, dan mbok Yem dimakamkan.
“ Tante, nggak apa-apa
kan?” tanya Natasya
“ Ya, Tante tidak apa-apa.” Jawabnya sambil menghapus air
matanya. Lalu Vianca memeluk bundanya.
“ Sudah dulu ya, Tante ke dalam dulu.”
“ Iya, Tante. Sekalian kami juga mau pamit pulang.”
“ Ya, sudah kalian hati-hati di jalan ya.”
“ Ca, kami pulang dulu ya.” Kata Natasya
“ Ya, hati-hati, jangan ngebut.”
Saat aku dan Natasya
pulang dari rumah Vianca, matahari hendak berlalu dan bulan siap untuk
menggantikan matahari. Ketika kami melewati rumah itu, aku memutuskan untuk
berhenti sejenak di depan rumah itu.
“ Lho Ris, kenapa kita berhenti disini? Katanya mau pulang.”
Kata Natasya.
“ Aku masih penasaran kenapa rumah ini sampai di kosongkan?”
tanyaku pada Natasya.
“ Sama aku juga, lebih baik sekarang kita pulang, besok kita
tanyakan lagi pada bundanya Vianca.” Jawab Natasya.
Saat aku menghidupkan
mesin mobilku, aku mendengar suara sebuah lagu klasik yg entah darimana
asalnya.
“ Sya, kamu mendengar
sesuatu nggak?” tanyaku.
“ Nggak tuh, memang
suara apaan sih? Jangan nakut-nakutin ah”
“ Masa kamu tidak mendengarnya sih, coba dengarkan dengan
seksama.”
“ Eh iya ada suara. Suara apa itu?”
“ Aku juga tidak tahu itu suara apa, menurutku suara itu
berasal dari rumah itu.”
“ Ah masa sih, udahlah jangan nakutin aku dong. Pulang aja
yuk.” Ajak Natasya.
“ Ya, sudah kita pulang sekarang.” Kataku. Setelah mesin
mobil kuhidupkan kami segera beranjak meninggalkan rumah itu.
Keesokan harinya, Rista
dan Natasya kembali mendatangi rumah Vianca. Sesampainya disana, mereka
berbincang-bincang dengan bundanya Vianca tentang Nada dan mengapa rumah itu
sampai di kosongkan. Setelah bercerita panjang lebar, bundanya Vianca lalu
meninggalkan kami bertiga diruang tamu.
“ Wah dari cerita yg kudengar barusan kayaknya rumah itu
seru deh, gimana kalau malam ini kita kesana?” ajak Vianca
“ Ide yg bagus, jam berapa kita akan ke rumah itu?” kata Natasya
“ Gimana kalau jam 23.30 saja?”
“ Setuju.” Seru Natasya
“ Kalian ini gimana sih, ntar kalau terjadi apa-apa gimana?
Lagian apa yg sedang kalian cari dari rumah itu?” tanya Rista
“ Aku hanya ingin lihat-lihat saja kok. Gimana kau mau ikut bergabung dengan kami?”
tanya Vianca.
“ Terserah kalian sajalah...” jawab Rista.
Malam itu, tepat pukul
23.30, semuanya berkumpul di depan rumah itu. Dengan ragu-ragu, mereka masuk ke
rumah itu. Rumah itu tidak di kunci tapi hanya di tutup dengan pagar bersi dan
lempengan seng yg sangat tinggi.
“ Wow, fantastik, rumah ini sangat besar dan kesan kemewahan
rumah ini masih sangat terasa walau sudah 25 tahun tak berpenghuni, ya walaupun
disini pengap tapi ini keren banget.” Kata Vianca
“ Aku setuju. Eh coba lihat foto keluarga ini, Dia sangat
cantik ya.” Kata Rista
“ Nada maksudmu?”
“ Ya iyalah masak kamu,...”
“ Wach, penghinaan nih, memangnya aku tidak cantik?”
“ Ya...ya.. sorry sorry I`m only just kidding. Jangan
cemberut mulu ntar cepet tua lho.”
“ Sudahlah kalian berdua masih sempat-sempatnya becanda di
tempat seperti ini, mendingan kita naik ke atas yuk...” ajak Natasya. Rista dan
Vianca mengangguk.
Saat Rista, Vianca, dan
Natasya naik keatas, mereka mendengar suara seseorang mendendangkan sebuah lagu
klasik yg menenangkan hati pendengarnya. Tapi lagu itu muncul di saat dan di
tempat yg tidak tepat, jadi akan membuat merinding orang yg mendengarkannya.
“ Dari mana asalnya
suara alunan lagu ini?” kata Vianca
“ Sepertinya dari dalam kamar yang ada diruangan ini.” Kata
Natasya sembari menunjuk suatu ruangan yg tertutup rapat.
Lalu Rista menghampiri
ruangan itu, dan ketika ia coba membuka pintu ruangan itu, ia tak bisa
membukanya karena ruangan itu terkunci.
“ Kenapa, Ta? Tanya Natasya
“ Ruangan ini terkunci. Terus bagaimana cara agar kita bisa
masuk ke dalam ruangan ini?”
“ Aku nggak tau, mendingan kita cari cara supaya kita bisa
masuk dan mencari sumber suara itu berasal.”
“ Eh coba lihat kayu yang rapuh ini, hanya dengan di dorong
saja sudah hampir patah. Mungkin jika kita bertiga mendorong pintu ini, pintu
ini akan terbuka tanpa harus menggunakan kunci.” Kata Vianca
“ Ide yang bagus, tumben kamu pinter.”
Mereka bertiga mendorong
pintu itu dengan sekuat tenaga dan beberapa menit kemudian pintu itu berhasil
terbuka. Kemudian mereka mulai masuk ke ruangan itu.
“ Huh, disini gelap dan
pengap...” ujar Natasya
“ Benar, dan banyak debu
dimana-mana.”
“ Gimana Ca, pendapatmu tentang ruangan ini?” tanya Natasya
Karena tak mendapat
tanggapan, Natasya menganggap kalau Vianca masih bengong dan menghiraukan
ucapannya. Namun, ketika ia melihat ke belakang, ia mendapati Vianca tidak ada
di belakangnya.
“ Ta, Vianca mana?” tanya Natasya
“ Aku nggak tau bukannya tadi ia ada dibelakangmu?”
“ Tadinya aku berpikir seperti itu, tapi sekarang dia nggak
ada.” Jawabnya panik. Ketika Rista membalikkan badannya ia juga tak melihat
Vianca.
“ Ca, dimana kamu?” teriak Rista
“ Udah deh Ca, gak usah becanda lagi. Ini bukan saat yang
tepat buat becanda, Ca.” Kata Natasya
“ Tunggu dulu Sya, kayaknya ini nggak becanda, mendingan
kita cari dia sekarang, sebelum dia menghilang lebih jauh...” ujar Rista
Rista dan Natasya pun
mulai menyusuri setiap ruangan yg ada dirumah itu. Karena hasilnya nihil maka
mereka pun memutuskan untuk berpencar dan bertemu kembali dihalaman belakang
rumah itu Rista berusaha mencari Vianca dilantai atas sedangkan Natasya mencari
dilantai bawah.
Rasanya aneh, tiba-tiba Vianca bisa hilang begitu saja tanpa
ada seorangpun yg tau sejak kapan Vianca menghilang. Pikir Rista
Suasana lantai ataspun
sangat pengap, berdebu, dan banyak tumbuhan dan rumput liar yang tumbuh
disekitarnya. Pantas saja banyak orang yg enggan menginjakkan kakinya dirumah
ini. Ketika hendak berjalan menuju sebuah kamar, tiba-tiba Rista melihat bekas telapak
kaki di antara debu-debu dilantai ruangan itu.
“Sepertinya ada yang barusan lewat sini, telapak ini tampak
masih baru. Tapi siapa yang meninggalkan jejak ini, padahal hanya aku sendiri
yang ada diruangan ini.”
Tiba-tiba terdengar
suara orang yang mendendangkan lagu klasik. Rista yang kaget berusaha mencari
sumber suara itu. Semakin Rista melangkah maka suara itu semaki jelas terdengar
dan makin keras. Dalam kegelapan, Rista melihat sebuah pintu diujung ruangan lantai
dua rumah itu. Apa mungkin suara ini
berasal dari ruangan itu, ucapnya dalam hati.
Dengan perlahan ia
mendekati ruangan itu, entah mengapa bukan rasa takut yang menghantui benaknya
tapi malah rasa penasaran yg membuatnya ingin tetap memasuki ruangan itu. Samar-samar
suara dari kotak musik itu terdengar lagi ketika ia hendak membuka pintu
ruangan itu, tiba-tiba...
~ TBC ~

Tidak ada komentar:
Posting Komentar