Selasa, 27 Mei 2014

{FF} The Secret Agent - It Hard to be You








Tittle                           : The Secret Agent
Author                        : Csyclouds (Choi Sungyoong)
Genre                         : Action
 Length                       : Series
Rated                          : PG-16
 Cast                           : Kim Jongwoon
                                      Lee Sungmin
                                      Kim Ryeowook
 Other Cast                : Kim Yesung (Kim Jongwoon’s twins)
                                      Can you see by yourself


Author Note                 :
            Hello readernim, I’m back? Do you remember this story? I hope you say yes ^^v. Also, I hope you’ll like it. Warning! Typo everywhere so becareful :P
            Your RCL is very important for me ^^
            Happy reading all...
 

THE SECRET AGENT


Part 5
-         It hard to be you –

3 months later...
Author POV
Seorang pemuda memasuki sebuah rumah yang kini terasa begitu sunyi baginya. Ia tak pernah merasa sesunyi ini saat ia tiba dirumah setelah selesai dengan mini konsernya. Dahulu setidaknya ia akan mendengar suara seseorang menggerutu saat masalah yang dihadapinya begitu rumit. Langkah kaki pemuda itu terasa berat walau nyatanya ia hidup dalam rumah itu sejak 10 tahun yang lalu. Sejak ia masih bisa mendengar suara tawa dan amarah seseorang yang saat ini ia rindukan. Kakaknya.
“bahkan aku tak berani mengubah semua yang ada dikamar ini. Aku tak ingin melupakan sosokmu. Jujur, aku merindukanmu, hyung.”
Tangan Yesung –pemuda itu- tergerak untuk memegang sebuah bingkai dimana ia dan kakaknya tengah tertawa lepas dalam sebuah foto. Yesung masih mengingat momen itu dengan jelas. Momen-momen kebersamaannya dengan kakaknya berputar dalam otaknya bak sebuah film. Sanggupkah ia melanjutkan semua yang telah terlanjur terjadi?
...
Pagi-pagi sekali, seorang pria dengan celana jeans hitam dan jaket kulitnya tengah berlari disepanjang koridor kantor kepolisian. Ya, pria itu adalah Yesung. Entah ada angin apa, Mr. Park menghubunginya dan memintanya untuk segera ke kantor kepolisian. Ujung koridor ini akan mengarah langsung keruangan Mr.Park
“Ma.. maaf Mr. Park, apakah aku terlambat?”
“Ah, tidak Yesung-ah. Kau datang tepat waktu. Atur dulu napasmu. Sudah banyak yang menunggumu diruang interogasi.”
“Eh?”
Yesung yang tengah kebingungan hanya mengekor Mr. Park yang berjalan beberapa meter didepannya. Sepertinya ini sesuatu yang sangat mendesak. Mr. Park bahkan terlihat tergesa-gesa.
“Maaf telah membuat kalian menunggu lama.”
Ucapan Mr. Park membuat 6 orang yang sejak tadi telah berada diruangan itu berbalik seketika. Ekpresi wajah yang mereka tunjukan bahkan berbeda-beda. Ada yang hanya duduk diam, kaget, dan sisanya sulit diartikan.
“K..ka.. kalian? Apa yang kalian lakukan disini?”
“Yesung-ah, duduklah disini, aku akan menjelaskan semuanya padamu dan pada kalian semua.”
Yesung memilih duduk didekat Mr. Park yang duduk tepat diujung meja panjang dalam ruangan interogasi itu. Ia menatap satu persatu orang-orang yang ada dalam ruangan itu. Berharap mendapat sebuah jawaban mengapa ia harus ada ditempat itu sepagi ini lewat sorot mata mereka. Hasilnya nihil. Namun, tersirat arti yang lain dari sorot mata Sungmin dan Ryeowook. Sayang sekali Yesung tak sepandai kakaknya dalam hal menafsirkan arti sorot mata.
“Aku tak perlu berbasa-basi untuk hal yang satu ini. Ada misi khusus yang harus segera diselesaikan. Dan dalam misi ini, pihak kepolisian membutuhkan bantuan kalian semua. Terutama padamu Yesung-ah.”
“A.. aku?”
“Ya, kau. Kau adalah bagian terpenting dalam misi ini. Dan aku yakin kau tak bisa bekerja sendiri. Itulah sebabnya mengapa teman-temanmu juga ada disini bersamamu saat ini. Aku tak bermaksud untuk meremehkanmu. Aku bisa membedakan kemampuanmu dan kakakmu. Harus kuakui, kakakmu memanglah yang terbaik.”
“Aku tak akan membantah fakta itu. Lalu apa yang harus kami lakukan? Aku tahu misi ini ada sangkut pautnya dengan Jongwoon hyung.”
“Itulah yang aku suka dari Kim brothers. Intuisi yang tepat. Oke beredar kabar jika kini Mr.J mulai melancarkan aksinya di London. Hanya kau dan teman-temanmu lah yang bisa ku andalkan sekarang. Mereka tak pernah tau kalau Jongwoon telah tiada dan memiliki saudara kembar. Itulah yang akan kita manfaatkan untuk saat ini. Aku, Sungmin dan Ryeowook akan membantu kalian.”
“Tapi, Mr.Park, aku dan teman-temanku tak pernah melakukan hal semacam ini sebelumnya.”
“Aku percaya kau bisa melakukannya.”
“Tunggu, sepertinya ada seseorang dari kita yang tak ada disini.”
Semua orang mengalihkan tatapan mereka pada sosok Lee Donghae yang secara tiba-tiba mengeluarkan sebuah pernyataan. Peryataan yang membuat beberapa orang yang ada disana tersadar jika tak semua orang yang dibutuhkan berkumpul disana saat ini.
“Ah ya, dimana Heechul hyung?” Donghae berpikir sejenak.
“Tadi pagi ia hanya mengatakan padaku kalau ia harus pergi menemui seseorang.”
“Who?”
“I dont know.”
Kali ini Donghae terdiam setelah mendengar penuturan Siwon. Suasana di ruang interogasi kini maksin terasa sunyi mencekam saat semua orang dalam ruangan itu lebih memilih untuk bergelut dengan pikiran masing-masing.
“Apa Bryan tak ikut dalam misi ini Mr. Park?” Sungmin angkat bicara.
“Sepertinya tidak untuk yang satu ini Sungmin-ah. Oke, itu saja yang ingin kusampaikan pada kalian. Masih banyak kasus yang harus kuselesaikan secepatnya. Aku berharap kalian bisa menjaga kepercayaan yang kuberikan sepenuhnya pada kalian.”
Mr. Park melangkah pergi meninggalkan ruang interogasi. Menyisakan Yesung dan para personil Prince yang masih nampak belum mempercayai jika mereka kini akan terjun langsung dalam masalah kepolisian. Sungmin dan Ryeowook pun ikut menyusul Mr. Park pergi meninggalkan ruang interogasi. Tak ada yang memulai percakapan. Semua yang ada didalam ruangan itu nampak tengah kembali bergelut dengan pikiran masing-masing.
...

In other place, still author POV
Seorang pria dengan coat coklat yang melekat ditubuhnya, berjalan memasuki pelataran sebuah rumah sederhana dengan terus waspada terhadap sekelilingnya. Setelah dirasanya aman, pria itu membuka pintu dan masuk kedalam rumah yang letaknya sangat jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Pria itu kemudian masuk kesebuah kamar. Disana nampak seorang pria lain yang tengah menatap kearah luar jendela.
“Maaf aku terlambat mengunjungimu. Kau tahu sendiri kan kalau aku harus memastikan jika tak ada seorang pun yang mengikutiku kemari.”
“Aku tahu.”
“Bagaimana keadaanmu?”
“Baik. Ya, cukup baik untuk menjalankan rencanaku.”
“Sepertinya peluru itu membuatmu makin tak waras.”
“Hmm... mungkin.”
“Kau yakin dengan rencana konyolmu itu, eoh? Apa kekuatanmu sudah 100 ah tidak mungkin 80% kembali? Bahkan kau baru saja sadar dari tidur panjangmu 3 minggu yang lalu.”
“Aku yakin. 100% yakin. Aku tak mungkin selamanya berdiam diri ditempat ini dan menyaksikan semua berakhir sia-sia. Ini adalah saat yang tepat untuk bertindak. Kau tahu, aku bosan berada ditempat ini tanpa melakukan apapun. Jujur, aku merindukan suara tembakan.”
“Kau memang tak pernah berubah. Kupikir koma akan merubah letak otakmu dan kau akan memutuskan untuk keluar dari dunia yang sangat kau cintai ini, hyung.
Pria yang menatap jendela itu hanya terkekeh sembari memutar badannya menghadap seseorang yang baru saja masuk kekamar yang dalam 3 minggu terakhir menjadi kamar pribadinya. Kemudian ia menjatuhkan dirinya disebuah sofa yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Apakah kau berhasil mendapatkan semua barang yang bisa mendukung rencanaku?”
“Ah ya, semuanya ada dalam koper ini. Informasi terkahir yang kudapat, mereka akan ke London. Aku harus segera pergi. Masih banyak hal yang harus kuselesaikan. Berhati-hatilah, hyung.
Pria bercoat coklat itu meletakkan sebuah koper berukuran sedang keatas meja dan pergi dengan sedikit tergesa-gesa. Ketika koper itu terbuka, terdapat sebuah kacamata berwarna hitam dan kacamata baca, syal, topi, paspor, surat ijin mengemudi, kartu kredit dan sebuah tanda pengenal dengan nama “John Kim”. Pria itu menyeringai puas dengan hasil kerja rekannya itu. Kini ia berjalan kearah balkon kamarnya.
 “Hello world. I’m reborn now. Welcome back, John, welcome back.”
Author POV End
...

Yesung POV

“Arrgghh, ini gila! Sekalipun aku tak pernah berpikir akan ikut campur dalam hal semacam ini.”
“Aku sendiri pun masih tak percaya kita benar-benar akan menjadi seorang agent dadakan, Kyuhyun-ah. Tapi kupikir ini keren.”
“Apanya yang keren dari sebuah tugas yang mungkin akan mengantar nyawa kita untuk pergi ke alam baka, Hyukjae-ssi.”
“Ya! Diamlah. Kau menambah pusing kepalaku.”
“Kau yakin kita akan benar-benar melakukan hal ini, hyung?”
“Yakin, aku akan sangat yakin jika ini menyangkut masalah kakakku.”
“Semua keputusan ada ditanganmu, hyung. Kami tak bisa berbuat banyak. Ku harap kau memilih keputusan yang benar.”
Kubiarkan mereka berempat terdiam sepuas hati. Mungkin beberapa diantara mereka ada yang tengah mengumpatku dalam hati. Terlalu lama bersama mereka membuatku semakin pusing dan bingung. Dan disinilah aku sekarang, di balkon kamarku. Ya, setelah dari kantor kepolisian, aku lebih memilih untuk kembali kerumah untuk beristirahat. Namun, secara tak terduga, semua member Prince membuntutiku kerumah. Mereka mengacaukan acara istirahatku.

Drrtt drrtt

From : Sungmin
‘Ku harap kau segera mengambil keputusan, hyung. Kelancaran misi ini tergantung pada keputusanmu.’

Benarkah aku harus menjalankan misi ini dan turut melibatkan teman-temanku? Jujur, masih terdapat sedikit keraguan dilubuk hatiku jika rencana ini akan berjalan selancar saat Jongwoon hyung yang turut andil. Bagaimanapun aku bukan Jongwoon hyung. Kami hanya memiliki persamaan wajah. Tidak untuk masalah sebuah keyakinan akan sesuatu hal. Ya dan tidak. Hanya sebuah kata tapi memiliki konsekuensi tersendiri disetiap pilihannya. Baiklah, mungkin ini keputusan yang tepat.

To : Sungmin
‘Baiklah, aku ikut dalam misi ini.”

Yesung POV End
...
2 weeks later. Heathrow International Airport, London
Author POV

Segerombolan pria keluar dari pintu kedatangan internasional yang biasanya dilalui oleh seorang artis demi keamanan mereka. Terdapat alasan khusus mengapa mereka melewati pintu itu. Walaupun mereka kini mengenakan pakaian yang kasual dan nampak sama dengan orang kebanyakan, siapa yang akan menduga jika kini segerombolan pria itu membawa berbagai macam senapan dalam koper masing-masing.
“Aku sama sekali tak merasa senang selama perjalanan, meskipun ini kali pertamaku mengunjungi London.”
Seorang pria yang berjalan paling akhir dari orang-orang itu bergumam tak jelas. Pria itu adalah Cho Kyuhyun. Sejak turun dari pesawat, pria itu tak henti-hentinya menggumamkan sesuatu. Penting atau tidaknya sesuatu yang ia gumamkan, tak ada yang tahu.
Tiba-tiba Mr. Park –yang berjalan paling depan- berhenti mendadak. Membuat beberapa orang yang berjalan tak fokus dibelakangnya menabrak punggungnya. Mereka melemparkan tatapan ‘ada apa?’ pada Mr. Park.
“Ada yang mengikuti kita sampai kesini.”
“Bagaimana mungkin kita bisa diikuti? Bahkan kita baru saja sampai di tempat parkir bandara ini. Lagipula tak seorangpun di kepolisian yang tahu kalau kita tengah menjalankan misi di London. Aku berani menjamin kerahasiaannya.”
“Aku percaya pada tugas kerahasiaan yang kulimpahkan padamu, Ryeowook-ah. Tapi, aku benar-benar merasakan jika kita tengah diawasi sekarang. Tetap waspada dan persiapkan senjata kalian.”
Mr. Park dan yang lain kembali melanjutkan langkahnya menuju sebuah mobil mini van yang telah dipersiapkan jauh hari sebelumnya. Van itu akan membawa mereka ke rumah milik Siwon yang akan digunakan untuk markas mereka selama di London.

DORRR

Seketika semua yang telah berjalan didepan menoleh kearah belakang. Sebuah peluru ditembakkan tepat dijalanan yang hendak dilalui Yesung dan Sungmin. Beruntung Sungmin tepat waktu menarik Yesung. Jika terlambat sedikit semenit saja, mungkin timah panas itu kini bersarang dikaki kiri Yesung.
“Kau baik-baik saja, hyung?”
“Ya, seperti yang kau lihat, aku tak apa. Terimakasih.” Sungmin hanya membalasnya dengan tersenyum.
Tiba-tiba sebuah suara tembakan kembali terdengar. Suara yang lebih keras dibanding yang sebelumnya menyimpulkan jika posisi sang penembak sedikit lebih dekat dengan mereka.
“Kalian semua BERPENCAR!!” teriak Mr. Park.
Semua orang yang berada di tempat parkir berhamburan saat mendengar teriakan Mr.Park. Mereka berlari untuk menyelamatkan diri terkecuali Mr. Park, Sungmin, Ryeowook dan member Prince segera bersiap dalam posisi menembak dan bersembunyi dibalik pilar-pilar. Suara tembakan demi tembakan makin terdengar mengerikan ditelinga. Pilar-pilar yang semula terlihat indah, kini nampak penuh lubang.
“AARRGGGHHH!!”
Terdengar sebuah teriakan dari sebuah pilar yang terletak paling ujung. Tak lama setelahnya Donghae tergeletak dengan kaki yang bersimbah darah. Ternyata salah satu peluru milik penembak misterius tepat mengenai pergelangan kaki Donghae. Yesung yang sempat melihat penembak kaki Donghae segera berlari mengejar penembak itu.
“YESUNG-AH, MAU KEMANA KAU! JANGAN GEGABAH!”
Teriakan Sungmin hanya dianggap angin lalu oleh Yesung. Ia tetap berlari mengejar penembak itu. Dengan berbekal sisa peluru yang masih terdapat di dalam senapan yang dipegangnya, ia mengikuti penembak itu hingga akhirnya berhenti disuatu tempat gelap di belakang bandara.
Yesung melihat penembak itu berhenti. Ia menjaga jaraknya agar tidak terlalu dekat dengan si penembak misterius. Ia tak ingin ambil resiko akan tertembak jika ia memutuskan untuk mendekat.
“Aku tahu kau pasti akan mengikutiku.”
Tanpa melepas topeng yang melekat diwajahnya, penembak itu berbalik dan menatap Yesung. Dengan tetap waspada, Yesung lebih memilih mundur selangkah dan menghadapkan lubang senapan yang ada dalam genggamannya tepat kearah penembak itu.
“Kusarankan kau jangan gegabah, Jongwoon-ah. Akan ada yang terluka jika kau melakukan itu.”
“Suara ini. Aku pernah mendengar suara ini.” Gumam Yesung.
“Tak ingatkah kau dengan suaraku, Jongwoon-ssi? Ah, aku lupa. Orang secerdas kau takkan mungkin melupakan suara sefamiliar suaraku.”
Yesung tetap tak memperdulikan segala macam ucapan orang itu. Ia lebih memilih tetap mengacungkan senjatanya kearah penembak itu.
“Oh ya, bagaimana kabar adikmu? Kudengar ia sudah kembali kealam baka.”
‘Sialan dia menyumpahiku.’
Dengan jemari yang sudah bersiap menarik pelatuk, Yesung mengarahkan senapannya agar tepat mengenai jantungnya. Tapi semua terlambat, si penembak itu telah lebih dulu melepas pelatuknya dan kembali nyaris mengenai perut Yesung. Dengan gerakan sigapnya ia menghindari peluru itu dan mulai menghujani tembakan demi tembakan kearah si penembak misterius. Adegan saling tembak serta saling kejar  pun tak terelakkan lagi.  Hingga akhirnya Yesung tersudut akibat kepungan anak buah si penembak misterius yang dikejarnya tadi. Benar-benar licik. Memanfaatkan situasinya yang saat ini seorang diri.
Seluruh anak buah si penembak misterius itu menodongkan pistol kearahnya. Sedikit tidak mungkin jika Yesung memenangkan duel ini 6 lawan 1. Ia kalah jumlah. Persediaan pelurunya pun juga tak memadahi. Haruskah ia kalah sebelum berperang?
“Cepat katakan! Dimana kau menyimpan bukti yang akan memberatkan Mr. J dipersidangan?”
“...”
“Kau pikir dengan kau diam, kami akan berdiam diri, huh? Semakin kau diam semakin kau menantang kami untuk lebih menyakitimu!”
Salah seorang anak buah si penembak itu mendekati Yesung dengan sebuah pisau kecil ditangannya. Tanpa basa-basi, si penembak yang saat ini mengenakan topeng itu mengambil pisau itu dan mendekatkan benda tajam itu pada pipi kanan Yesung.
“Masih tak mau bicara?”
“...”
“ Ternyata kau lebih suka jika pisau ini menggores pipimu, hmm.”
Si penembak itu menggoreskan sedikit ujung pisau ke pipi mulus Yesung.
“AARRGGHH!!!”
Si penembak itu tertawa puas saat melihat darah segar mengalir dari pipi kanan Yesung. Setidaknya ia berhasil membuat pria itu kesakitan. Tawanya menggelegar keseluruh penjuru ruangan tempat dimana Yesung berada saat ini.
“Lepaskan dia!”
Seketika seluruh orang yang ada ditempat itu menoleh dan mendapati seorang pria bertopi berdiri tak jauh dari mereka. Penerangan yang sangat minim membuat wajah pria yang baru saja menghentikan aksi penyiksaan itu tak terlihat dengan jelas. Si penembak itu membuang pisau dalam genggamannya asal. Ia juga menyuruh beberapa anak buahnya untuk memegang kedua tangan Yesung agar ia tak kabur, serta menutup mulutnya dengan kain.
“Siapa kau? Beraninya kau mengacaukan acaraku?”
“Acara? Yang benar saja. Sejauh yang kulihat, kau malah menyiksa dia. Apa itu yang kau sebut acara hmm?”
Dengan aba-aba dari si penembak, beberapa anak buahnya menyerang pria bertopi itu. Namun dengan sigap, pria bertopi itu sanggup melumpuhkan seluruh anak buah si penembak. Yesung memanfaatkan situasi saat anak buah yang dari tadi mencengkram erat tangannya ikut bergabung dengan teman-temannya berkelahi dengan pria bertopi itu dengan mengambil pistol yang tadi dijatuhkannya. Kemudian pistol itu diarahkannya pada si penembak yang kini tengah menyaksikan adegan perkelahian anak buahnya dengan pria bertopi itu.
“Ternyata kau masih punya keberanian untuk mengarahkan pistol itu kearahku, bocah tengik?”
‘sial!! Bagaimana ia bisa mengetahuinya tanpa ia melihat kearahku?’
Pria bertopi itu ikut mendongak saat si penembak mengucapkan kalimat itu. Secercah cahaya yang mengenai wajah pria bertopi itu benar-benar mengagetkan Yesung saat ia secara tak sengaja melihat kearahnya.
‘wa...wa..waj..wajah itu. Ba.. bagaimana bisa?’
“YESUNG HYUNG. AWAS!!”
Sungmin yang baru saja datang segera menarik Yesung. Dan untuk kesekian kalinya, peluru panas itu berhasil dihindari. Kelengahan Yesung dimanfaatkan oleh si penembak untuk kembali menembaknya. Pria bertopi dan si penembak yang menyadari kehadiran Sungmin segera pergi dari tempat itu. Namun, pria bertopi itu tak sepenuhnya pergi. Ia bersembunyi disalah satu pilar yang letaknya tak jauh dari tempatnya berdiri tadi.
“Nyaris saja kau tertembak. apa ada yang sedang kau pikirkan tadi? Kenapa tak langsung menembaknya?”
“Entahlah, Sungmin-ah. aku merasa ada yg aneh disini.”
“Apa?”
“Aku seperti melihat Jongwoon hyung membantuku tadi.”

tbc ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar