Author : Ima
Tittle :
The Secret Agent
Genre :
Action
Length :
Series
Cast :
Kim Jongwoon
Lee Sungmin
Kim Ryeowook
Other Cast :
Kim Yesung (Kim Jongwoon’s twins)
Can you see by yourself
Author Note :
New genre! Yeah, I’m comeback with new genre, I
hope you can like this story. Warning! Typo anywhere!!
Happy Reading...^^
You just need to wait
for me and I will find you soon...
THE SECRET AGENT
Part
3B
-I
Save You or You Save Me-
“Hei, siapa kau?!” ujar seseorang
sedikit lantang.
Sontak Jongwoon yang terkejut segera
bersembunyi diantara semak-semak yang berada cukup dekat dengan pintu masuk
utama. Dilihatnya beberapa pengawal tengah mengintrogasi seseorang yang
sepertinya hendak masuk kedalam rumah itu. Sempat terpikir oleh Jongwoon kalau
ia akan tertangkap basah hendak menyusup kerumah itu. Dan suara yang terdengar
seperti sedikit berteriak itu, ternyata ditujukan untuk orang lain, bukan untuk
dirinya.
Yesung
POV
Kuedarkan pandanganku kesegala
penjuru ruangan guna mencari sesuatu yang bisa kugunakan untuk melepas ikatan
tali yang mengikat tangan dan kakiku saat ini. Kulihat disudut ruangan terdapat
lembaran seng. Ya, lembaran seng itu bisa kugunakan. Agak berbahaya memang
karena sedikit saja aku melakukan kesalahan, bagian dari lembaran seng itu
dapat melukaiku. Aku harus melakukannya dengan hati-hati dan tanpa menimbulkan
suara sekecil apapun.
Perlahan tapi pasti kugerakkan
anggota tubuhku yang masih memungkinkan untuk digerakan. Sialnya, para penculik
itu mengikatku dengan sangat kuat. Aku yakin pergelangan tangan dan kakiku akan
memerah saat tali ini terlepas. Kugerakkan tubuhku yang kurasa sangat mirip
dengan gerakan seekor ulat. Apakah perumpamaan itu terlalu berlebihan? Tidak.
Karena memang itulah yang sekarang tengah kulakukan. Sedikit lagi. Ya, sedikit
lagi tubuhku tepat berada didepan lembaran seng itu.
Hal pertama yang kulakukan adalah
melepas tali yang mengikat pergelangan tanganku. Karena itu dapat memudahkanku
untuk melepas ikatan dikakiku dan bisa segera kabur dari tempat yang sangat
mengerikan ini.
Sepertinya dewi fortuna tengah
berpihak padaku. Tali pengikat ini perlahan mulai menipis dan nyaris terputus.
“Aaakh!!” pekikku tertahan.
Salah satu bagian seng ini
menggores sedikit telapak tanganku. Darah segar perlahan mulai nampak sesaat
setelah tali pengikat ini terputus. Darah itu terus mengalir hingga
meninggalkan sedikit bercak dilantai. Untuk saat ini darah yang menetes itu tak
penting, walaupun itu bisa mereka jadikan bukti kalau aku melarikan diri. Itu
tidak terlalu kupermasalahkan. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana
caranya meloloskan diri dari beberapa pengawal yang menjaga ketat lokasi ini.
“Hyung, aku butuh bantuanmu.”
Yesung POV End
Still in this place, Author POV
Ditempat persembunyiannya saat ini,
Jongwoon berusaha menyusun strategi agar usahanya untuk menyelamatkan adiknya
tak memakan banyak waktu dan yang paling penting tak diketahui oleh si pelaku
penculikan yang hingga saat ini masih belum menampakkan dirinya dirumah tempat
Yesung disekap. Jongwoon mengawasi lokasi itu, berharap ada sedikit celah untuk
masuk kedalam rumah itu. Beruntunglah Jongwoon melihat sebuah jendela yang sedikit
terbuka. Itu sangat menguntungkan dirinya karena ia tak perlu membobol jendela
untuk masuk kerumah itu. Tapi, jendela itu terletak dilantai dua dan lokasinya
cukup tinggi. Jika ia kira, tingkat kesulitan untuk dapat menyusup melalui
jendela itu adalah 20%.
Bisa dibilang Jongwoon ahli dalam
pembobolan jendela, pintu bahkan brankas. Tak mengherankan jika hal itu
dilakukannya dengat sangat mudah dan cepat karena ia merupakan agent yang
sangat terlatih. Rekannya, Sungmin dan Ryeowook memiliki kemampuan yang sama.
Saat ini Jongwoon tengah mempersiapkan peralatan yang ia bawa. Tak banyak
barang bawaannya yang dapat ia gunakan untuk menerobos jendela dilantai dua itu
mengingat ia tadi terburu-buru ketika mendengar kabar bahwa adiknya diculik.
Terlebih ia meninggalkan mobilnya dan lebih memilih berjalan kaki untuk
mempersingkat waktu.
Tali dengan ring diujungnya, besi
kecil sepanjang pensil, sepotong kawat dan juga senapan untuk berjaga-jaga dirasa
cukup untuk menyusup lewat jendela itu. Ditambah lagi terdapat sedikit semak
yang dapat ia gunakan untuk bersembunyi sebelum ia naik ke jendela itu
benar-benar sangat menguntungkan pihaknya.
Karena situasi disekitar tak
kunjung mengijinkannya untuk segera melancarkan aksinya.
DOR!!
Akhirnya Jongwoon melepaskan peluru
dari senapannya ke udara guna mengelabuhi para pengawal yang berjaga di areal
sekitar jendela. Dan usaha tersebut berhasil. Para pengawal itu berhamburan
mencari letak sumber suara yang baru saja mereka dengar.
“Inilah saatnya.” Pikir Jongwoon.
Segera ia berlari kearah dinding
dan kembali bersembunyi diantara semak-semak. Diantara semak-semak itu Jongwoon
menyusun tali dan ring yang dibawanya sedemikian rupa agar dapat ia gunakan
untuk memanjat dinding dan meraih jendela dilantai dua agar ia bisa masuk kerumah
tempat adiknya disekap. Dilemparnya tali itu kearah jendela, berharap ujung
tali ber’ring’ itu dapat meraih sebuah besi kecil yang tertancap tepat
disebelah kanan jendela itu. Sekali, dua kali, usahanya tak membuahkan hasil.
Kalau terus begini, bisa-bisa ia tertangkap oleh para pengawal lainnya. Sekali
lagi. Ya, ia harus mencobanya sekali lagi atau tidak sama sekali. Dan...
Gotcha!! Ring itu menyangkut dipaku dan kuat untuk menopang berat tubuhnya.
Setelah melihat situasi sekitar,
perlahan ia mulai memanjat tali itu sedikit demi sedikit. Dengan sarung tangan
yang membalut pergelangan tangannya, membuat gerakan Jongwoon semakin gesit.
Bahkan kini ia sudah sampai didepan jendela itu. Suara deru mesin mobil mulai
terdengar. 'Akan ada seseorang
yang akan mengunjungi rumah ini.' pikir Jongwoon.
Jongwoon pun tanpa buang waktu segera masuk ke rumah itu melalui jendela. Dan
menyembunyikan tali yang ia gunakan agar tak dicurigai oleh pengawal yang bisa
saja tengah berkeliling.
Dugaannya benar. Sebuah mobil
metalik hitam terparkir tepat dihalaman rumah ini. Beberapa orang berstelan jas
hitam turun dari mobil itu. Jongwoon pun segera bergerak cepat menyusuri
tiap-tiap ruangan yang ada dirumah ini. Jumlah ruangan yang tidak sedikit dan
hampir sebagian ruangan tersebut terkunci, makin mempersulit langkah Jongwoon
untuk menemukan adiknya
“Aaakh!!”
terdengar pekikan seseorang dari salah satu ruangan yang tak jauh dari
tempatnya berdiri sekarang yang seketika membuat Jongwoon menoleh kebelakang.
Jongwoon yakin jika suara yang baru
saja ia dengar adalah suara Yesung. Tapi kenapa ia terdengar tengah kesakitan.
Bahkan ia bisa sedikit merasakan perih disalah satu tangannya. Yesung tengah
terluka saat ini. Jongwoon bisa merasakannya. Mungkin ini yang dimaksud ikatan
batin orang kembar. Dengan langkah pelan, Jongwoon mulai menyisir tiap-tiap
ruangan yang belum ia periksa.
Tiba-tiba terdengar suara langkah
kaki disekitar tangga. Jongwoon segera berlari menuju salah satu ruangan dengan
pintu yang sedikit terbuka dan bersembunyi disana. Dari lubang kunci ia dapat
melihat 2 orang bertubuh tinggi dan seseorang dengan kacamata dan masker
hitamnya tengah berbincang sembari menaiki anak tangga. Jongwoon pikir, ia akan
mengalami kesulitan untuk bergerak dirumah ini mengingat banyak pengawal yang
menjaga hampir dibeberapa titik rumah ini.
“Lalu apa yang harus kulakukan
sekarang.” Gumam Jongwoon.
Jongwoon melihat suasana ruangan
yang ia gunakan untuk bersembunyi. Ini sebuah pantry. Untuk tipe rumah semacam
ini, setiap ada pantry pasti terdapat seseorang yang bekerja khusus didalamnya.
Sembari tetap waspada ia menyusuri pantry itu. Akhirnya ia menemukan apa yang
sedang ia cari. Seseorang dengan seragam pantry tengah duduk membelakanginya
dan menyesap sesuatu yang ada pada cangkir dalam genggamannya. Baru saja
Jongwoon hendak melangkah, orang itu berbalik dan menatap Jongwoon dengan
tatapan curiga.
“Siapa kau?”
“...” Jongwoon bergeming.
“Jawab
pertanyaanku! Siapa kau?” tanya orang itu yang tanpa basa-basi mengacungkan sebuah
senapan tepat kearah Jongwoon. Jongwoon sedikit terkejut dengan tindakkan
tergesa-gesa orang yang ia yakini sebagai seorang pelayan dirumah ini. Ia
terlihat tenang dan hanya menunjukkan seringainya.
“Turunkan
senjatamu! Aku tak ingin ada yang terluka disini.”
Jongwoon mendekati pria itu. Bahkan
saat ini, lubang peluru senapan itu sudah berada tepat didepan matanya. Namun,
Jongwoon tahu kalau pria yang ada dihadapannya ini hanya berniat menggertaknya.
Bisa dilihat dari tatapan matanya yang seolah ragu untuk menari pelatuk yang
akan membuat peluru panas itu mengenai Jongwoon. Dan tangan pria itu yang
sedikit bergetar saat memegang senapan itu sangat menggambarkan kalau ia tengah
panik sekarang.
“Kau polisi kan? Jawab aku!!”
Jongwoon tetap bergeming menatap
pria itu yang sangat hebat menyembunyikan ekspresi ketakutannya. Getaran
tangannya makin terlihat. Pria itu benar-benar panik. Jongwoon dengan sikap
santainya, semakin mendekat kearah pria yang masih saja mengacungkan senapan
kearahnya.
“Aku peringatkan
sekali lagi tuan. Letakkan senjatamu atau akan ada seseorang yang akan tak
sadarkan diri disini.” Ujar Jongwoon dengan tenang. Sebelah tangannya mencoba
meraih senapan itu. Pria itu mulai mundur selangkah demi selangkah dan...
BUGH!!
Pria dihadapan Jongwoon kini sudah
tersungkur tak sadarkan diri dilantai pantry sesaat setelah Jongwoon memukul
tengkuknya. Pria ini terlalu membuang waktunya. Kemudian Jongwoon melepas
seragam yang melekat pada tubuh pria itu dan memakainya. Beruntung ukuran tubuh
pria itu pas dengan ukuran tubuhnya. Dengan tambahan sebuah kacamata dan topi,
Jongwoon dengan langkah pasti berjalan mendekati pintu pantry.
Song
Haru
Itulah nama yang melekat pada
seragam ditubuh Jongwoon saat ini. “Nama yang bagus. Tapi maaf aku harus melakukan
hal ini padamu Haru-ssi. Nice to meet you.” Ujar Jongwoon setelah ia mencabut
paksa dan membuang asal sebuah nametag bertuliskan Song Haru itu dari serangam
yang tengah digunakannya.
‘Haru-ssi,
cepat bawakan kopi keruangan Bos sekarang!!’
Terdengar sebuah suara dari telekom
yang terdapat diujung pantry. Ini kesempatan yang dapat Jongwoon manfaatkan
untuk mengetahui letak ruangan Yesung disekap sekaligus mengetahui wajah dalang
dibalik penculikan ini. Dengan secangkir kopi diatas nampan yang tengah dibawanya,
Jongwoon siap melancarkan aksinya.
Author POV End.
...
Someone POV
Ini adalah hari kejayaanku. Setelah
sekian lama aku menginginkan agar Jongwoon si agent sialan itu tertangkap, kini
menjadi kenyataan. Kukira rintangannya akan lebih susah dari ini. Tapi nyatanya
semua berjalan dengan lancar. Ingin rasanya kukunjungi Kepolisian Seoul yang
mungkin kini tengah kalang kabut mengingat agent terpenting mereka menghilang
begitu saja. Apakah terlalu kejam jika aku tertawa ditengah kepanikan yang
tengah mereka rasakan. Tidak. Aku menyukai hal semacam ini. Ini sesuai dengan
rencanaku.
Dan sekarang disinilah aku. Dirumah
tempat dimana Jongwoon disekap oleh beberapa anak buahku. Dengan kacamata dan
topi yang serba hitam, kulangkahkan kakiku masuk kerumah itu. Kacamata dan topi
ini akan sangat membantuku untuk kabur jika sewaktu-waktu para polisi itu
mengetahui lokasi rumah ini. Karena sudah kupastikan jika polisi-polisi itu
akan melacak dimana keberadaan Jongwoon dan dengan cepat menemukan lokasi ini.
Lama berbincang dengan anak buahku,
rasa haus mulai mendera tenggorokanku. Kuminta Rei untuk meminta pelayan
dirumah ini untuk membawakan minuman keruanganku. Sekitar 5 menit kemudian,
seorang pria dengan seragam pelayan masuk keruanganku sembari membawa nampan.
Sekilas kuperhatikan, pria yang ada dihadapanku ini tidak seperti pelayan yang
kupekerjakan beberapa hari yang lalu. Apa mungkin Rei mempekerjakan seorang
pelayan baru tanpa sepengetahuanku? Sebaiknya kutanyakan hal ini pada Rei
karena tak sembarangan orang boleh bekerja ditempatku.
“Permisi bos, ini minuman Anda.”
“Apa kau pelayan
baru? Walau aku jarang mengunjungi rumah ini, tapi aku hafal betul siapa saja
yang berkerja untukku.”
“Ah, ye, saya
pelayan baru. Saya baru bekerja hari ini. Bisa saya letakkan dimana minuman
Anda?”
“Letakkan saja
disana. Kau boleh pergi sekarang.” Ujarku sembari menunjuk sebuah meja diujung
ruangan. Kulihat ia menunduk sekilas sebelum akhirnya menghilang dibalik pintu.
Entah ada angin apa, aku mulai mencurigai pria tadi. Mendengar dari suaranya,
sepertinya aku mulai mengenalinya walau sangat tidak mungkin kalau pria itu
adalah orang yang sama dengan orang tengah disekap sekarang.
Someone POV end...
Author POV
“Sial,
sepertinya orang itu mencurigaiku. Aku rasanya mengenal suara orang tadi. Aku
pernah mendengar suara itu sebelumnya. Tapi dimana...” batin Jongwoon sesaat
setelah ia keluar dari ruangan.
“Haru-ssi.”
Seketika Jongwoon terlonjak kaget ketika ia merasakan seseorang menepuk bahu
kirinya. “Ah y..ye.” “Bisakah kau bawakan makanan ini keruangan diujung sana.
Pastikan seseorang yang ada didalam sana memakan makanan ini. Aku tak ingin ia
mati konyol dan usahaku akan jadi sia-sia karenanya.” Titah orang yang tadi
menepuk bahu Jongwoon. Jongwoon hanya menunduk dan mengambil alih nampan yang
diberikan padanya.
Diikutinya lorong yang berada tepat
disebelah ruangan si bos dalang penyekapan Yesung. Inilah kesempatannya untuk
membebaskan Yesung dari tempat ini. Dengan sedikit tergesa-gesa, Jongwoon
berjalan menuju ruangan yang terletak paling ujung lorong ini sembari sesekali
memperhatikan sekelilingnya. Hanya sekedar memastikan tak akan ada saksi yang
akan melihatnya.
Cklek...
Pintu ruangan terbuka sedikit.
Disudut ruangan nampak seseorang dengan penampilan sedikit acak-acakan tengah
memunggungi Jongwoon.
“Yesung-ah.” Ujar Jongwoon lirih.
“Yesung-ah.” Panggil Jongwoon
dengan nada sedikit meninggi.
“Hyung!” “ssttt.”
Jongwoon menutup mulut Yesung yang reflek berteriak ketika melihatnya. “Apa
yang sedang kau lakukan, eoh? Ceroboh sekali. Melarikan diri saja sampai
tergores besi seperti ini.” Ujar Jongwoon dengan nada bercanda tetapi
ekspresinya tetap serius. Tangan Jongwoon dengan cekatan melepas ikatan dikaki
Yesung. Sedangkan yang diajak hanya mencibir.
“Bawa ini untuk
berjaga-jaga. Kita tidak bisa kabur lewat jendela. Terdapat trali besi diluar
tiap-tiap jendela.” Jongwoon menyerahkan salah satu senapan yang dibawanya
kepada Yesung.
Tanpa buang waktu, Jongwoon dan
Yesung keluar dari ruang penyekapan setelah dirasa aman.
“Aku tak pernah
tahu kalau kau memiliki kembaran Jongwoon-ah.” Seketika Jongwoon dan Yesung
menoleh kebelakang. Seorang lelaki dengan kacamata hitamnya tengah berdiri
angkuh menatap keduanya.
Reflek Jongwoon dan Yesung
mengacungkan senapan mereka secara bersamaan tepat kearah lelaki itu.
“Apa maumu?” ujar Jongwoon.
“Santai
Jongwoon, kalian tidak perlu mengarahkan senapan itu kearahku. Akan ada yang
terluka disini jika kalian lakukan itu.” Lelaki itu melipat jaket yang
dikenakannya hingga sebatas siku.
Jongwoon menurunkan senapan yang
dibawanya tetapi dengan posisi yang siap menembak kapan saja waktu mendesaknya.
Tapi tidak dengan Yesung. Ia masih tetap mengarahkan senapan yang dibawanya walaupun
senapan itu ada dibalik punggungnya saat ini. Lelaki itu masih enggan melepas
kacamata hitamnya. Ia lebih memilih menyunggingkan senyum liciknya.
“Bagaimana kalau
aku mengijinkan kalian pergi dari rumah ini tapi kalian membiarkanku pergi dan
aku bebas dari segala tuduhan. How?”
“Not bad. Okay.”
Ujar Jongwoon. “Hyung, kau gila!!” Yesung tak percaya dengan kalimat yang baru
saja diucapkan kakaknya.
“Ok, kita
berbalik bersama-sama. Kau bisa susuri lorong ini setelah hitungan ketiga.
Lorong ini akan menuntun kalian untuk menuju pintu belakang rumah ini.” Lelaki
itu memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaket yang dikenakannya. “Tapi
bolehkah aku yang menghitungnya.”
“Do it!”
Three
Two
One
DOR!! #
Leave your comment here ^^
.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar