Tittle :
Because You... My Memories...
Author : Ima (@Imasitinoorc)
Genre : Sad Romance, fantasy (maybe)
Length : Twoshoot
Cast : Kim Jong Woon as Yesung
Kim Sung Yoong as Sungyo
And other cast
Author Note :
Sad
romance again, I hope you like it, give me your comment. I’m so sorry if the
plot too fast. Find the POV by yourself. Mianhae ^^
Warning! Typo everywhere ^^
FYI : -- mean : still in same pov but in
different situation
... mean : changes of pov
Backsong :
Super Junior – Memories, In Your Dream and Day Dream
Happy Reading ^^
Because You... My
Memories...
Part sebelumnya...
Sore
ini, aku hendak membuat sesuatu yang bisa kuberikan pada Sungyo sebelum ia
kembali kealamnya. Kususuri pantai yang terletak tak jauh dari rumahku.
Kutemukan beberapa kerang-kerang kecil dengan warna yang sangat cantik. Kuambil
beberapa kerang itu dan membawanya pulang.
‘Kuharap hadiah
yang akan kubuat dan kuberikan padamu nanti bisa menjadi kenangan yang indah
dariku saat kau mulai merindukanku suatu hari nanti.’
...
Because you... my memories part 2
3
month later...
Kedekatan
Yesung dan Sungyo makin hari makin terlihat jelas. Benih-benih cinta pun mulai
tumuh dihati keduanya. Dan hal inilah yang paling dibenci dan membuat geram
seorang Jungsoo. Bagaimanapun, mereka tidak akan bisa bersatu. Kecuali jika
raga Sungyo yang tak tahu berada dimana sudah tak bisa lagi bertahan lebih lama
sehingga Sungyo bisa seutuhnya berada di alam yang sama dengan mereka. Untuk
menghindari kesalahan fatal yang bisa saja dilakukan oleh dongsaengnya maka
kemanapun Yesung dan Sungyo pergi, Jungsoo selalu mengawasi gerak-gerik mereka
dari kejauhan.
‘Aku
tidak akan membiarkan apa yang sudah terjadi dimasa lalu terulang padamu
Yesung~ah. Kepergian Jinhee yang benar-benar membuatku terpuruk. Jangan sampai
apa yang terjadi pada Jinhee juga terjadi pada yeojamu.’ Batin Jungsoo.
...
Pagi ini, pagi yang
begitu indah menurutku. Aku yang tak terbiasa berada dipantai, entah mengapa
aku ingin sekali mengunjungi tempat itu. Tak perlu aku bergaya dengan baju-baju
yang pas untuk pergi kesana, karena aku memang tak memerlukannya.
Deburan ombak ditepi
pantailah yang pertama kali kudapati ketika aku sampai ditempat bernama pantai
ini. Memang benar apa yang dikatakan Yesung padaku. Berada dalam kesendirian
memang tak menyenangkan. Aku memang harus menengok ke dunia luar agar
mengetahui keindahan ini. Batu karang yang sedikit berkilau itu berhasil
menyita perhatianku. Selama aku menjadi seorang fairy di alam ini, aku tak
pernah melihat alam ini bisa sangat indah. Kuputuskan untuk duduk dikarang itu
sembari menghirup bebauan pantai yang begitu menenangkan. Hingga tak sadar
kalau aku mulai memejamkan mata dan tertidur.
‘Mian,
apakah kau tahu tempat apa ini?’ suara itulah yang kudengar pertama kali saat aku
baru saja membuka mata. Seorang yeoja sudah berdiri didepanku. Eh bukankah dia
manusia? kenapa bisa ada manusia disini? pikirku.
‘Darimana
asalmu? Kenapa kau bisa ada disini?’ tanyaku. Yeoja ini nampak sedikit
kebingungan. ‘Apakah terjadi sesuatu padamu sebelumnya?’ lanjutku.
--
Yeoja ini, benar-benar
memiliki hati yang bersih. Jinhee. Yeoja yang kulihat dipantai beberapa bulan
lalu. Kini kami mulai menjalin hubungan yang serius. Setelah kuceritakan semua
tentang apa saja kemungkinan yang membuatnya bisa berada ditempat ini, ia tetap
bersikeras tinggal dialam ini.
Sebenarnya aku tak
mengijinkannya lebih lama dialam ini. Karena aku tahu ada yang sudah sejak lama
mengincar jiwanya. Hangeng. Dialah yang selama ini berusaha menculik jiwa
Jinhee agar tak ia tak bisa kembali kealamnya. Alam manusia.
--
Sehari sebelum kami
menikah, aku berniat menemuinya dirumah pohon depan rumahku. Ya, selama dia
berada dialam ini, aku menyuruhnya untuk tinggal disana agar aku bisa terus
mengawasinya. Kulihat lampu diatas sana masih menyala, itu artinya dia belum
tidur. Kupercepat langkah kakiku untuk menaiki pohon itu. Namun, apa yang
kudapat ketika aku sudah sampai diatas. Jiwa Jinhee yang sudah transparan. Bukan
transparan karena ia kembali keraga aslinya, tapi transparan karena ada yang
menyerap energinya. Dengan kata lain, dia telah mati, mati dalam raga, mati
dalam jiwa dan mati dalam cinta. Dia telah kembali kepada Sang Pencipta...
...
Sudah
berapa lama aku berada disini. Haah... aku mulai merindukan eomma, appa dan
Sungwon oppa. Walaupun appa dan eomma selama 2 bulan terakhir tak bertegur sapa
sama sekali karena masalah yang tengah mereka hadapi, tapi kali ini aku
benar-benar merindukan hangatnya kebersamaan keluarga yang hangat dan harmonis.
Sempat terlintas dipikiranku kapan aku bisa kembali bertemu dengan mereka lagi.
Disisi
lain aku juga tak ingin berpisah dengan Yesung oppa yang dalam beberapa bulan
ini sudah mau menampungku dan memperlakukanku dengan baik. Apa aku mulai
menyukainya? Ya, sepertinya begitu. Tapi, Jungsoo oppa, sepupu dari Yesung oppa
terlihat tidak terlalu menyukai kehadiranku didekat Yesung oppa. Entah apa
alasannya. Ketika aku memberanikan diri bertanya padanya, ia selalu menjawab
kalau kami berbeda. Sebenarnya apa perbedaan yang dimaksud Jungsoo oppa...
“Sungyo~ah,
mengapa kau disini, ayo masuk! Udara diluar sangat dingin.” Ujar Yesung oppa
yang tiba-tiba sudah berada di belakangku yang tengah duduk tenang didahan
pohon.
“Oppa, ada yang ingin kutanyakan
padamu.”
“Apa yang ingin kau tanyakan hum,
sepertinya sangat serius.” Kata Yesung oppa sembari duduk disampingku.
“Oppa...”
“Ne”
“Aku merasa ada yang aneh dengan badanku
akhir-akhir ini.” Ujarku lirih bahkan nyaris seperti orang berbisik.
“Maksudmu? Aku tidak mengerti.” Ujar
Yesung oppa sembari memposisikan duduknya menghadap kearahku.
“Kau tahu oppa, akhir-akhir ini badanku
terasa sangat aneh. Pernah, tubuhku serasa transparan dan saat itu terjadi,
rasanya seperti ada yang menyedot badanku. Aneh bukan.”
...
DEG...
Apa
yang baru saja dikatakannya. Apa ini sudah saatnya dia kembali. Kenapa hal ini
harus terjadi saat aku hendak mengatakan perasaanku padanya. Bisakah kuhentikan
waktu sebentar saja hingga aku bisa memperlihatkan ketulusan perasaanku
untuknya...
“Oppa, kenapa melamun?” tanyanya sambil
mengibaskan tangannya didepan wajahku.
“Ah... an..aniyo, a.. aku tak sedang
melamun.”
“Lalu...”
“Ah... it.. itu...” ujarku gugup.
Bagaimana aku harus menjelaskannya.
“Sepertinya waktumu untuk kembali sudah
semakin dekat Sungyo~ah.” Seketika terdengar suara seseorang menginterupsi,
lalu aku dan Sungyo segera berbalik.
“Jungsoo oppa, sejak kapan kau ada
disini? Aku bahkan tak tahu kalau kau sudah berada disana.”
“Itu tak penting. Yang harus kau tahu,
waktumu sudah dekat.”
“Waktu? Waktu untuk apa?” tanya Sungyo
penasaran. Aku hanya menatap Jungsoo hyung dengan tatapan yang seolah
memberinya kode untuk tidak memberitahu
masalah ini. Namun hanya dibalas dengan tatapan Jungsoo hyung yang seolah
berkata tidak untuk saat ini Yesung~ah.
...
Untuk
kesekian kalinya, keheningan kembali menyelimuti mereka. Tak ada seorangpun
yang berani memulai percakapan. Sementara Sungyo hanya bisa menatap Jungsoo dan
Yesung bergantian dengan sorot mata yang menunjukkan rasa penasarannya. Dan 2
orang yang tengah ditatap pun malah saling melempar pandang satu sama lain
tanpa berniat untuk melanjutkan pembicaraan mereka yang tadi empat tertunda.
“Sebaiknya kita bicarakan masalah ini
didalam.” Kata Jungsoo yang akhirnya angkat bicara. Yesung dan Sungyo pun
melangkah mengekori Jungsoo yang memang sudah berjalan mendahului mereka.
--
Mereka
duduk disamping tempat tidur Sungyo secara melingkar. Yesung pun terus
menggenggam tangan Sungyo. Sungyo pun hanya diam dalam kebingungannya.
“Kau memang harus tahu tentang semua ini
Sungyo~ah.” Kata Jungsoo mengawali pembicaraan.
“Hyung...”
“Biarkan dia tahu Yesung~ah, alam ini
terlalu berbahaya untuk jiwa sepertinya.”
“Tapi dia tidak sama dengan Jinhee
noona, hyung.”
“Apa yang sedang kalian bicarakan? Aku tidak
mengerti.” Ucap Sungyo.
“Ya, kau tahu, mereka memang berbeda. Karena...
karena... karena raga Jinhee memang sudah meninggal saat pertama kali aku
bertemu dengannya. Maka dari itu Hangeng bisa dengan mudah menyerap energinya.
Sedangkan Sungyo, raganya masih hidup Yesung~ah, kumohon kau jangan egois!!”
papar Jungsoo panjang lebar.
“...” Sungyo hanya terdiam dan mencoba
mencerna apa yang baru saja Jungsoo katakan.
“Aku tahu semua resikonya hyung, tapi
bukankah Hangeng hyung sudah dihukum dan tinggal ditempatnya yang seharusnya.”
“Dia bisa saja lolos kapanpun ia mau
Yesung~ah. Kali ini dia berniat mengurung jiwa Sungyo dan tidak ada seorangpun
yang bisa menemukan jiwanya termasuk aku sekalipun.”
“Mengurung jiwaku? Sebenarnya ada dimana
aku?” ujar Sungyo dengan wajah yang semakin kebingungan.
“Sebernarnya kau koma Sungyo~ah. Dan kau
berada dialam perantara sekarang.” Kata Jungsoo dengan tatapan datar miliknya.
“Ak... ak.. aku semakin tidak mengerti.”
“Aku akan menjelaskannya padamu
Sungyo~ah. Kajja ikut aku. Hyung kami pergi dulu.” Kata Yesung lalu menggenggam
lengan Sungyo dan membawanya kesuatu tempat. Sementara Jungsoo hanya bisa
menghela napasnya.
...
Segera
kulangkahkan kakiku menuju ke pantai sambil terus menggenggam tangan Sungyo
yang saat ini tengah berusaha mengikuti langkahku yang sengaja kupercepat. Ini
mungkin akan menjadi 24 jam terakhirku bersama Sungyo. Andaikan bisa aku
memperlambat waktu, pasti aku akan melakukannya agar kau bisa tinggal lebih
lama lagi bersamaku disini.
“Oppa,
kenapa kau malah membawaku kesini?”
Kuminta
ia untuk duduk dan aku mulai menceritakan semuanya padanya. Aku sudah bisa
memastikan apa reaksinya saat aku sudah selesai menceritakan semua padanya. Dan
benar saja, wajahnya begitu terlihat shock setelah aku mengakhiri ceritaku. Ia bahkan
menuduhku hanya mempermainkannya dan ini hanya sekedar lelucon. Tapi kujelaskan
padanya kalau inilah kenyataan yang terjadi. Lalu setelahnya kami hanya terdiam
sembari menatap deru ombak di pantai yang sangat tenang.
“Oppa, apa kau tahu tempatku kembali
jika saatnya tiba?” ucap Sungyo tiba-tiba.
“Ditempat pertama kali kita bertemu.” Jawabku.
Kulihat tubuhnya mulai bergetar, kurasa ia mulai menangis. Kurengkuh tubuhnya
dalam dekapanku. “Menangislah Sungyo~ah.”
--
Tadi
malam Sungyo ingin aku mengabulkan permintaannya. Namun, ia tak memberitahukan
permintaannya itu. Ia malah menyuruhku pergi ketaman tempat pertama kali aku
bertemu dengannya dulu. Dan kini aku sendirian tengah dalam perjalanan ketaman
itu karena Sungyo tak ingin kujemput. Tak lupa kubawa hadiah yang dulu
kubuatkan untuknya. Sebuah gelang kaki dari kerang.
Kulihat
dari kejauhan, Sungyo sudah duduk tenang dibangku taman sembari sesekali
mengayunkan kakinya. Melihat senyum manis yang tergambar jelas diwajahnya,
semakin membuatku berat untuk melepasnya. Kuhampiri ia, dan segera duduk
disebelahnya. Sungyo pun terkejut saat mengetahui aku sudah duduk disampingnya.
“Oppa,
sejak kapan kau sampai, kenapa aku sampai tidak melihatmu.”
“Kau melamun, pantas saja kau tak
menyadari kehadiranku.” Kataku sambil terkekeh. “Oh ya, aku ingin memberikan
sesuatu padamu?”
“Mwoya oppa?”
Tanpa
aba-aba, aku segera berlutut didepannya kemudian kuangkat kakinya hingga
menopang pada kakiku. Kukeluarkan gelang itu dari dalam sakuku dan
memasangkannya dipergelangan kakinya yang putih bersih.
“Yeppeuda.”
Gumamnya saat gelang itu sudah melingkar sempurna dikakinya.
“Kau
suka?”
“Ne oppa, neomu johae. Gomawo oppa.” Kemudian
ia memelukku. Akupun membalas pelukannya. Pelukan yang sebentar lagi tak bisa
kurasakan.
“Oppa, bisakah kau mengabulkan
permintaanku?” ujarnya saat dia melepaskan pelukannya.
“Apapun Sungyo~ah.”
“Bisakah oppa tetap menggenggam tanganku
sampai saatnya tiba oppa?” ucapnya sambil meneteskan air mata.
“Ne, tentu saja.” Jawabku sembari
menghapus air matanya.
Aku
kembali duduk dan menggenggam tangannya yang mulai dingin entah sejak kapan.
Senyum dari bibirnya yang tadi sempat hilang kini muncul kembali. Bahkan lebih
manis bila dibanding sebelumnya.
Hari
makin malam, Sungyo terus saja menolak ajakanku pulang. Dia hanya ingin datang
dan pergi ditempat yang sama dan bersama orang yang sama pula. Kuturuti
permintaannya itu tanpa berkomentar. Dia masih saja betah menatap langit kelam
diatas sana.
“Kau
tidak tidur oppa?” tanyanya.
“Aniyo,
aku akan menemanimu. Jika kau lelah tidurlah.”
“Ani,
aku masih ingin seperti ini.”
--
Hari
ini, dedaunan dari pohon yang tumbuh ditaman mulai berguguran. Kupererat
genggaman tanganku pada tangan Sungyo tanpa pernah berniat untuk melepaskannya.
Kulihat ia terus menatapku dengan senyuman manisnya yang seakan tak pernh
pudar.
Tiba-tiba
kurasakan sesuatu yang aneh pada genggaman tanganku. Perlahan tapi pasti tangan
Sungyo tak bisa kurasakan lagi. Air mata yang sudah sekuat tenaga kubendung
akhirnya runtuh. Sungyo yang menyadari hal itu menatapku dengan tatapannya yang
sendu.
“Kau masih bisa merasakan tanganku kan
oppa?” tanyanya dengan air mata yang siap meluncur dipipi putihnya.
“Ne, aku masih bisa merasakan tanganmu
Sungyo~ah.” Bohongku. Tangisnya pun makin pecah.
“Sungyo~ah, uljima. Kau lihatkan aku
masih memegang tanganmu. Kumohon berhentilah menangis.” Lanjutku. Padahal nyatanya,
kini aku benar-benar tak bisa merasakan tangannya dalam genggamanku. Tapi, aku
masih bisa melihat wajah cantiknya yang sudah ditembus cahaya putih yang
menyilaukan.
“Apakah kau akan melupakanku oppa?”
“Tak akan pernah, selamanya aku akan
tetap mengingatmu. Because you... my memories, Sungyo~ah. Saranghae.”
“Oppa, kumohon ucapkan sekali lagi kata
yang indah itu oppa.” Kulihat kini ia makin samar dan bahkan aku nyaris tak
bisa melihatnya lagi sekarang.
“Sungyo~ah, saranghae... jeongmal
saranghae.” Kembali air mataku menetes. Lalu angin tiba-tiba berhembus pelan.
Kuberanikan diri untuk mengecup bibirnya lembut untuk menunjukkan ketulusan
perasaanku padanya.
“Nado saranghae oppa. Jeongmal gomawo.” Ujar
Sungyo untuk terakhir kalinya setelah ia melepas ciuman kali sesaat sebelum ia
benar-benar menghilang dari jarak pandangku.
Semilir
angin makin berhembus sesaat setelah jiwa Sungyo menghilang dari penglihatanku.
Air mata yang berusaha kutahan, jatuh begitu saja. Apakah rasanya sesesak ini?
Kenapa ini rasanya begitu sakit?
Kini
aku telah benar-benar kehilangannya. Kehilangan seseorang yang benar-benar
berarti dihidupku.
Goodbye my love... my
kiss... my memories...
Epilog
Seorang gadis yang kini
bagaikan putri tidur diatas ranjangnya, perlahn mulai membuka matanya. Ia
mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kematanya.
“Sungyo~ah,
kau sudah sadar.” Ujar seorang wanita paruh baya yang setia menungguinya selama
ini.
“Eom...
eomma...” ujar yeoja itu lirih. Ya, yeoja itu adalah Sungyo.
Seakan mengingat
sesuatu, Sungyo segerak menyibak selimutnya perlahan. Air matanya menetes saat
ia masih melihat gelang itu melingkar dikakinya.
‘Aku akan selalu
mengingatmu oppa... yeongwonhi...’
-END-
akhirnya selesai juga. mian kalau alurnya terlalu cepat atau mungkin tidak nyambung. kritik dan saran reader sangat dibutuhkan
Thank you^^

Yuhuu~~ wuaah *elapeluh
BalasHapussprti yg kau critakan kmaren yg sprtinya endingnya terinspirasi drma Gumiho/Roftop Prince, tapi dg suasana yg lbh menarik pastinya ^^
kereeenn !! ^^
tapi ya itu alur & fellnya kecepetan ><;; nek ndak ngebutt bisa dibwt lbh kena dan ngehh !! :D
daan sprtinya si author dikit udah gede keke~ okeh tdk usah dprjelas, ngartikan ? *abaikan
dbuat squelnya gtu, Sungyo ketemu Yesung di dunia nyata #plakk entar ndak slese2 malah kyak sinetron hihi
okeh2 bagus saeng, ditunggu karya2mu selanjutn
mian kalo masalah alurnya, memang sengaja dicepetin, ntar klo nggak gitu jadinya malah continue bukan twoshoot...
Hapusgomawo kritik dan sarannya ^-^
kedepannya diperbaiki lagi deh, janji :D
aku kan hampir 17 tahun, jadi adegan kayak gitu udah lumrah dibaca, yang penting bukan NC ya kan?
Hapustak perlu kuberitahu adegannya pasti udah ngerti kan hehe
Tuh kan, yesung itu raja angst. Huwahaha
BalasHapusKasian juga sih mereka nggak bisa bersatu. Tapi yoong pasti bakalan inget yesung selalu. Selamat ya ff nya lancar im
Tuh kan, yesung itu raja angst. Huwahaha
BalasHapusKasian juga sih mereka nggak bisa bersatu. Tapi yoong pasti bakalan inget yesung selalu. Selamat ya ff nya lancar im
ya ndak raja angst juga kali pik, yang secret agent full action og nanti ndak ada acara sedih-sedihnya...
Hapusoh ya, disecret agent ada kyu nya lho jadi pemain band di part 2, ditunggu ya...
makasih kunjungannya
harapanku semoga ff 'Us' cepet diselesein sama authornya *nyenggol authornya*
^-^