MY HAPPINESS
(where I can find my real happiness?)
part 2
Author : Ima (@imasitinoorc) ^-^
Genre :
Friendship, family
Length :
Unknow
Cast :
Sofia , Lafina, and other cast
Author Note:
Author kembali dengan part 2 dari seri cerpen ini. Maaf jika para reader menunggu terlalu lama untuk publishnya cerpen ini. Jujur, author belum dapet inspirasi hehe. Oke daripada banyak cuap-cuap mendingan langsung
baca aja ok, aku harap tinggalin jejak kalian ya hehe ^-^
HAPPY
READING!!
Hari ini
merupakan hari yang buruk, semua orang nampak sangat menyebalkan dimataku. Beberapa
orang yang menyadari perubahan sikapku sudah berusaha bertanya apa yang sedang
terjadi padaku atau ada juga yang menghiburku. Namun, semua itu serasa angin
lalu yang mudah datang dan mudah pergi. Kedamaian yang kurasakan terusik oleh
sebuha masalah lama yang kembali terjadi. Dulu ketika pertama kali kualami
kasus semacam ini, usiaku masih terlalu muda untuk mencerna apa yang sebenarnya
sedang terjadi diantara keluargaku. Saat itu yang kulakuakn hanya menangis.
`Flashback on’
Sesampainya
dirumah usai main dengan teman-temanku, kudapati adikku tengah menangis dibawah
jendela ruang tamu. Sayup-sayup kudengar keributan dalam rumahku. Ketika aku
sadar dengan apa yang sedang terjadi, seketika air mata yang sedari tadi telah
menggenang dipelupuk mataku ketika kusaksikan adikku menangis, jatuh begitu
saja tanpa bisa kutahan. Entah atas dasar apa, seketika aku keluar rumah sambil
membanting pintu dan berlari menuju rumah nenek dan kakekku yang letaknya tak
jauh dari rumahku. Berulang kali adikku memanggilku agar aku tidak
meninggalkannya, dengan rasa sesak didadaku, segera kuacuhkan panggilan itu.
Yang jelas hatiku sangat-sangat kacau saat itu.
Ketika sampai
dirumah nenek dan kakekku, tanpa buang waktu aku segera berlari menuju kamar
nenekku dan menangis sejadi-jadinya.
“Kamu
kenapa Fi hingga kamu menangis seperti itu?” kata nenekku yang tiba-tiba masuk
kekamarnya. Mungkin beliau tahu aku disini karena suara tangisanku.
“...”
“cerita
sama nenek, kamu sebenarnya kenapa?”
Lalu
kuceritakan semua hal yang baru saja aku dengar secara detail pada nenek disela
tangisanku. Nenek segera memelukku ketika tangisku lebih dari tangisanku
sebelum aku ceritakan hal tadi pada nenek.
“Nek,
apakah ada kak Sofia disini?” tanya seseorang dari luar. Nenek segera melepas
pelukan hangatnya dan berjalan keluar menemui seseorang yang sedang menanyai
keberadaanku.
“Iya
dia disini, ada apa?” ucap nenekku pada orang itu.
“Kak
Sofia diminta pulang kerumah sekarang, kalau tidak dia akan dimarahi ayahnya.”
“Aku
tak mau pulang!!!” teriakku dari dalam kamar sambil menangis ketika mendengar
perkataan orang yang sedang berbincang dengan nenekku diluar.
Tak lama
setelah itu nenek kembali masuk kedalam kamar dan menasehatiku agar aku mau
pulang supaya masalah ini tidak berlarut-larut. Aku menolak. Tapi, semakin aku
menolak semakin nenek memaksaku untuk pulang kerumah. Akhirnya dengan berat
hati, aku menuruti perkataan nenek dan berjalan pelan menuju rumahku dengan
langkah gontai.
Sesampainya
dirumah, aku disambut oleh ayahku yang sudah berdiri diambang pintu dengan raut
wajah yang apabila kutarik kesimpulan pasti akan berakhir dengan hal yang tidak
menyenangkan sama sekali. Dan benar saja, saat aku sudah dekat dengan pintu
masuk rumahku, ayah segera menyuruhku masuk kekamar orang tuaku. Dengan sekuat
tenaga kutahan air mataku agar tidak menetes dihadapan orang tua dan adikku. Didalam
kamar orang tuaku, aku terduduk lemas sambil bersandar pada lemari pakaian
ibuku. Disana nampak ibuku yang sedang tidur memunggungiku. Aku tahu bahwa saat
itu beliau sedang menagis. Ayah langsung memberiku banyak pertanyaan, hingga
pada akhirnya beliau bertanya kenapa tadi aku menangis. Karena kurasa aku sudah
tak dapat lagi menahan air mataku, aku segera beranjak keluar menuju kamarku.
Terbaring dikasurku dan menutupi wajahku sendiri dengan bantal dan tak lama
setelah itu aku tak mengingat apa-apa, mungkin karena saat itu aku sudah
tertidur.
`Flashback off’
Saat ini, usiaku
beranjak 17 tahun, dan peristiwa yang kualami beberapa tahun yang lalu
sepertinya terulang kembali...
Malam itu,
ketika ayahku hendak pulang dari tugasnya di luar kota, beliau meminta dijemput
di stasiun. Aku yang menerima pesan singkat dari ayahku segera meminta ibuku
untuk menjemput ayah. Sekitar 30 menit kemudian kedua orang tuaku sudah tiba
dirumah.
Suatu sore,
dalam kamarku...
“Fi,
ibu ingin lihat pesan singkat yang dikirimkan ayahmu saat ia minta untuk
dijemput.” Kata ibuku, lalu kubuka pesan itu di ponselku dan kuperlihatkan pada
ibuku.
“Oh
pantas saja...”
“Memang
ada yang aneh dengan pesan itu bu?” tanyaku bingung.
“Coba
perhatikan baik-baik pesan ini.” Ucap ibuku sembari menyerahkan ponsel yang ia
pegang padaku.
“Aku
masih tak mengerti.” Ujarku singkat.
“Apa
kau tak perhatikan pesan ini baik-baik. Jelas-jelas dipesan ini, ayahmu tidak
meminta dijemput olehku tetapi olehmu.” Lalu kuperhatikan kembali pesan
diponselku dan ternyata memang benar apa yang baru saja ibuku ucapkan.
“Sekarang
aku baru mengerti, tapi apa hubungannya?” tanyaku.
“Sedari
malam itu, raut wajah ayahmu nampak masam, seperti sedang jengkel. Ibu juga
tidak mengerti kenapa ayahmu begitu.” Kata ibuku pelan kemudian beranjak keluar
dari kamarku.
***
Hari demi hari
telah silih berganti, suasana rumah makin menyebalkan terutama untukku. Kedua orang
tuaku masih bersenang-senang dengan aksi diam yang sedang mereka lakukan. Entah
kapan hal itu akan berakhir dan kehidupan keluargaku kembali menyenangkan
seperti dahulu. Orang tuaku seperti sedang menjaga ego masing-masing. Tanpa mereka
sadari kalau ada orang-orang yang tak suka melihat hal itu. Ya orang itu adalah
AKU.
Dahulu, ketika
almarhumah nenekku masih hidup, setiap aku merasa ada yang aneh dengan sikap
kedua orang tuaku, beliau lah yang dengan setia mendengarkan keluh kesahku dan
dengan senang hati memeluk dan menghapus air mataku. Tapi, semua itu kini
tinggal kenangan. Ingin rasanya membagi keluh kesahku pada Lavina atau
sahabatku yang lain. Ingin mendengar saran yang mereka berikan untuk masalahku
ini. Namun kuurungkan niatku itu karena aku tak mau mereka tahu tentang kondisi
keluargaku saat ini.
Setiap melihat
kedua orang tuaku tak saling menyapa, rasa sesak didada ini muncul. Dan entah
mengapa kian hari, aku kian membenci sosok ayahku, entah apa yang melatar
belakangi hal itu. Ingin rasanya berteriak dan memberontak. Mencaci maki semua
keadaan yang tangah kujalani. Aku ingin berteriak sambil menangis didepan
mereka dan memberitahu mereka betapa sakit dan hancurnya aku ketika menyaksikan
kedua orang tuaku seperti itu. Aku dalah gadis yang lemah, aku tidak akan
mungkin dapat melakukan semua itu. Andai kedua orang tuaku tahu apa yang aku
rasakan, akankah mereka akan kembali seperti biasanya. Hangat, penuh dengan
canda tawa dan melakukan hal yang menyenangkan bersama-sama.
Hal yang
paling tepat kulakukan saat ini adalah berserah diri pada Yang Maha Kuasa. Aku
yakin Dia akan memberikanku yang terbaik dari yang paling baik. Dan aku juga
yakin hal itu akan terjadi tak akan lama lagi.
To be continue...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar