Senin, 15 April 2013

Can You Listen to Me part 1/?


Author            : Ima
 Tittle              : Can You Listen to Me?
 Length           : Continue
 Genre            : Friendship, love
 Cast               : You can find them by yourself
 Author Note  :
            Sebenarnya cerita yang akan author persembahkan ini sudah merupakan masalah yang kerap kali dialami para remaja. Mungkin beberapa dari kalian pernah mengalami hal semacam ini. Termasuk author, hanya saja tidak semuanya merupakan pengalaman pribadi author. Author minta maaf apabila ada kesamaan nama, tempat, dan jalan cerita. Tapi ini adalah asli buatan author. ^^
            Warning!! Typo merajalela!! Cover from google, edited by me.
            I hope you can like it.
            Happy Reading ^-^

Sebuah kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan kehancuran...





Can You Listen to Me?

When love make someone change her mind...

          Kicauan burung dipagi yang cerah, seolah menyanyikan sebuah lagu yang dapat membangunkanku dari tidur lelapku. Cahaya matahari pagi yang sayup-sayup masuk melalui celah tirai hingga mampu meraih mataku yang masih tertutup.
            “ Da, sudah pagi, cepat bangun.” Teriak ibu dari luar.
            “ Ya, aku sudah bangun sekarang.” Kata seorang gadis remaja berambut hitam bergelombang yang akrab disapa Rida. Dengan langkah gontai, Rida memasuki kamar mandi, lalu setelahnya ia menyiapkan segala keperluan sekolahnya dan bergegas berangkat kesekolah.
Entah mengapa, hari ini aku sama sekali tak bersemangat untuk berangkat kesekolah. Ketika aku sampai disekolahpun, moodku bukannya makin membaik malah makin memburuk. Apalagi ditambah dengan pelajaran hari ini yang membuat moodku semakin down.
“Dari tadi kuperhatiin kamu diem terus Da. Biasanya kamu itu orang yang paling nggak bisa diem. Kamu kenapa? Sakit?” tanya Heza.
“Nggak apa-apa kok, aku nggak sakit. Cuman lagi nggak mood aja. Tumben kamu nanyain keadaanku. Mau minjem pr yang kemarin kan?”
“Hehe, sudah ketahuan. Sebenernya tujuanku kebangkumu ya itu, tapi saat lihat kamu lagi suntuk, ya udah sekalian aja aku tanya kau kenapa.” Jawabnya santai kemudian duduk dibangku sebelahku.
“Nggak tau nih, moodku langsung memburuk sejak berangkat tadi.” Kataku sambil menyodorkan bukuku.
“Oke, aku pinjam dulu bukumu. Aku cuman punya satu saran, carilah sesuatu yang kau pikir menyenangkan, pasti moodmu membaik.” Jawabnya kemudian berjalan pergi kearah bangkunya yang hanya berjarak 2 bangku dari tempat dudukku.
Heza, teman baikku yang baru akrab denganku ketika kami duduk dibangku kelas XI. Iya, dulu saat kelas X, kami tak terlalu akrab. Bahkan tidak akrab sama sekali. Dulu kukira dia anak ganteng yang pendiam, tertutup dan tidak humoris sama sekali. Tapi, ketika aku mulai mengenalnya dengan baik, ternyata dia anak yang sangat gokil, baik dan kadang juga resek. Pokoknya campur aduk gitu lah.
Oke lupakan masalah Heza, sekarang balik kepermasalahanku sendiri -,-
Bel pulang sekolah yang baru saja terdengar, seolah terdengar seperti suara Christina Perry (?) yang tengah menyanyikan lagu A Thousand Years. Serasa angin dari surga yang meniup moodku sehingga tiba-tiba moodku menjadi membaik bahkan sangat baik. Aneh? Ya memang terdengar aneh, tapi memang itulah yang sedang kurasakan saat ini hehe.
“Da, nanti ada les lho, jangan sampai nggak dateng ya. Oh ya jangan telat juga.” Kata seseorang yang menepuk pundakku dari belakang. Seva.
“Eh, Iya nanti aku berangkat. Tapi kamu berangkat juga kan?” tanyaku.
“Iya. Ingat lho jangan telat.” Katanya mengingatkan.
“Oke, kalau gitu aku duluan ya.”
“Iya.”

***

Siang yang sangat terik sedikit menyurutkan semangatku untuk datang ketempat lesku. Jaraknya cukup jauh dari rumah. Kurang lebih 20 menit aku sampai ditempat les yang hari itu sangat ramai. Kuedarkan pandanganku untuk mencari teman-temanku yang mungkin saja sudah tiba dahulu. Akhirnya kutemukan mereka sedang duduk dibawah pohon rindang salah satu sudut parkiran sambil menikmati minuman dingin.
“Hanya kita bertiga yang sudah sampai?” tanyaku pada Seva.
“Jea pergi keluar kota dan Willa, aku tak tau. Mungkin saja ia datang terlambat. Lebih baik kita masuk kekelas dulu.” Ajak Yuri. Dan kami bertigapun segera beranjak menuju ruang kelas.
Les pun berlangsung seperti biasanya. Tenang, tapi sesekali ada diantara kami yang membuat lelucon dan sontak memancing tawa kami semua yang berada di ruangan kelas. Semua, kecuali aku. Entah mengapa lelucon tadi sama sekali tak berpengaruh apapun padaku. Ya sudahlah kujalani saja apa yang akan terjadi hari ini. Tepat 2 jam, lesku pun usai, karena hari mulai gelap aku memutuskan untuk pulang dahulu.
“Rida, tunggu aku! Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu.” Kata Yuri.
“Eh, iya, aku tunggu diujung koridor ya.” Kataku kemudian berlalu.
“Oke.”
Aku berjalan sendirian sambil ditemani lagu yang mengalun lewat earphoneku. Berjalan hingga ke ujung lorong dan menunggu Yuri disana. Tidak biasanya ia mengajakku bicara empat mata seperti ini. Mungkin hal yang cukup rahasia sampai-sampai hanya aku dan dia yang harus tau. Setelah 5 menit menunggunya diujung koridor, akhirnya Yuri datang dengan tergesa-gesa kearahku.
“Maaf ya, aku nggak buat kamu nunggu lama kan?” tanyanya sembari mengatur nafasnya.
“Nggak lama, baru juga 5 menit. Kamu mau ngomong apa Yur?”
“Aku ingin tanya sesuatu tapi kamu harus jawab sejujur mungkin.”
“Memang kamu mau tanya apa sih sampai-sampai aku harus jawab jujur.” Jawabku bingung.
“Hmm, bagaimana aku memulainya ya.”
“Sudahlah katakan saja.”
“Apakah kau menyukai Heza?”
“HAH!! Maksudmu?”
“Aku hanya butuh jawabanmu, Da...”
“Aku dan Heza hanya sebatas teman, Yuri. Kau jangan berpikir yang tidak-tidak tentang kedekatan kami. Kau juga tau sendiri kan kalau dikelas aku juga akrab dan dekat dengan teman-teman kita yang cowok.” Terangku. “Jangan-jangan... kau menyukai Heza ya?”
“Y.. ya.. ya bisa dibilang begitu.” Ucapnya sambil tertunduk malu.
“Benar kan tebakanku selama ini.”
“Hmm, Da, aku boleh minta bantuanmu?” katanya ragu.
“Bantuan apa?”
“Begini, kau kan dekat dengan Heza, bisakah kau ceritakan padaku semua hal tentang Heza?” pintanya dengan nada memohon.
“Okelah terserah kamu, aku pulang dulu ya.” Kataku lalu meninggalkannya sendiri dikoridor.

***
“Da, ajarin tugas bahasa jepangnya dong, aku nggak ngerti nih. Eh, Alin, kamu duduk ketempatku dulu ya.” Kata Heza sembari mengusir Alin, teman sebangkuku kemudian duduk dibangkunya.
“Bukannya kamu pinter ya kalau masalah bahasa jepang kayak soal ini?”
“Entahlah, aku bingung dengan soal ini, cepatlah ajari aku ya ya” katanya sambil nyengir kuda (?)
Setelah mengajari Heza setengah dari total keseluruhan soal bahasa jepang, aku sekilas melihat Yuri dan beberapa teman-temannya tengah menatap sinis kearahku. Terlebih tatapan Yuri padaku dan pada Heza. Karena merasa risih dengan tatapan mereka, aku berpura-pura tak mengerti dengan satu soal dan meminta Heza untuk bertanya kepada Yuri, aku tahu persisi Yuri sangat pandai dalam bahasa jepang. Kemudian aku beranjak dari bangkuku, dan berjalan kearah meja sensei seolah-olah aku hendak bertanya sesuatu.
Kulihat dari sudut mataku, Yuri sama sekali tak memanfaatkan kesempatan yang telah kuberikan padanya. Sebenarnya apa yang diinginkannya, aku sendiripun tak tahu. Sampai jam pelajaran usai pun, Yuri benar-benar tak memanfaatkan momen tadi.

***

Sore ini, jadwalku untuk mengikuti les kimia. Aku sangat menyenangi pelajaran ini sehingga aku benar-benar semangat. Tapi apa yang kudapatkan sesampainya berada dikelas tempat lesku. Tatapan-tatapan penuh kebencian dan amarah. Selama les berlangsung, tak ada satupun diantara kami ber5 yang membuka mulut untuk sekedar memulai pembicaraan. Muak dengan tatapan mereka yang tak kunjung mereda, ketika jam les berkhir aku segera meninggalkan kelas dengan perasaan yang sangat kesal. Sebenarnya apa yang telah aku perbuat pada mereka. Baru saja berjalan 5 langkah, aku merasa jemari seseorang yang menarikku paksa sehingga aku masuk kembali kedalam kelas yang masih ramai karena ketiga temanku yang lalin belum meninggalkan kelas. Kukira orang yang menarikku barusan itu Yuri, ternyata orang itu adalah Jea.
“Da, aku mohon kejujuranmu, kamu benar-benar nggak menyukai Heza kan?” tanyanya pelan sambil terduduk dibangku yang ia duduki tadi.
“Sudah berapa kali aku katakan padamu Yuri, aku benar-benar tak menyukai Heza. Apa pernyataanku beberapa hari yang lalu tak sanggup meyakinkanmu huh?”
“Aku percaya padamu, Da. Tapi melihat sikapmu terhadap Heza, aku mulai meragukan pernyataanmu saat itu.”
“Apa maksudmu? Sikapku yang mana yang kau maksud.” Kataku setengah emosi.
“...”
“Oh, aku tau, pasti sikapku saat pelajaran bahasa jepang itu kan?” kulihat ia mengangguk sekilas.
“Ah, kalau benar karena itu, kutegaskan sekali lagi dan dengarkan baik-baik. Aku tidak ada hubungan lain dengan Heza kecuali teman. Ingat itu!” kataku dengan penuh penekanan dibagian akhir kemudian melangkah pergi dari ruangan itu.

***
Ah, malam ini malam yang menyenangkan. Bagaimana tdak, hari ini aku tak disibukkan oleh PR yang seolah enggan meninggalkanku (?). Sudah lama aku tak menengok jejaring social ku. Kunyalakan laptopku kemudian memulai log in ke salah satu jejaring social yang kumiliki. Baru sekitar 10 menit aku melihat-lihat apa yang tengah diperbincangkan teman-temanku di jejaring social itu, tiba-tiba aku dikejutkan dengan sebuah pernyataan Yuri yang ia tuangkan diakun jejaring socialnya. Ya, dia lagi-lagi membahas tentang Heza. Walaupun ia tak terang-terangan menuliskan nama Heza dalam pernyataan itu, tapi sangat tersirat kalau pernyataan itu benar untuk Heza. Kemudian kulihat beberapa dari temanku menanggapi pernyataan Yuri.
Selama lebih dari 30 menit, aku hanya mengamati perbincangan teman-temanku. Karena mataku mulai lelah menatap laptop, aku menulis sesuatu diaku jejaring sosialku kemudian meng’log out’nya.
“Ah, lelahnya. Sepertinya aku akan tidur lebih awal malam ini.” Gumamku pada diriku sendiri.
Drrrttt... drrttt...
Getaran ponsel yang benar-benar mengganggu, ku raba area sekitar bantalku untuk mencari keberadaan ponselku. Akhirnya kutemukan ponselku kemudian mengecek siapa pengirim pesan itu. Ternyata dari Alin.
From: Alin
Da, lebih baik kau buka jejaring socialmu sekarang!!

Eh ada apa memangnya, pikirku. Kemudian kukirimkan balasanku pada Alin

To: Alin
Terjadi sesuatu kah, Lin? –send-
From: Alin
Ah, aku bingung menjelaskannya, lebih baik kau lihat sendiri saja. Lebih cepat kau melihatnya, itu lebih baik.

Tanpa berniat untuk membalas lagi pesan dari Alin, sesegera mungkin kuhidupka laptopku dan kembali masuk ke aku jejaring socialku. Ya, Tuhan benarkah yang aku lihat ini.
In Rida Account
Yuri : Sepertinya dia bukan ancaman yang berat untukku dekat dengan’nya’... tapi kedekatan mereka benar-benar menyebalkan.
Jea reply to Yuri : Aku sangat tau apa yang kau alami Yur, karena orang yang kucintai pun sepertinya akan direbut juga olehnya.
Seva reply to Yuri : Apakah aku perlu menuliskan nama akun mereka berdua disini Yur :P
Yuri reply to Jea: Apa yang kau maksud sama orangnya dengan yg kumaksud.
Jea reply to Seva & Yuri: jangan, nanti orangnya tau malah bahaya. Kalau orangnya baca pun pasti akan tau sendiri dan akan merasa kok, jadi santai aja. Kita lihat respon darinya. Hehehe...
Jea, aku tahu maksudmu itu aku. Tapi apa aku pernah berbuat seperti yang kau ucapkan barusan. Pintar sekali orang ini memanas-manasi sahabatnya sendiri. Entah kenapa aku ingin meuliskan kalimat ini di akunku.
Rida: Kamu hanya perlu berusaha sedikit lagi dan tak menyalahkan keadaan yang ada.
2 minutes later...
Yuri: Sampai kapanpun aku nggak akan bisa dekat dengan’nya’
Jea : Sepertinya ada yang main kode-kodean nih.
Seva reply to Jea: Sudahlah va, nggak usah ikut campur masalah mereka.
Jea : Mungkin memang kau tak menyukai’nya’ tapi kau mungkin menyukai ‘orang yang kusukai’
Yuri: ‘Dia’ mungkin membenciku, jangankan dekat. Bicara denganku pun tak pernah.
Jea reply to Yuri: sudahlah Yur, kita harus bersabar menghadapi orang yang LICIK macam dia.

-tbc-

akhirnya bisa ngepublish part 1, siapa yang sebenarnya bersalah dan siapa yang mengadu domba persahabatan mereka. Author butuh kritik dan saran kalian ya^^

Terimakasih sudah berkunjung... ^-^

2 komentar:

  1. Yuri- aku ngebayanginnya Yuri SNSD, hahaha kalo Rida aku ngebayanginnya km im :p
    kalo Heza nya yesung wkwkwk #eeeeehhh
    semoga aja si Jea, Yuri dan yang lainnya yang suka sama Heza buru - buru nyerah ya, aku yakin Heza pasti sukanya sama Rida wkwk sok tau banget ya :''

    mau ngeritik dikit ya, aku bacanya agak bingung. pas baca sekali agak gak mudeng, trus aku baca lagi pelan - pelan, ya alhamdulillah mudeng dikit - dikit. apa akunya yang gak nyandak buat ngebayangin ceritanya ya? ah molla wkwk

    ditunggu part selanjutnya, mangat semangat!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hua... makasih kritiknya, tapi sayangnya ya tang, itu bukan Yuri SNSD hehe...

      ffmu juga ditunggu ya... klo publish lagi kasih tau

      gomawo sudah berkunjung :)

      Hapus