Author : Ima
Tittle :
Can You Listen to Me?
Length :
Continue
Genre : Friendship, love
Cast :
You can find them by yourself
Author Note :
Sebenarnya
cerita yang akan author persembahkan ini sudah merupakan masalah yang kerap
kali dialami para remaja. Mungkin beberapa dari kalian pernah mengalami hal
semacam ini. Termasuk author, hanya saja tidak semuanya merupakan pengalaman
pribadi author. Author minta maaf apabila ada kesamaan nama, tempat, dan jalan
cerita. Tapi ini adalah asli buatan author. ^^
Warning!! Typo merajalela!! Cover
from google, edited by me.
I hope you can like it.
Happy
Reading ^-^
Sebuah kesalahpahaman
yang dapat mengakibatkan kehancuran...
Can You Listen to Me?
When love make someone change her
mind...
Kicauan burung dipagi
yang cerah, seolah menyanyikan sebuah lagu yang dapat membangunkanku dari tidur
lelapku. Cahaya matahari pagi yang sayup-sayup masuk melalui celah tirai hingga
mampu meraih mataku yang masih tertutup.
“ Da, sudah pagi, cepat bangun.” Teriak ibu dari luar.
“ Ya, aku sudah bangun sekarang.”
Kata seorang gadis remaja berambut hitam bergelombang yang akrab disapa Rida.
Dengan langkah gontai, Rida memasuki kamar mandi, lalu setelahnya ia menyiapkan
segala keperluan sekolahnya dan bergegas berangkat kesekolah.
Entah
mengapa, hari ini aku sama sekali tak bersemangat untuk berangkat kesekolah.
Ketika aku sampai disekolahpun, moodku bukannya makin membaik malah makin
memburuk. Apalagi ditambah dengan pelajaran hari ini yang membuat moodku
semakin down.
“Dari
tadi kuperhatiin kamu diem terus Da. Biasanya kamu itu orang yang paling nggak
bisa diem. Kamu kenapa? Sakit?” tanya Heza.
“Nggak
apa-apa kok, aku nggak sakit. Cuman lagi nggak mood aja. Tumben kamu nanyain
keadaanku. Mau minjem pr yang kemarin kan?”
“Hehe,
sudah ketahuan. Sebenernya tujuanku kebangkumu ya itu, tapi saat lihat kamu
lagi suntuk, ya udah sekalian aja aku tanya kau kenapa.” Jawabnya santai
kemudian duduk dibangku sebelahku.
“Nggak
tau nih, moodku langsung memburuk sejak berangkat tadi.” Kataku sambil
menyodorkan bukuku.
“Oke,
aku pinjam dulu bukumu. Aku cuman punya satu saran, carilah sesuatu yang kau
pikir menyenangkan, pasti moodmu membaik.” Jawabnya kemudian berjalan pergi
kearah bangkunya yang hanya berjarak 2 bangku dari tempat dudukku.
Heza,
teman baikku yang baru akrab denganku ketika kami duduk dibangku kelas XI. Iya,
dulu saat kelas X, kami tak terlalu akrab. Bahkan tidak akrab sama sekali. Dulu
kukira dia anak ganteng yang pendiam, tertutup dan tidak humoris sama sekali.
Tapi, ketika aku mulai mengenalnya dengan baik, ternyata dia anak yang sangat
gokil, baik dan kadang juga resek. Pokoknya campur aduk gitu lah.
Oke
lupakan masalah Heza, sekarang balik kepermasalahanku sendiri -,-
Bel
pulang sekolah yang baru saja terdengar, seolah terdengar seperti suara
Christina Perry (?) yang tengah menyanyikan lagu A Thousand Years. Serasa angin
dari surga yang meniup moodku sehingga tiba-tiba moodku menjadi membaik bahkan
sangat baik. Aneh? Ya memang terdengar aneh, tapi memang itulah yang sedang
kurasakan saat ini hehe.
“Da,
nanti ada les lho, jangan sampai nggak dateng ya. Oh ya jangan telat juga.”
Kata seseorang yang menepuk pundakku dari belakang. Seva.
“Eh,
Iya nanti aku berangkat. Tapi kamu berangkat juga kan?” tanyaku.
“Iya.
Ingat lho jangan telat.” Katanya mengingatkan.
“Oke,
kalau gitu aku duluan ya.”
“Iya.”
***
Siang
yang sangat terik sedikit menyurutkan semangatku untuk datang ketempat lesku.
Jaraknya cukup jauh dari rumah. Kurang lebih 20 menit aku sampai ditempat les
yang hari itu sangat ramai. Kuedarkan pandanganku untuk mencari teman-temanku
yang mungkin saja sudah tiba dahulu. Akhirnya kutemukan mereka sedang duduk
dibawah pohon rindang salah satu sudut parkiran sambil menikmati minuman
dingin.
“Hanya
kita bertiga yang sudah sampai?” tanyaku pada Seva.
“Jea
pergi keluar kota dan Willa, aku tak tau. Mungkin saja ia datang terlambat.
Lebih baik kita masuk kekelas dulu.” Ajak Yuri. Dan kami bertigapun segera
beranjak menuju ruang kelas.
Les
pun berlangsung seperti biasanya. Tenang, tapi sesekali ada diantara kami yang
membuat lelucon dan sontak memancing tawa kami semua yang berada di ruangan
kelas. Semua, kecuali aku. Entah mengapa lelucon tadi sama sekali tak
berpengaruh apapun padaku. Ya sudahlah kujalani saja apa yang akan terjadi hari
ini. Tepat 2 jam, lesku pun usai, karena hari mulai gelap aku memutuskan untuk
pulang dahulu.
“Rida,
tunggu aku! Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu.” Kata Yuri.
“Eh,
iya, aku tunggu diujung koridor ya.” Kataku kemudian berlalu.
“Oke.”
Aku
berjalan sendirian sambil ditemani lagu yang mengalun lewat earphoneku.
Berjalan hingga ke ujung lorong dan menunggu Yuri disana. Tidak biasanya ia
mengajakku bicara empat mata seperti ini. Mungkin hal yang cukup rahasia
sampai-sampai hanya aku dan dia yang harus tau. Setelah 5 menit menunggunya
diujung koridor, akhirnya Yuri datang dengan tergesa-gesa kearahku.
“Maaf
ya, aku nggak buat kamu nunggu lama kan?” tanyanya sembari mengatur nafasnya.
“Nggak
lama, baru juga 5 menit. Kamu mau ngomong apa Yur?”
“Aku
ingin tanya sesuatu tapi kamu harus jawab sejujur mungkin.”
“Memang
kamu mau tanya apa sih sampai-sampai aku harus jawab jujur.” Jawabku bingung.
“Hmm,
bagaimana aku memulainya ya.”
“Sudahlah
katakan saja.”
“Apakah
kau menyukai Heza?”
“HAH!!
Maksudmu?”
“Aku
hanya butuh jawabanmu, Da...”
“Aku
dan Heza hanya sebatas teman, Yuri. Kau jangan berpikir yang tidak-tidak
tentang kedekatan kami. Kau juga tau sendiri kan kalau dikelas aku juga akrab
dan dekat dengan teman-teman kita yang cowok.” Terangku. “Jangan-jangan... kau
menyukai Heza ya?”
“Y..
ya.. ya bisa dibilang begitu.” Ucapnya sambil tertunduk malu.
“Benar
kan tebakanku selama ini.”
“Hmm,
Da, aku boleh minta bantuanmu?” katanya ragu.
“Bantuan
apa?”
“Begini,
kau kan dekat dengan Heza, bisakah kau ceritakan padaku semua hal tentang Heza?”
pintanya dengan nada memohon.
“Okelah
terserah kamu, aku pulang dulu ya.” Kataku lalu meninggalkannya sendiri
dikoridor.
***
“Da,
ajarin tugas bahasa jepangnya dong, aku nggak ngerti nih. Eh, Alin, kamu duduk
ketempatku dulu ya.” Kata Heza sembari mengusir Alin, teman sebangkuku kemudian
duduk dibangkunya.
“Bukannya
kamu pinter ya kalau masalah bahasa jepang kayak soal ini?”
“Entahlah,
aku bingung dengan soal ini, cepatlah ajari aku ya ya” katanya sambil nyengir
kuda (?)
Setelah
mengajari Heza setengah dari total keseluruhan soal bahasa jepang, aku sekilas
melihat Yuri dan beberapa teman-temannya tengah menatap sinis kearahku.
Terlebih tatapan Yuri padaku dan pada Heza. Karena merasa risih dengan tatapan
mereka, aku berpura-pura tak mengerti dengan satu soal dan meminta Heza untuk
bertanya kepada Yuri, aku tahu persisi Yuri sangat pandai dalam bahasa jepang.
Kemudian aku beranjak dari bangkuku, dan berjalan kearah meja sensei
seolah-olah aku hendak bertanya sesuatu.
Kulihat
dari sudut mataku, Yuri sama sekali tak memanfaatkan kesempatan yang telah
kuberikan padanya. Sebenarnya apa yang diinginkannya, aku sendiripun tak tahu.
Sampai jam pelajaran usai pun, Yuri benar-benar tak memanfaatkan momen tadi.
***
Sore
ini, jadwalku untuk mengikuti les kimia. Aku sangat menyenangi pelajaran ini
sehingga aku benar-benar semangat. Tapi apa yang kudapatkan sesampainya berada
dikelas tempat lesku. Tatapan-tatapan penuh kebencian dan amarah. Selama les
berlangsung, tak ada satupun diantara kami ber5 yang membuka mulut untuk
sekedar memulai pembicaraan. Muak dengan tatapan mereka yang tak kunjung
mereda, ketika jam les berkhir aku segera meninggalkan kelas dengan perasaan
yang sangat kesal. Sebenarnya apa yang telah aku perbuat pada mereka. Baru saja
berjalan 5 langkah, aku merasa jemari seseorang yang menarikku paksa sehingga
aku masuk kembali kedalam kelas yang masih ramai karena ketiga temanku yang
lalin belum meninggalkan kelas. Kukira orang yang menarikku barusan itu Yuri,
ternyata orang itu adalah Jea.
“Da,
aku mohon kejujuranmu, kamu benar-benar nggak menyukai Heza kan?” tanyanya
pelan sambil terduduk dibangku yang ia duduki tadi.
“Sudah
berapa kali aku katakan padamu Yuri, aku benar-benar tak menyukai Heza. Apa
pernyataanku beberapa hari yang lalu tak sanggup meyakinkanmu huh?”
“Aku
percaya padamu, Da. Tapi melihat sikapmu terhadap Heza, aku mulai meragukan
pernyataanmu saat itu.”
“Apa
maksudmu? Sikapku yang mana yang kau maksud.” Kataku setengah emosi.
“...”
“Oh,
aku tau, pasti sikapku saat pelajaran bahasa jepang itu kan?” kulihat ia
mengangguk sekilas.
“Ah,
kalau benar karena itu, kutegaskan sekali lagi dan dengarkan baik-baik. Aku
tidak ada hubungan lain dengan Heza kecuali teman. Ingat itu!” kataku dengan
penuh penekanan dibagian akhir kemudian melangkah pergi dari ruangan itu.
***
Ah,
malam ini malam yang menyenangkan. Bagaimana tdak, hari ini aku tak disibukkan
oleh PR yang seolah enggan meninggalkanku (?). Sudah lama aku tak menengok
jejaring social ku. Kunyalakan laptopku kemudian memulai log in ke salah satu
jejaring social yang kumiliki. Baru sekitar 10 menit aku melihat-lihat apa yang
tengah diperbincangkan teman-temanku di jejaring social itu, tiba-tiba aku
dikejutkan dengan sebuah pernyataan Yuri yang ia tuangkan diakun jejaring
socialnya. Ya, dia lagi-lagi membahas tentang Heza. Walaupun ia tak
terang-terangan menuliskan nama Heza dalam pernyataan itu, tapi sangat tersirat
kalau pernyataan itu benar untuk Heza. Kemudian kulihat beberapa dari temanku
menanggapi pernyataan Yuri.
Selama
lebih dari 30 menit, aku hanya mengamati perbincangan teman-temanku. Karena
mataku mulai lelah menatap laptop, aku menulis sesuatu diaku jejaring sosialku
kemudian meng’log out’nya.
“Ah,
lelahnya. Sepertinya aku akan tidur lebih awal malam ini.” Gumamku pada diriku
sendiri.
Drrrttt...
drrttt...
Getaran
ponsel yang benar-benar mengganggu, ku raba area sekitar bantalku untuk mencari
keberadaan ponselku. Akhirnya kutemukan ponselku kemudian mengecek siapa
pengirim pesan itu. Ternyata dari Alin.
From: Alin
Da, lebih baik kau buka jejaring
socialmu sekarang!!
Eh
ada apa memangnya, pikirku. Kemudian kukirimkan balasanku pada Alin
To: Alin
Terjadi sesuatu kah,
Lin? –send-
From: Alin
Ah, aku bingung
menjelaskannya, lebih baik kau lihat sendiri saja. Lebih cepat kau melihatnya,
itu lebih baik.
Tanpa
berniat untuk membalas lagi pesan dari Alin, sesegera mungkin kuhidupka
laptopku dan kembali masuk ke aku jejaring socialku. Ya, Tuhan benarkah yang
aku lihat ini.
In Rida Account
Yuri
: Sepertinya dia bukan ancaman yang berat untukku dekat dengan’nya’... tapi
kedekatan mereka benar-benar menyebalkan.
Jea
reply to Yuri : Aku sangat tau apa yang kau alami Yur, karena orang yang
kucintai pun sepertinya akan direbut juga olehnya.
Seva
reply to Yuri : Apakah aku perlu menuliskan nama akun mereka berdua disini Yur
:P
Yuri
reply to Jea: Apa yang kau maksud sama orangnya dengan yg kumaksud.
Jea
reply to Seva & Yuri: jangan, nanti orangnya tau malah bahaya. Kalau
orangnya baca pun pasti akan tau sendiri dan akan merasa kok, jadi santai aja.
Kita lihat respon darinya. Hehehe...
Jea,
aku tahu maksudmu itu aku. Tapi apa aku pernah berbuat seperti yang kau ucapkan
barusan. Pintar sekali orang ini memanas-manasi sahabatnya sendiri. Entah
kenapa aku ingin meuliskan kalimat ini di akunku.
Rida:
Kamu hanya perlu berusaha sedikit lagi dan tak menyalahkan keadaan yang ada.
2
minutes later...
Yuri:
Sampai kapanpun aku nggak akan bisa dekat dengan’nya’
Jea
: Sepertinya ada yang main kode-kodean nih.
Seva
reply to Jea: Sudahlah va, nggak usah ikut campur masalah mereka.
Jea
: Mungkin memang kau tak menyukai’nya’ tapi kau mungkin menyukai ‘orang yang
kusukai’
Yuri:
‘Dia’ mungkin membenciku, jangankan dekat. Bicara denganku pun tak pernah.
Jea
reply to Yuri: sudahlah Yur, kita harus bersabar menghadapi orang yang LICIK
macam dia.
-tbc-
akhirnya bisa ngepublish part 1, siapa yang sebenarnya bersalah dan siapa yang mengadu domba persahabatan mereka. Author butuh kritik dan saran kalian ya^^
Terimakasih sudah berkunjung... ^-^

Yuri- aku ngebayanginnya Yuri SNSD, hahaha kalo Rida aku ngebayanginnya km im :p
BalasHapuskalo Heza nya yesung wkwkwk #eeeeehhh
semoga aja si Jea, Yuri dan yang lainnya yang suka sama Heza buru - buru nyerah ya, aku yakin Heza pasti sukanya sama Rida wkwk sok tau banget ya :''
mau ngeritik dikit ya, aku bacanya agak bingung. pas baca sekali agak gak mudeng, trus aku baca lagi pelan - pelan, ya alhamdulillah mudeng dikit - dikit. apa akunya yang gak nyandak buat ngebayangin ceritanya ya? ah molla wkwk
ditunggu part selanjutnya, mangat semangat!!
hua... makasih kritiknya, tapi sayangnya ya tang, itu bukan Yuri SNSD hehe...
Hapusffmu juga ditunggu ya... klo publish lagi kasih tau
gomawo sudah berkunjung :)