Sabtu, 08 Desember 2012

Alunan Nada di Rumah Tua (mistery 1 / ? )


            Author             : Ima (Han Soo Bin *i’m3424*) ^-^
                                     @imasitinoorc
            Tittle                :  Alunan Nada di Rumah Tua ( Mistery 1 / ? )
Genre              :  Mistery, Horror, Friendship
            Cast                 :  Rista, Vianca Natasya and other cast
            Length             :  unknow
            Author Note    :  Waspada ranjau typo!!



            Happy Reading ^-^

Mistery 1

Malam itu adalah malam terburuk yang pernah ku alami seumur hidupku. Malam dimana aku menemui ketakutan terbesarku yang sangat menyiksa batinku.
“ Ris, bagaimanapun caranya kita harus segera keluar dari sini” ucapnya padaku.
“ Iya, tapi gimana caranya?”  tanyaku.
“ Aku sendiri juga nggak tahu.”
Semua kejadian ini berawal ketika kami berkunjung ke rumah Vianca kemarin. Sampai lupa aku tak memperkenalkan diri, namaku Miranda Christa Adisti atau Rista. Saat itu, aku, Vianca dan Natasya sedang bercanda dalam mobilku, karena kami terlalu sibuk bercanda, tak terasa kami semua mulai memasuki jalan menuju rumah Vianca yg berada disebuah perumahan elit. Saat aku menengok ke arah kanan untuk membetulkan spion mobilku, aku melihat rumah mewah yg sangat besar tapi terlihat sangat tidak terawat.
“ Ca, itu rumah siapa sich?” tanyaku
“ Rumah yg mana?”
“ Rumah itu, rumah yg besar tapi sangat tak terawat.”
“Oh, rumah itu. Rumah itu memang dulunya milik seseorang yg sangat kaya raya tapi 25 tahun yg lalu seluruh keluarga yg tinggal di rumah itu meninggal dunia.” ujarnya
“ Memang pernah ada kejadian apa di rumah itu?” tanyaku penasaran.
“ Aku kurang tahu pasti, sudahlah kita ke rumahku dulu nanti coba kita tanya bundaku siapa tahu beliau mengetahui kejadian itu.” Aku dan Natasya mengangguk.
Kami meneruskan perjalanan kami ke rumah Vianca yg letaknya 850 meter dari rumah misterius itu. Sesampainya disana kami bertemu dengan bundanya Vianca yg kebetulan sedang duduk santai di taman rumah.
“ Sore, Tante...” sapaku dan Natasya
“ Sore juga...”
“ Tante, apakah  kami  boleh bertanya sesuatu?” tanyaku
“ Tanya masalah apa ya...?”
“ Begini Tante, sebelum kami kemari, kami melihat sebuah rumah mewah yg besar dan tak terawat. Apakah Tante tahu itu rumah siapa?” jelas Natasya.
“ Ya, Tante tahu persis siapa pemilik rumah itu. Dan Tante juga tahu kejadian dibalik di kosongkannya rumah itu.”
“ Bisa ceritakan pada kami...” pintaku
Lalu bundanya Vianca bercerita kalau pemilik rumah itu adalah seorang pengusaha yg sukses, ia tinggal bersama istri, pembantu dan seorang anak perempuannya yg bernama Sandra Nada Kiraniar Ayu yg akrab disapa Nada. Di mata penduduk sekitar Nada adalah anak yg cantik, baik hati, sopan, tapi dia adalah anak yg pemalu walaupun ia senang bergaul. Nada dan bundanya Vianca dulunya adalah sahabat karib.
 “ Tante masih menyimpan foto Tante dengan Nada. Apakah kalian ingin melihatnya?” Kami mengangguk.
Lalu bundanya Vianca masuk kedalam rumah dan tak berapa lama kemudian bundanya Vianca keluar dengan membawa selembar foto.
“ Ini foto Tante dengan sahabat Tante, Nada.” Ucap bundanya Vianca sembari menunjukkan sebuah foto lama.
“ Nada itu yg mana Tante?” tanyaku
“ Ini Nada...”
“ Rianika Kinar Rahayu itu siapa Tante?” tanya Natasya
“ Itu nama bundaku lah gimana sich kamu masa sudah lupa.” Ujar Vianca
“ Sudah... sudah mau diteruskan atau tidak ceritanya.” Kami mengangguk.
Suatu sore, Kinar (bundanya Vianca) datang ke rumah Nada untuk belajar bersama. Ketika Kinar datang, suasana rumah itu sepi sekali, di rumah itu hanya ada Nada dan Mbok Yem pembantunya.
“ Da, belajar bareng yuk.” Ajak Kinar
“ Ya... Masuklah.”
“ Rumahmu kok sepi banget sich, memang orang tuamu kemana?”
“ Orang tuaku lagi ada kerjaan di luar kota.”  Jawabnya
“ Oh, ya sudah kita mulai sekarang saja.” Kata Kinar dan Nada pun menganggukkan kepala.
Ketika berjalan ke ruang tamu aku melihat kotak musik diatas meja ruang tamu.
“ Da, kamu punya kotak musik ya?” tanya Kinar
“ Ya, kotak musik itu diberikan papaku saat beliau pulang dari Singapura.” Jawabnya
“ Ini kotak musik terbagus yg pernah ku lihat. Boleh ku hidupkan kotak musik ini?”
“ Ya, tentu saja.”
Ketika Kinar menekan tombol disisi sebelah kiri kotak musik itu, munculah suara music klasik yg mendamaikan hati pendengarnya.
“ Lagu dari kotak musik ini sangat bagus dan bisa membuat hatiku jadi tenang. Apa kamu juga merasakan hal yg sama ketika mendengarkan lagu dari kotak musik ini?” tanya Kinar dan Nada hanya tersenyum.
Selama belajar Kinar dan Nada bercanda sambil mendengarkan musik dari kotak musik milik Nada ditemani mbok Yem, dan tak terasa hari sudah malam.
“ Da, sudah malam nih, aku pulang dulu ya.”
“ Iya, hati-hati di jalan ya.” Ucapnya sambil tersenyum.
Karena jarak rumah keduanya yg cukup dekat, jadi Kinar pulang dengan jalan kaki sambil menikmati sejuknya udara malam yg menenangkan jiwa dan sinar bulan yg seakan menerangi langkahnya. Sesampainya di rumah, Kinar melihat orang tua Nada sudah pulang.
Kenapa aku punya firasat buruk, dan rasanya seperti akan terjadi sesuatu, ah semoga saja tak terjadi apapun. Ujarku dalam hati.
Sepertinya firasatku malam ini benar, malam itu terjadi perampokan di rumah Nada. Papanya Nada berusaha mempertahankan keluarga dan harta benda berharga miliknya, tapi malang, perampok itu membawa senjata api lalu menembakkan peluru ke arah kedua orang tua Nada. Mendengar suara senapan, mbok Yem terbangun dan langsung berlari membangunkan Nada yg tengah tertidur lelap di kamar yg terletak di lantai 2.
Setelah Nada terbangun, ia heran kenapa mbok Yem membangunkannya padahal hari belum pagi. Belum sempat menjawab, mbok Yem segera meminta Nada untuk diam dan pergi dari rumah itu, namun Nada menolak untuk keluar dari rumah itu tanpa kedua orang tuanya dan ia juga pernah berjanji walau apapun yg terjadi di rumah itu ia tidak akan meninggalkan rumah itu walau dapat membahayakan nyawanya sekalipun. Dengan segala usaha mbok Yem membujuk Nada untuk segera keluar dari rumah itu sampai akhirnya Nada menyanggupinya.
Mama, papa, maafin Nada, Nada tidak bisa menepati janji Nada untuk tidak meninggalkan rumah ini. Ujar Nada dalam hati.
Mereka berjalan perlahan menuju pintu belakang, dan betapa terkejutnya Nada ketika melihat kedua orang tuanya bersimbah darah di ruang tamu, sambil menahan air mata ia terus berjalan mengikuti mbok Yem. Tapi usaha itu ternyata sia-sia, ketika mbok Yem akan membuka pintu belakang, tiba-tiba salah satu perampok itu menodongkan senjata api ke arah mereka. Nada yg ketakutan bersembunyi di belakang tubuh mbok Yem dan memeluk tubuh mbok Yem erat-erat.
Saat itu, tiba-tiba terdengar suara tembakan senapan yg ternyata mengenai dada mbok Yem dan mbok Yem meninggal di tempat itu, dan tanpa berpikir panjang perampok itu juga menembak Nada tepat di dadanya karena perampok itu pikir jika ia dibiarkan hidup pasti Nada akan meminta pertolongan dan 2 perampok itu dalam bahaya. Karena perampok itu merasa Nada sudah tak bernyawa, lalu perampok itu meninggalkan kedua orang itu. Beberapa saat kemudian, ternyata Nada masih hidup. Nada yg merasakan rasa sakit di dadanya berusaha sekuat tenaga untuk bangun dan mencari pertolongan.
Nada yg kesakitan berjalan di tengah heningnya malam, hanya sebuah tempat yg akan dituju oleh Nada yaitu rumah Kinar. Sesampainya disana, ia mengetuk pintu rumah Kinar dengan sisa tenaga yg ia miliki saat itu.
“ N... Nar, to...tolong buka pin...tunya.” ucapnya terbata-bata
Kinar yg sendirian di rumahnya langsung terbangun dan berlari ketika ia mendengar ada yg mengetuk pintu rumahnya. Kinar pikir kedua orang tuanya sudah pulang dari Makasar. Setelah Kinar membuka pintu rumahnya, betapa terkejutnya ia ketika ia tahu kalau yg mengetuk pintu rumahnya malam itu adalah Nada.
“ Nada, kamu kenapa? Mana orang tuamu? Apa yg terjadi?” tanyaku panik.
“ Nar, ce..cepat tolong mbok Yem dan kedua orang tuaku, jika mereka sudah tak bernyawa, makamkan mereka dengan layak.” Pintanya dengan terbata-bata. Lalu aku membopongnya masuk dan membaringkannya di sofa ruang tamu. Sementara itu aku langsung berlari untuk mencari bantuan keluar.
Saat aku mencari bantuan, aku berpikir apa yg sebenarnya terjadi. Aku berlari dan terus berlari, tapi tak ada seorangpun yg mendengar teriakanku sampai akhirnya aku melihat beberapa satpam perumahan yg sedang jaga malam, aku menjelaskan apa yg terjadi, lalu salah satu satpam menyalakan sirine dan beberapa orang mulai berdatangan. Setelah bantuan datang, aku meminta sebagian warga ke rumah Nada dan sebagian lagi ikut bersamaku ke rumah untuk menolong Nada.
Sesampainya di rumah, kondisi Nada semakin melemah. Salah satu warga menelpon ambulance.
“ Nar, a...aku berterima kasih padamu karena selama ini kamu sudah baik banget sama aku.” Ucapnya pelan
“ Ya, sama-sama. Kamu harus bertahan ya, sebentar lagi ambulancenya datang.”
Beberapa menit sebelum ambulance datang, Nada sudah terbaring sambil tersenyum di pangkuanku. Lalu salah satu warga membuka lebar pintu rumahku supaya tenaga medis cepat menolong Nada. Saat beberapa orang tenaga medis memeriksa Nada, ternyata nyawanya sudah tak tertolong lagi. Dan jenazah Nada langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat untuk penanganan lebih lanjut. Keesokan harinya jenazah Nada, kedua orang tuanya, dan mbok Yem dimakamkan.
“ Tante, nggak apa-apa kan?” tanya Natasya
“ Ya, Tante tidak apa-apa.” Jawabnya sambil menghapus air matanya. Lalu Vianca memeluk bundanya.
“ Sudah dulu ya, Tante ke dalam dulu.”
“ Iya, Tante. Sekalian kami juga mau pamit pulang.”
“ Ya, sudah kalian hati-hati di jalan ya.”
“ Ca, kami pulang dulu ya.” Kata Natasya
“ Ya, hati-hati, jangan ngebut.”
Saat aku dan Natasya pulang dari rumah Vianca, matahari hendak berlalu dan bulan siap untuk menggantikan matahari. Ketika kami melewati rumah itu, aku memutuskan untuk berhenti sejenak di depan rumah itu.
“ Lho Ris, kenapa kita berhenti disini? Katanya mau pulang.” Kata Natasya.
“ Aku masih penasaran kenapa rumah ini sampai di kosongkan?” tanyaku pada Natasya.
“ Sama aku juga, lebih baik sekarang kita pulang, besok kita tanyakan lagi pada bundanya Vianca.” Jawab Natasya.
Saat aku menghidupkan mesin mobilku, aku mendengar suara sebuah lagu klasik yg entah darimana asalnya.
“ Sya, kamu mendengar sesuatu nggak?” tanyaku.
“ Nggak tuh, memang suara apaan sih? Jangan nakut-nakutin ah”
“ Masa kamu tidak mendengarnya sih, coba dengarkan dengan seksama.”
“ Eh iya ada suara. Suara apa itu?”
“ Aku juga tidak tahu itu suara apa, menurutku suara itu berasal dari rumah itu.”
“ Ah masa sih, udahlah jangan nakutin aku dong. Pulang aja yuk.” Ajak Natasya.
“ Ya, sudah kita pulang sekarang.” Kataku. Setelah mesin mobil kuhidupkan kami segera beranjak meninggalkan rumah itu.
Keesokan harinya, Rista dan Natasya kembali mendatangi rumah Vianca. Sesampainya disana, mereka berbincang-bincang dengan bundanya Vianca tentang Nada dan mengapa rumah itu sampai di kosongkan. Setelah bercerita panjang lebar, bundanya Vianca lalu meninggalkan kami bertiga diruang tamu.
“ Wah dari cerita yg kudengar barusan kayaknya rumah itu seru deh, gimana kalau malam ini kita kesana?” ajak Vianca
“ Ide yg bagus, jam berapa kita akan ke rumah itu?”  kata Natasya
“ Gimana kalau jam 23.30 saja?”
“ Setuju.” Seru Natasya
“ Kalian ini gimana sih, ntar kalau terjadi apa-apa gimana? Lagian apa yg sedang kalian cari dari rumah itu?” tanya Rista
“ Aku hanya ingin lihat-lihat saja kok.  Gimana kau mau ikut bergabung dengan kami?” tanya Vianca.
“ Terserah kalian sajalah...” jawab Rista.
Malam itu, tepat pukul 23.30, semuanya berkumpul di depan rumah itu. Dengan ragu-ragu, mereka masuk ke rumah itu. Rumah itu tidak di kunci tapi hanya di tutup dengan pagar bersi dan lempengan seng yg sangat tinggi.
“ Wow, fantastik, rumah ini sangat besar dan kesan kemewahan rumah ini masih sangat terasa walau sudah 25 tahun tak berpenghuni, ya walaupun disini pengap tapi ini keren banget.” Kata Vianca
“ Aku setuju. Eh coba lihat foto keluarga ini, Dia sangat cantik ya.” Kata Rista
“ Nada maksudmu?”
“ Ya iyalah masak kamu,...”
“ Wach, penghinaan nih, memangnya aku tidak cantik?”
“ Ya...ya.. sorry sorry I`m only just kidding. Jangan cemberut mulu ntar cepet tua lho.”
“ Sudahlah kalian berdua masih sempat-sempatnya becanda di tempat seperti ini, mendingan kita naik ke atas yuk...” ajak Natasya. Rista dan Vianca mengangguk.
Saat Rista, Vianca, dan Natasya naik keatas, mereka mendengar suara seseorang mendendangkan sebuah lagu klasik yg menenangkan hati pendengarnya. Tapi lagu itu muncul di saat dan di tempat yg tidak tepat, jadi akan membuat merinding orang yg mendengarkannya.
“ Dari mana asalnya suara alunan lagu ini?” kata Vianca
“ Sepertinya dari dalam kamar yang ada diruangan ini.” Kata Natasya sembari menunjuk suatu ruangan yg tertutup rapat.
Lalu Rista menghampiri ruangan itu, dan ketika ia coba membuka pintu ruangan itu, ia tak bisa membukanya karena ruangan itu terkunci.
“ Kenapa, Ta? Tanya Natasya
“ Ruangan ini terkunci. Terus bagaimana cara agar kita bisa masuk ke dalam ruangan ini?”
“ Aku nggak tau, mendingan kita cari cara supaya kita bisa masuk dan mencari sumber suara itu berasal.”
“ Eh coba lihat kayu yang rapuh ini, hanya dengan di dorong saja sudah hampir patah. Mungkin jika kita bertiga mendorong pintu ini, pintu ini akan terbuka tanpa harus menggunakan kunci.” Kata Vianca
“ Ide yang bagus, tumben kamu pinter.”
Mereka bertiga mendorong pintu itu dengan sekuat tenaga dan beberapa menit kemudian pintu itu berhasil terbuka. Kemudian mereka mulai masuk ke ruangan itu.
“ Huh, disini gelap dan pengap...” ujar Natasya
“ Benar, dan banyak debu dimana-mana.”
“ Gimana Ca, pendapatmu tentang ruangan ini?” tanya Natasya
Karena tak mendapat tanggapan, Natasya menganggap kalau Vianca masih bengong dan menghiraukan ucapannya. Namun, ketika ia melihat ke belakang, ia mendapati Vianca tidak ada di belakangnya.
“ Ta, Vianca mana?” tanya Natasya
“ Aku nggak tau bukannya tadi ia ada dibelakangmu?”
“ Tadinya aku berpikir seperti itu, tapi sekarang dia nggak ada.” Jawabnya panik. Ketika Rista membalikkan badannya ia juga tak melihat Vianca.
“ Ca, dimana kamu?” teriak Rista
“ Udah deh Ca, gak usah becanda lagi. Ini bukan saat yang tepat buat becanda, Ca.” Kata Natasya
“ Tunggu dulu Sya, kayaknya ini nggak becanda, mendingan kita cari dia sekarang, sebelum dia menghilang lebih jauh...” ujar Rista
Rista dan Natasya pun mulai menyusuri setiap ruangan yg ada dirumah itu. Karena hasilnya nihil maka mereka pun memutuskan untuk berpencar dan bertemu kembali dihalaman belakang rumah itu Rista berusaha mencari Vianca dilantai atas sedangkan Natasya mencari dilantai bawah.
Rasanya aneh, tiba-tiba Vianca bisa hilang begitu saja tanpa ada seorangpun yg tau sejak kapan Vianca menghilang. Pikir Rista
Suasana lantai ataspun sangat pengap, berdebu, dan banyak tumbuhan dan rumput liar yang tumbuh disekitarnya. Pantas saja banyak orang yg enggan menginjakkan kakinya dirumah ini. Ketika hendak berjalan menuju sebuah kamar, tiba-tiba Rista melihat bekas telapak kaki di antara debu-debu dilantai ruangan itu.
“Sepertinya ada yang barusan lewat sini, telapak ini tampak masih baru. Tapi siapa yang meninggalkan jejak ini, padahal hanya aku sendiri yang ada diruangan ini.”
Tiba-tiba terdengar suara orang yang mendendangkan lagu klasik. Rista yang kaget berusaha mencari sumber suara itu. Semakin Rista melangkah maka suara itu semaki jelas terdengar dan makin keras. Dalam kegelapan, Rista melihat sebuah pintu diujung ruangan lantai dua rumah itu. Apa mungkin suara ini berasal dari ruangan itu, ucapnya dalam hati.
Dengan perlahan ia mendekati ruangan itu, entah mengapa bukan rasa takut yang menghantui benaknya tapi malah rasa penasaran yg membuatnya ingin tetap memasuki ruangan itu. Samar-samar suara dari kotak musik itu terdengar lagi ketika ia hendak membuka pintu ruangan itu, tiba-tiba...
  ~ TBC ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar