Minggu, 30 Maret 2014

{FF} The Secret Agent - I Save You or You Save Me (part B)




 Author         : Ima
 Tittle         : The Secret Agent
 Genre          : Action
 Length         : Series
 Cast           : Kim Jongwoon
                  Lee Sungmin
                  Kim Ryeowook
 Other Cast     : Kim Yesung (Kim Jongwoon’s twins)
                  Can you see by yourself

 Author Note    :
     New genre! Yeah, I’m comeback with new genre, I hope you can like this story. Warning! Typo anywhere!!
Happy Reading...^^

You just need to wait for me and I will find you soon...





THE SECRET AGENT



Part 3B
-I Save You or You Save Me-


“Hei, siapa kau?!” ujar seseorang sedikit lantang.
Sontak Jongwoon yang terkejut segera bersembunyi diantara semak-semak yang berada cukup dekat dengan pintu masuk utama. Dilihatnya beberapa pengawal tengah mengintrogasi seseorang yang sepertinya hendak masuk kedalam rumah itu. Sempat terpikir oleh Jongwoon kalau ia akan tertangkap basah hendak menyusup kerumah itu. Dan suara yang terdengar seperti sedikit berteriak itu, ternyata ditujukan untuk orang lain, bukan untuk dirinya.
Yesung POV
Kuedarkan pandanganku kesegala penjuru ruangan guna mencari sesuatu yang bisa kugunakan untuk melepas ikatan tali yang mengikat tangan dan kakiku saat ini. Kulihat disudut ruangan terdapat lembaran seng. Ya, lembaran seng itu bisa kugunakan. Agak berbahaya memang karena sedikit saja aku melakukan kesalahan, bagian dari lembaran seng itu dapat melukaiku. Aku harus melakukannya dengan hati-hati dan tanpa menimbulkan suara sekecil apapun.
Perlahan tapi pasti kugerakkan anggota tubuhku yang masih memungkinkan untuk digerakan. Sialnya, para penculik itu mengikatku dengan sangat kuat. Aku yakin pergelangan tangan dan kakiku akan memerah saat tali ini terlepas. Kugerakkan tubuhku yang kurasa sangat mirip dengan gerakan seekor ulat. Apakah perumpamaan itu terlalu berlebihan? Tidak. Karena memang itulah yang sekarang tengah kulakukan. Sedikit lagi. Ya, sedikit lagi tubuhku tepat berada didepan lembaran seng itu.
Hal pertama yang kulakukan adalah melepas tali yang mengikat pergelangan tanganku. Karena itu dapat memudahkanku untuk melepas ikatan dikakiku dan bisa segera kabur dari tempat yang sangat mengerikan ini.
Sepertinya dewi fortuna tengah berpihak padaku. Tali pengikat ini perlahan mulai menipis dan nyaris terputus.
“Aaakh!!” pekikku tertahan.
Salah satu bagian seng ini menggores sedikit telapak tanganku. Darah segar perlahan mulai nampak sesaat setelah tali pengikat ini terputus. Darah itu terus mengalir hingga meninggalkan sedikit bercak dilantai. Untuk saat ini darah yang menetes itu tak penting, walaupun itu bisa mereka jadikan bukti kalau aku melarikan diri. Itu tidak terlalu kupermasalahkan. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya meloloskan diri dari beberapa pengawal yang menjaga ketat lokasi ini. “Hyung, aku butuh bantuanmu.”
Yesung POV End
Still in this place, Author POV
Ditempat persembunyiannya saat ini, Jongwoon berusaha menyusun strategi agar usahanya untuk menyelamatkan adiknya tak memakan banyak waktu dan yang paling penting tak diketahui oleh si pelaku penculikan yang hingga saat ini masih belum menampakkan dirinya dirumah tempat Yesung disekap. Jongwoon mengawasi lokasi itu, berharap ada sedikit celah untuk masuk kedalam rumah itu. Beruntunglah Jongwoon melihat sebuah jendela yang sedikit terbuka. Itu sangat menguntungkan dirinya karena ia tak perlu membobol jendela untuk masuk kerumah itu. Tapi, jendela itu terletak dilantai dua dan lokasinya cukup tinggi. Jika ia kira, tingkat kesulitan untuk dapat menyusup melalui jendela itu adalah 20%.
Bisa dibilang Jongwoon ahli dalam pembobolan jendela, pintu bahkan brankas. Tak mengherankan jika hal itu dilakukannya dengat sangat mudah dan cepat karena ia merupakan agent yang sangat terlatih. Rekannya, Sungmin dan Ryeowook memiliki kemampuan yang sama. Saat ini Jongwoon tengah mempersiapkan peralatan yang ia bawa. Tak banyak barang bawaannya yang dapat ia gunakan untuk menerobos jendela dilantai dua itu mengingat ia tadi terburu-buru ketika mendengar kabar bahwa adiknya diculik. Terlebih ia meninggalkan mobilnya dan lebih memilih berjalan kaki untuk mempersingkat waktu.
Tali dengan ring diujungnya, besi kecil sepanjang pensil, sepotong kawat dan juga senapan untuk berjaga-jaga dirasa cukup untuk menyusup lewat jendela itu. Ditambah lagi terdapat sedikit semak yang dapat ia gunakan untuk bersembunyi sebelum ia naik ke jendela itu benar-benar sangat menguntungkan pihaknya.
Karena situasi disekitar tak kunjung mengijinkannya untuk segera melancarkan aksinya.
DOR!!
Akhirnya Jongwoon melepaskan peluru dari senapannya ke udara guna mengelabuhi para pengawal yang berjaga di areal sekitar jendela. Dan usaha tersebut berhasil. Para pengawal itu berhamburan mencari letak sumber suara yang baru saja mereka dengar.
“Inilah saatnya.” Pikir Jongwoon.
Segera ia berlari kearah dinding dan kembali bersembunyi diantara semak-semak. Diantara semak-semak itu Jongwoon menyusun tali dan ring yang dibawanya sedemikian rupa agar dapat ia gunakan untuk memanjat dinding dan meraih jendela dilantai dua agar ia bisa masuk kerumah tempat adiknya disekap. Dilemparnya tali itu kearah jendela, berharap ujung tali ber’ring’ itu dapat meraih sebuah besi kecil yang tertancap tepat disebelah kanan jendela itu. Sekali, dua kali, usahanya tak membuahkan hasil. Kalau terus begini, bisa-bisa ia tertangkap oleh para pengawal lainnya. Sekali lagi. Ya, ia harus mencobanya sekali lagi atau tidak sama sekali. Dan... Gotcha!! Ring itu menyangkut dipaku dan kuat untuk menopang berat tubuhnya.
Setelah melihat situasi sekitar, perlahan ia mulai memanjat tali itu sedikit demi sedikit. Dengan sarung tangan yang membalut pergelangan tangannya, membuat gerakan Jongwoon semakin gesit. Bahkan kini ia sudah sampai didepan jendela itu. Suara deru mesin mobil mulai terdengar. 'Akan ada seseorang yang akan mengunjungi rumah ini.' pikir Jongwoon. Jongwoon pun tanpa buang waktu segera masuk ke rumah itu melalui jendela. Dan menyembunyikan tali yang ia gunakan agar tak dicurigai oleh pengawal yang bisa saja tengah berkeliling.
Dugaannya benar. Sebuah mobil metalik hitam terparkir tepat dihalaman rumah ini. Beberapa orang berstelan jas hitam turun dari mobil itu. Jongwoon pun segera bergerak cepat menyusuri tiap-tiap ruangan yang ada dirumah ini. Jumlah ruangan yang tidak sedikit dan hampir sebagian ruangan tersebut terkunci, makin mempersulit langkah Jongwoon untuk menemukan adiknya
“Aaakh!!” terdengar pekikan seseorang dari salah satu ruangan yang tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang yang seketika membuat Jongwoon menoleh kebelakang.
Jongwoon yakin jika suara yang baru saja ia dengar adalah suara Yesung. Tapi kenapa ia terdengar tengah kesakitan. Bahkan ia bisa sedikit merasakan perih disalah satu tangannya. Yesung tengah terluka saat ini. Jongwoon bisa merasakannya. Mungkin ini yang dimaksud ikatan batin orang kembar. Dengan langkah pelan, Jongwoon mulai menyisir tiap-tiap ruangan yang belum ia periksa.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki disekitar tangga. Jongwoon segera berlari menuju salah satu ruangan dengan pintu yang sedikit terbuka dan bersembunyi disana. Dari lubang kunci ia dapat melihat 2 orang bertubuh tinggi dan seseorang dengan kacamata dan masker hitamnya tengah berbincang sembari menaiki anak tangga. Jongwoon pikir, ia akan mengalami kesulitan untuk bergerak dirumah ini mengingat banyak pengawal yang menjaga hampir dibeberapa titik rumah ini.
“Lalu apa yang harus kulakukan sekarang.” Gumam Jongwoon.
Jongwoon melihat suasana ruangan yang ia gunakan untuk bersembunyi. Ini sebuah pantry. Untuk tipe rumah semacam ini, setiap ada pantry pasti terdapat seseorang yang bekerja khusus didalamnya. Sembari tetap waspada ia menyusuri pantry itu. Akhirnya ia menemukan apa yang sedang ia cari. Seseorang dengan seragam pantry tengah duduk membelakanginya dan menyesap sesuatu yang ada pada cangkir dalam genggamannya. Baru saja Jongwoon hendak melangkah, orang itu berbalik dan menatap Jongwoon dengan tatapan curiga.
“Siapa kau?”
“...” Jongwoon bergeming.
“Jawab pertanyaanku! Siapa kau?” tanya orang itu yang tanpa basa-basi mengacungkan sebuah senapan tepat kearah Jongwoon. Jongwoon sedikit terkejut dengan tindakkan tergesa-gesa orang yang ia yakini sebagai seorang pelayan dirumah ini. Ia terlihat tenang dan hanya menunjukkan seringainya.
“Turunkan senjatamu! Aku tak ingin ada yang terluka disini.”
Jongwoon mendekati pria itu. Bahkan saat ini, lubang peluru senapan itu sudah berada tepat didepan matanya. Namun, Jongwoon tahu kalau pria yang ada dihadapannya ini hanya berniat menggertaknya. Bisa dilihat dari tatapan matanya yang seolah ragu untuk menari pelatuk yang akan membuat peluru panas itu mengenai Jongwoon. Dan tangan pria itu yang sedikit bergetar saat memegang senapan itu sangat menggambarkan kalau ia tengah panik sekarang.
“Kau polisi kan? Jawab aku!!”
Jongwoon tetap bergeming menatap pria itu yang sangat hebat menyembunyikan ekspresi ketakutannya. Getaran tangannya makin terlihat. Pria itu benar-benar panik. Jongwoon dengan sikap santainya, semakin mendekat kearah pria yang masih saja mengacungkan senapan kearahnya.
“Aku peringatkan sekali lagi tuan. Letakkan senjatamu atau akan ada seseorang yang akan tak sadarkan diri disini.” Ujar Jongwoon dengan tenang. Sebelah tangannya mencoba meraih senapan itu. Pria itu mulai mundur selangkah demi selangkah dan...
BUGH!!
Pria dihadapan Jongwoon kini sudah tersungkur tak sadarkan diri dilantai pantry sesaat setelah Jongwoon memukul tengkuknya. Pria ini terlalu membuang waktunya. Kemudian Jongwoon melepas seragam yang melekat pada tubuh pria itu dan memakainya. Beruntung ukuran tubuh pria itu pas dengan ukuran tubuhnya. Dengan tambahan sebuah kacamata dan topi, Jongwoon dengan langkah pasti berjalan mendekati pintu pantry.
Song Haru
Itulah nama yang melekat pada seragam ditubuh Jongwoon saat ini. “Nama yang bagus. Tapi maaf aku harus melakukan hal ini padamu Haru-ssi. Nice to meet you.” Ujar Jongwoon setelah ia mencabut paksa dan membuang asal sebuah nametag bertuliskan Song Haru itu dari serangam yang tengah digunakannya.
‘Haru-ssi, cepat bawakan kopi keruangan Bos sekarang!!’
Terdengar sebuah suara dari telekom yang terdapat diujung pantry. Ini kesempatan yang dapat Jongwoon manfaatkan untuk mengetahui letak ruangan Yesung disekap sekaligus mengetahui wajah dalang dibalik penculikan ini. Dengan secangkir kopi diatas nampan yang tengah dibawanya, Jongwoon siap melancarkan aksinya.
Author POV End.
...
Someone POV
Ini adalah hari kejayaanku. Setelah sekian lama aku menginginkan agar Jongwoon si agent sialan itu tertangkap, kini menjadi kenyataan. Kukira rintangannya akan lebih susah dari ini. Tapi nyatanya semua berjalan dengan lancar. Ingin rasanya kukunjungi Kepolisian Seoul yang mungkin kini tengah kalang kabut mengingat agent terpenting mereka menghilang begitu saja. Apakah terlalu kejam jika aku tertawa ditengah kepanikan yang tengah mereka rasakan. Tidak. Aku menyukai hal semacam ini. Ini sesuai dengan rencanaku.
Dan sekarang disinilah aku. Dirumah tempat dimana Jongwoon disekap oleh beberapa anak buahku. Dengan kacamata dan topi yang serba hitam, kulangkahkan kakiku masuk kerumah itu. Kacamata dan topi ini akan sangat membantuku untuk kabur jika sewaktu-waktu para polisi itu mengetahui lokasi rumah ini. Karena sudah kupastikan jika polisi-polisi itu akan melacak dimana keberadaan Jongwoon dan dengan cepat menemukan lokasi ini.
Lama berbincang dengan anak buahku, rasa haus mulai mendera tenggorokanku. Kuminta Rei untuk meminta pelayan dirumah ini untuk membawakan minuman keruanganku. Sekitar 5 menit kemudian, seorang pria dengan seragam pelayan masuk keruanganku sembari membawa nampan. Sekilas kuperhatikan, pria yang ada dihadapanku ini tidak seperti pelayan yang kupekerjakan beberapa hari yang lalu. Apa mungkin Rei mempekerjakan seorang pelayan baru tanpa sepengetahuanku? Sebaiknya kutanyakan hal ini pada Rei karena tak sembarangan orang boleh bekerja ditempatku.
“Permisi bos, ini minuman Anda.”
“Apa kau pelayan baru? Walau aku jarang mengunjungi rumah ini, tapi aku hafal betul siapa saja yang berkerja untukku.”
“Ah, ye, saya pelayan baru. Saya baru bekerja hari ini. Bisa saya letakkan dimana minuman Anda?”
“Letakkan saja disana. Kau boleh pergi sekarang.” Ujarku sembari menunjuk sebuah meja diujung ruangan. Kulihat ia menunduk sekilas sebelum akhirnya menghilang dibalik pintu. Entah ada angin apa, aku mulai mencurigai pria tadi. Mendengar dari suaranya, sepertinya aku mulai mengenalinya walau sangat tidak mungkin kalau pria itu adalah orang yang sama dengan orang tengah disekap sekarang.
Someone POV end...
Author POV
“Sial, sepertinya orang itu mencurigaiku. Aku rasanya mengenal suara orang tadi. Aku pernah mendengar suara itu sebelumnya. Tapi dimana...” batin Jongwoon sesaat setelah ia keluar dari ruangan.
“Haru-ssi.” Seketika Jongwoon terlonjak kaget ketika ia merasakan seseorang menepuk bahu kirinya. “Ah y..ye.” “Bisakah kau bawakan makanan ini keruangan diujung sana. Pastikan seseorang yang ada didalam sana memakan makanan ini. Aku tak ingin ia mati konyol dan usahaku akan jadi sia-sia karenanya.” Titah orang yang tadi menepuk bahu Jongwoon. Jongwoon hanya menunduk dan mengambil alih nampan yang diberikan padanya.
Diikutinya lorong yang berada tepat disebelah ruangan si bos dalang penyekapan Yesung. Inilah kesempatannya untuk membebaskan Yesung dari tempat ini. Dengan sedikit tergesa-gesa, Jongwoon berjalan menuju ruangan yang terletak paling ujung lorong ini sembari sesekali memperhatikan sekelilingnya. Hanya sekedar memastikan tak akan ada saksi yang akan melihatnya.
Cklek...
Pintu ruangan terbuka sedikit. Disudut ruangan nampak seseorang dengan penampilan sedikit acak-acakan tengah memunggungi Jongwoon.
“Yesung-ah.” Ujar Jongwoon lirih.
“Yesung-ah.” Panggil Jongwoon dengan nada sedikit meninggi.
“Hyung!” “ssttt.” Jongwoon menutup mulut Yesung yang reflek berteriak ketika melihatnya. “Apa yang sedang kau lakukan, eoh? Ceroboh sekali. Melarikan diri saja sampai tergores besi seperti ini.” Ujar Jongwoon dengan nada bercanda tetapi ekspresinya tetap serius. Tangan Jongwoon dengan cekatan melepas ikatan dikaki Yesung. Sedangkan yang diajak hanya mencibir.
“Bawa ini untuk berjaga-jaga. Kita tidak bisa kabur lewat jendela. Terdapat trali besi diluar tiap-tiap jendela.” Jongwoon menyerahkan salah satu senapan yang dibawanya kepada Yesung.
Tanpa buang waktu, Jongwoon dan Yesung keluar dari ruang penyekapan setelah dirasa aman.
“Aku tak pernah tahu kalau kau memiliki kembaran Jongwoon-ah.” Seketika Jongwoon dan Yesung menoleh kebelakang. Seorang lelaki dengan kacamata hitamnya tengah berdiri angkuh menatap keduanya.
Reflek Jongwoon dan Yesung mengacungkan senapan mereka secara bersamaan tepat kearah lelaki itu.
“Apa maumu?” ujar Jongwoon.
“Santai Jongwoon, kalian tidak perlu mengarahkan senapan itu kearahku. Akan ada yang terluka disini jika kalian lakukan itu.” Lelaki itu melipat jaket yang dikenakannya hingga sebatas siku.
Jongwoon menurunkan senapan yang dibawanya tetapi dengan posisi yang siap menembak kapan saja waktu mendesaknya. Tapi tidak dengan Yesung. Ia masih tetap mengarahkan senapan yang dibawanya walaupun senapan itu ada dibalik punggungnya saat ini. Lelaki itu masih enggan melepas kacamata hitamnya. Ia lebih memilih menyunggingkan senyum liciknya.
“Bagaimana kalau aku mengijinkan kalian pergi dari rumah ini tapi kalian membiarkanku pergi dan aku bebas dari segala tuduhan. How?”
“Not bad. Okay.” Ujar Jongwoon. “Hyung, kau gila!!” Yesung tak percaya dengan kalimat yang baru saja diucapkan kakaknya.
“Ok, kita berbalik bersama-sama. Kau bisa susuri lorong ini setelah hitungan ketiga. Lorong ini akan menuntun kalian untuk menuju pintu belakang rumah ini.” Lelaki itu memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaket yang dikenakannya. “Tapi bolehkah aku yang menghitungnya.”
“Do it!”
Three
Two
One
DOR!! #

Leave your comment here ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar