Jumat, 08 Februari 2013

My Happiness (Where I can Find My Real Happiness) Part 2/?




MY HAPPINESS
 (where I can find my real happiness?)
part 2


 Author    : Ima (@imasitinoorc) ^-^
 Genre     : Friendship, family
 Length    : Unknow
 Cast      : Sofia , Lafina, and other cast
 Author Note:
Author kembali dengan part 2 dari seri cerpen ini. Maaf jika para reader menunggu terlalu lama untuk publishnya cerpen ini. Jujur, author belum dapet inspirasi hehe. Oke daripada banyak cuap-cuap mendingan langsung baca aja ok, aku harap tinggalin jejak kalian ya hehe ^-^
HAPPY READING!!



Hari ini merupakan hari yang buruk, semua orang nampak sangat menyebalkan dimataku. Beberapa orang yang menyadari perubahan sikapku sudah berusaha bertanya apa yang sedang terjadi padaku atau ada juga yang menghiburku. Namun, semua itu serasa angin lalu yang mudah datang dan mudah pergi. Kedamaian yang kurasakan terusik oleh sebuha masalah lama yang kembali terjadi. Dulu ketika pertama kali kualami kasus semacam ini, usiaku masih terlalu muda untuk mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi diantara keluargaku. Saat itu yang kulakuakn hanya menangis.

`Flashback on’
Sesampainya dirumah usai main dengan teman-temanku, kudapati adikku tengah menangis dibawah jendela ruang tamu. Sayup-sayup kudengar keributan dalam rumahku. Ketika aku sadar dengan apa yang sedang terjadi, seketika air mata yang sedari tadi telah menggenang dipelupuk mataku ketika kusaksikan adikku menangis, jatuh begitu saja tanpa bisa kutahan. Entah atas dasar apa, seketika aku keluar rumah sambil membanting pintu dan berlari menuju rumah nenek dan kakekku yang letaknya tak jauh dari rumahku. Berulang kali adikku memanggilku agar aku tidak meninggalkannya, dengan rasa sesak didadaku, segera kuacuhkan panggilan itu. Yang jelas hatiku sangat-sangat kacau saat itu.
Ketika sampai dirumah nenek dan kakekku, tanpa buang waktu aku segera berlari menuju kamar nenekku dan menangis sejadi-jadinya.
“Kamu kenapa Fi hingga kamu menangis seperti itu?” kata nenekku yang tiba-tiba masuk kekamarnya. Mungkin beliau tahu aku disini karena suara tangisanku.
“...”
“cerita sama nenek, kamu sebenarnya kenapa?”
Lalu kuceritakan semua hal yang baru saja aku dengar secara detail pada nenek disela tangisanku. Nenek segera memelukku ketika tangisku lebih dari tangisanku sebelum aku ceritakan hal tadi pada nenek.
“Nek, apakah ada kak Sofia disini?” tanya seseorang dari luar. Nenek segera melepas pelukan hangatnya dan berjalan keluar menemui seseorang yang sedang menanyai keberadaanku.
“Iya dia disini, ada apa?” ucap nenekku pada orang itu.
“Kak Sofia diminta pulang kerumah sekarang, kalau tidak dia akan dimarahi ayahnya.”
“Aku tak mau pulang!!!” teriakku dari dalam kamar sambil menangis ketika mendengar perkataan orang yang sedang berbincang dengan nenekku diluar.
Tak lama setelah itu nenek kembali masuk kedalam kamar dan menasehatiku agar aku mau pulang supaya masalah ini tidak berlarut-larut. Aku menolak. Tapi, semakin aku menolak semakin nenek memaksaku untuk pulang kerumah. Akhirnya dengan berat hati, aku menuruti perkataan nenek dan berjalan pelan menuju rumahku dengan langkah gontai.
Sesampainya dirumah, aku disambut oleh ayahku yang sudah berdiri diambang pintu dengan raut wajah yang apabila kutarik kesimpulan pasti akan berakhir dengan hal yang tidak menyenangkan sama sekali. Dan benar saja, saat aku sudah dekat dengan pintu masuk rumahku, ayah segera menyuruhku masuk kekamar orang tuaku. Dengan sekuat tenaga kutahan air mataku agar tidak menetes dihadapan orang tua dan adikku. Didalam kamar orang tuaku, aku terduduk lemas sambil bersandar pada lemari pakaian ibuku. Disana nampak ibuku yang sedang tidur memunggungiku. Aku tahu bahwa saat itu beliau sedang menagis. Ayah langsung memberiku banyak pertanyaan, hingga pada akhirnya beliau bertanya kenapa tadi aku menangis. Karena kurasa aku sudah tak dapat lagi menahan air mataku, aku segera beranjak keluar menuju kamarku. Terbaring dikasurku dan menutupi wajahku sendiri dengan bantal dan tak lama setelah itu aku tak mengingat apa-apa, mungkin karena saat itu aku sudah tertidur.
`Flashback off’
Saat ini, usiaku beranjak 17 tahun, dan peristiwa yang kualami beberapa tahun yang lalu sepertinya terulang kembali...
Malam itu, ketika ayahku hendak pulang dari tugasnya di luar kota, beliau meminta dijemput di stasiun. Aku yang menerima pesan singkat dari ayahku segera meminta ibuku untuk menjemput ayah. Sekitar 30 menit kemudian kedua orang tuaku sudah tiba dirumah.
Suatu sore, dalam kamarku...
“Fi, ibu ingin lihat pesan singkat yang dikirimkan ayahmu saat ia minta untuk dijemput.” Kata ibuku, lalu kubuka pesan itu di ponselku dan kuperlihatkan pada ibuku.
“Oh pantas saja...”
“Memang ada yang aneh dengan pesan itu bu?” tanyaku bingung.
“Coba perhatikan baik-baik pesan ini.” Ucap ibuku sembari menyerahkan ponsel yang ia pegang padaku.
“Aku masih tak mengerti.” Ujarku singkat.
“Apa kau tak perhatikan pesan ini baik-baik. Jelas-jelas dipesan ini, ayahmu tidak meminta dijemput olehku tetapi olehmu.” Lalu kuperhatikan kembali pesan diponselku dan ternyata memang benar apa yang baru saja ibuku ucapkan.
“Sekarang aku baru mengerti, tapi apa hubungannya?” tanyaku.
“Sedari malam itu, raut wajah ayahmu nampak masam, seperti sedang jengkel. Ibu juga tidak mengerti kenapa ayahmu begitu.” Kata ibuku pelan kemudian beranjak keluar dari kamarku.
***
Hari demi hari telah silih berganti, suasana rumah makin menyebalkan terutama untukku. Kedua orang tuaku masih bersenang-senang dengan aksi diam yang sedang mereka lakukan. Entah kapan hal itu akan berakhir dan kehidupan keluargaku kembali menyenangkan seperti dahulu. Orang tuaku seperti sedang menjaga ego masing-masing. Tanpa mereka sadari kalau ada orang-orang yang tak suka melihat hal itu. Ya orang itu adalah AKU.
Dahulu, ketika almarhumah nenekku masih hidup, setiap aku merasa ada yang aneh dengan sikap kedua orang tuaku, beliau lah yang dengan setia mendengarkan keluh kesahku dan dengan senang hati memeluk dan menghapus air mataku. Tapi, semua itu kini tinggal kenangan. Ingin rasanya membagi keluh kesahku pada Lavina atau sahabatku yang lain. Ingin mendengar saran yang mereka berikan untuk masalahku ini. Namun kuurungkan niatku itu karena aku tak mau mereka tahu tentang kondisi keluargaku saat ini.
Setiap melihat kedua orang tuaku tak saling menyapa, rasa sesak didada ini muncul. Dan entah mengapa kian hari, aku kian membenci sosok ayahku, entah apa yang melatar belakangi hal itu. Ingin rasanya berteriak dan memberontak. Mencaci maki semua keadaan yang tangah kujalani. Aku ingin berteriak sambil menangis didepan mereka dan memberitahu mereka betapa sakit dan hancurnya aku ketika menyaksikan kedua orang tuaku seperti itu. Aku dalah gadis yang lemah, aku tidak akan mungkin dapat melakukan semua itu. Andai kedua orang tuaku tahu apa yang aku rasakan, akankah mereka akan kembali seperti biasanya. Hangat, penuh dengan canda tawa dan melakukan hal yang menyenangkan bersama-sama.
Hal yang paling tepat kulakukan saat ini adalah berserah diri pada Yang Maha Kuasa. Aku yakin Dia akan memberikanku yang terbaik dari yang paling baik. Dan aku juga yakin hal itu akan terjadi tak akan lama lagi.
  

To be continue...
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar