Author : Imasitinoorc
Genre :
Fluff, romance, school life
Cast :
Kim Kibum, Sheva Jung as you, Kim Yesung
Rating : PG-16
Length :
Oneshot
Desclaimer :
Hai reader-nim, I back again. Someone give me a
challenge to make a fluff, so that is the reason why I make this fiction.
Kekekke.
For the person who give me the challenge and all of the
reader, I hope you will like it. Although it is not my first time make a fluff
fiction, but it is not my genre -,-v, so I'm sorry if the storyline absurd.
Happy Reading all ^^
Aku
tak pernah berpikir akan bertemu denganmu
Aku
tak pernah menyangka bisa sedekat ini denganmu
Kau tau...
Jangan
pernah melunturkan senyum itu
Karena
aku menyukai senyum indahmu...
Why I Like You
Author POV
Kicauan burung dipagi hari dan sinar sang surya
yang mulai menelisik diantara tirai kamar seolah tak mampu mengusik seorang gadis
yang masih meringkuk dibalik dekapan hangat selimut milikknya. Ketukan pintu
yang terdengar sangat keras pun hanya membuatnya menggeser sedikit tubuh
rampingnya kemudian kembali tertidur.
"Sheva-ya, cepat bangun, kau ingin terlambat
ujian eoh?" Terdengar suara seorang wanita dari luar kamar. Sheva -gadis
itu- masih mengurungkan niatnya untuk bangun dari single bednya.
"Sheva!! Kalau kau masih tak mau bangun juga
akan kubuang semua koleksi aksesoris serba hitammu itu!!!" Mendengar
ancaman tersebut Sheva segera berlari menuju pintu dan membukanya dengan
tergesa-gesa. "Ibu lihat sendirikan aku sudah bangun. Jadi jangan
apa-apakan koleksiku, okey." Ujarnya senbari tersenyum kecil. "Ibu
tunggu dibawah. Dan satu lagi, jika lebih dari 15 menit ibu tak melihatmu
dimeja makan, ancaman itu masih berlaku." Kata ibunya dan segera menjauh
dari depan kamar Sheva. Sheva hanya menghembuskan nafasnya kasar. “Selalu seperti itu.”
***
Jalanan Kota Seoul mulai memadat dipagi
hari. Banyak subway dan halte-halte
dipenuhi oleh warga yang hendak memulai aktifitasnya dipagi ini. Termasuk
Sheva. Kini ia tengah duduk disebuah halte, menunggu bis yang akan membawanya
ke Paran Highschool, tempatnya menimba ilmu. Ditemani I-Phone dan headset
putihnya, ia menunggu sambil sesekali melirik jam tangan yang melingkar
ditangan putihnya.
“Aishh, aku bisa
benar-benar terlambat kalau seperti ini.” Gerutunya.
Tak lama setelah itu, bis yang
ditunggu-tunggu Sheva datang. Dengan setengah berlari Sheva masuk kedalam bis.
Karena banyak penumpang yang juga hendak naik, Sheva harus mengantri. Ketika
tiba gilirannya ia untuk naik, salah satu tali sepatunya tak terikat dengan
semestinya. Dan lebih parahnya lagi, ia menginjaknya. Alhasil tubuh ramping
Sheva sedikit terhuyung kebelakang. Reflek Sheva menutup matanya.
Sheva POV
Aku sudah menyiapkan diri untuk merasakan
kerasnya aspal yang sebentar lagi akan menghantam pantatku. Tapi, kenapa lama
sekali adegan jatuh yang kualami? Eh, tangan siapa ini dipunggungku??
"Lain kali kau harus lihat langkahmu
nona. Untung saja aku tepat waktu menahan badanmu itu." Ujar seseorang
dibelakangku dengan tersenyum kecil.
"Yak, nona! Kau ingin naik ke bis ini atau
tidak? Kau akan membuat penumpangku terlambat kalau kau masih saja berdiri
disitu!" Ujar sang pengemudi bis saat aku baru saja hendak mengucapkan
terima kasih pada orang yang telah menolongku. "Maafkan aku, paman. Dan kau, terima kasih
telah menolongku." Ujarku membungkuk dan kemudian segera masuk ke dalam
bis.
***
"Kau apa tidak bosan selalu ditegur Mr. Shin
karena terlambat lagi?" Ujar Haruma, teman sebangkuku sesaat setelah ia
menyaksikan Mr. Shin lagi-lagi memarahiku hanya karena aku terlambat masuk
kelasnya 5 menit tadi. Sial sekali aku hari ini."Setidaknya kali ini aku
tidak terlambat karena bangun siang, Haru." "Lalu?" "Sudahlah lupakan, aku malas membahas ini. Oh ya, apa yang
kulewatkan pagi ini?". "Tak ada yang spesial, lebih baik kita kekantin sekarang, aku
sudah sangat lapar." Aku hanya mendengus mendengar penuturannya. Biasanya
setiap pagi hari ada saja berita tentang si kapten tim basket, Kim Yesung.
Kim Yesung, seorang kapten tim basket yang sangat
populer di Paran Highschool. Wajahnya yang tampan, lincah dalam permainan basket dan memiliki
suara yang sangat indah membuat para gadis disekolahku mengidolakannya. Jujur
aku juga menyukainya tapi aku tidak akan melakukan hal yang tidak masuk akal
seperti mengikutinya kemanapun ia pergi. Lebih parahnya ia akan membuat
beberapa gadis kehilangan suaranya, sesaat setelah menyaksikannya dalam turnamen
basket antar sekolah. Kudengar juga, ia memiiki seorang sepupu yg sama berkharismanya dengan Yesung.
Namun, wajah seseorang yang kuketahui namanya Kim Kibum itu belum pernah
diketahui bagaimana wajahnya. Meski begitu, nama
Kim Kibum sering menjadi topik utama dalam pembicaraan teman-teman dikelasku. Satu hal yang kuyakini, ia pasti sama tampannya dengan kakak
sepupunya. Bisa jadi lebih.
***
Author POV
Sheva terus menggerutu saat melewati koridor
sekolah yang mulai sepi mengingat ini sudah lebih dari jam pulang sekolah. Ia
dihukum oleh Mr.Shin untuk meringkas materi tentang sejarah kerajaan Joseon
diperpustakaan. Sesampainya didepan pintu perpustakaan, Sheva berhenti sejenak,
menghembuskan nafasnya kemudian masuk kedalam perpustakaan dengan langkah
gontai.
"Siang hariku yang indah ini harus kulewati
dengan menghabiskan waktu bersama buku-buku ini." Kata Sheva saat ia
menatap tumpukkan buku-buku di tangannya yang tebalnya hampir sama dengan buku
telepon. Lorong-lorong diperpustakaan yang semakin siang semakin sepi, membuat
suasana di dalam perpustakaan menjadi sangat sunyi. Rasa lelah yang mendera
membuat Sheva mengakhiri acara baca bukunya dan memutuskan untuk pulang
kerumah.
Suasana halte mulai sunyi akibat hujan deras yang
mengguyur kota Seoul saat itu. Hanya tersisa Sheva dan seorang pria dengan mata
terpejam dan headset yang menggantung ditelinganya. Pria itu bersender pada sisi sebelah kanan halte sedangka
Sheva berada di kiri. Sheva hanya melirik
pria itu sekilas tanpa berniat untuk mengajak pria itu berbicara walaupun itu berguna mengusir
rasa bosannya dan memilih kembali menatap jalanan yang terguyur hujan. Entah
ada angin dari mana, Sheva beranjak dari duduknya dan merentangkan tangannya.
Membiarkan tangan putihnya basah oleh guyuran air hujan. Sebuah senyuman pun muncul tatkala air itu mengenai
telapak tangannya.
"Apakah kau tidak pernah menyentuh air hujan
seumur hidupmu hingga sebegitu bahagianya kau ketika air hujan itu menyentuh telapak
tanganmu?". Terdengar
suara seorang pria yang seketika membuat Sheva menghentikan aktivitasnya dan
menoleh kearah sumber suara. "M..." Sheva terlihat salah
tingkah. "Lalu apa pedulimu." Tukasnya. “Tidak
ada, aku hanya senang melihat kau tersenyum.” Pria itu hanya tersenyum manis tanpa menyadari efek dari
ucapan singkatnya yang mampu membuat Sheva tak berkutik ditempatnya.
“Jika
suatu saat kita bertemu lagi, kuharap kau akan memanggil namaku. Aku Kim Kibum.” Ujar Kibum –pria itu- seraya bangkit dari duduknya
dan berlari menembus hujan.
“A..ap..apa
yang terjadi padaku. Kenapa aku tiba-tiba terpaku menatap senyum manisnya.
Kyaaa aku jadi gila karena senyuman pria itu.” Ucap Sheva sembari duduk dihalte.
***
Suatu pagi yang cukup cerah di Kota Seoul.
Seorang gadis dengan coat hitamnya tengah berjalan santai menuju loker yang
terletak di samping lorong kelasnya. Ketika hendak membuka pintu lokernya,
Sheva –gadis
itu- melihat sepucuk kertas terselip diantara pintu lokernya.
Setiap hari aku melihatmu
Setiap hari pula aku melihat senyum itu
Walau aku hanya bisa menatapmu dari jauh...
Aku tetap senang melihat senyum itu...
Meski senyum itu tak setulus seperti yang kulihat pertama kali dari bibir
manismu...
-Snow-
“Siapa yang memasukkan
note ini kedalam lokerku? Dan pertama kali? Apa aku pernah bertemu dengan orang
ini?”
gumam Sheva. Dalam note itu hanya terdapat kata Snow pada bagian bawah. Snow?
Siapa orang ini sebenarnya. Tanpa berpikir panjang Sheva memasukkan note itu
kedalam saku seragamnya dan melangkah pergi menuju kelasnya.
Tak jauh dari loker Sheva, nampak seorang
pria yang tersenyum penuh arti saat melihat gadis itu membaca dan menyimpan
note yang ia buat. “Jangan
pernah bosan membaca note dariku. Karena kau akan menemukannya setiap hari.” Dan pria itu pergi kembali menuju
kelasnya. Gadis itu tak pernah tahu jika selama ini ia satu sekolah dengan pria
yang diam-diam menjadi secret admire-nya.
***
Hari ini hujan kembali mengguyur kota Seoul. Sheva
berjalan pelan menuju lokernya untuk mengemasi buku-bukunya dan segera pulang
kerumah. Lagi-lagi ia menemukan note didalam lokernya. Ini sudah note ke 13
yang ia temukan dilokernya. Sheva pun semakin penasaran dengan orang yang tanpa
bosan menuliskan sebuah note untuknya.
Aku yakin kau sangat menyukai hari ini.
Hari dimana kau bisa merasakan air hujan sebanyak yang kau mau
Kau tahu, ini sudah yang kesekian kalinya aku menulis note untukmu
Jangan pernah bosan membacanya
Karena akupun tak pernah merasa bosan menuliskannya untukmu
Jika malam nanti hujan telah berhenti, temui aku ditaman dekat rumahmu
Kau akan menemukan hal yang menakjubkan disana...
Kutunggu kedatanganmu, my rainny girl....
-Snow-
Sheva kembali bergelut dengan pikirannya. Haruskah
ia menemui pria ini. Pria yang diam-diam mengisi kekosongan hatinya dengan
rangkaian kata-kata indah didalam note yang pria itu tulis untukknya.
***
Hujan tak kembali mengguyur. Dinginnya udara
malam makin menusuk tulang. Namun itu semua tak menyurutkan langkah Sheva untuk
datang ke taman dekat rumahnya. Ya, ia memutuskan untuk menemui “Snow” ditaman itu. Taman itu memang tak luas. Terdapat sebuah
air mancur kecil ditengah-tengah taman itu.
Sheva melangkahkan kakinya mendekat pada air
mancur itu. Ia merentangkan tangannya agar percikan air mancur itu mengenai
telapak tangannya yang memutih karena hawa dingin. Dipejamkan kedua matanya,
dan merasakan seolah air hujanlah yang kini ia rasakan.
“Sheva-ssi.” Suara bariton kini terdengar di telinga
Sheva.
“K..kau..
kau Yesung-ssi. Kau kah yang menulis note itu?” tanya Sheva to the point.
“Ya,
ini aku. Tapi maaf, bukan aku yang menulis note untukmu. Aku menemuimu karena
ada seseorang yang memintaku untuk memberikan ini padamu.” Ujar Yesung oppa sembari memberikan
secarik kertas padaku. Dengan sedikit ragu Sheva mengambil note itu.
“Terimakasih.”
“Aku
harus pergi sekarang. Good night.”
“Good
night too. Hati-hati.” Ujar
Sheva yang masih menatap punggung Yesung yang mulai menjauh. Dibukalah note
itu.
Hello my rainny girl...
Akhirnya kau penasaran dengan siapa aku sebenarnya
Tenang saja, sebentar lagi kau akan mengetahuinya
Yang perlu kau lakukan adalah berjalan lurus kearah kanan
Maka kau akan mendapatkan sesuatu disana...
-Snow-
Sheva tersenyum setelah membaca note itu. Tanpa
ia sadari, seorang pria tengah menatapnya dari kejauhan. Pria itu tersenyum
manis kala mengetahui bahwa gadis yang disukainya tak mengacuhkan usahanya
untuk lebih dekat dengan gadis itu. Ya, walaupun dengan cara yang mungkin bagi
setiap orang tidak romantis sama sekali. Tapi menurut pria ini, ini adalah hal
yang romantis. Kini pria itu sudah bersiap dengan apa yang sudah ia persiapkan
sejak sore tadi.
Apa kau menyukai bunga itu?
Maaf jika kau hanya menemukan setangkai saja
Tapi besarnya rasaku padamu tak ada bandingannya dengan
bunga itu...
Tetaplah tersenyum untukku
My rainny girl
-Snow-
Rangkaian kata yang sedemikian rupa itulah
yang membuat senyuman indah dibibir Sheva merekah. Note itu tergeletak bersama
setangkai bunga kesukaan Sheva dijalan setapak yang dilalui Sheva. Pria yang
meninggalkan note itu tek henti-hentinya membuat Sheva tersenyum. Kemudian ia
kembali melanjutkan langkahnya hingga tiba disebuah jembatan kecil diatas
sebuah kolam.
Sepi. Itulah kesan Sheva setibanya ia
ditempat itu. Apa pria ini mengerjainya? Batin Sheva. Baru saja ia hendak
membalikkan badannya dan pergi dari tempat itu, langkahnya terhenti ketika ia
mendengar sebuah petikan gitar.
You’ve got that smile,
That only heaven can make.
I pray to God everyday,
That you keep that smile.
Sheva membalikkan badannya dan menatap
seorang pria yang kini tengah duduk ditengah jembatan dan memainkan gitarnya.
Yeah, you are my dream,
There’s not a thing I won’t do.
I’ll give my life up for you,
Cos you are my dream.
Sheva menutup mulutnya sendiri dengan kedua
tangannya untuk menahan air mata yang sudah menggenang dipelupuk matanya. Namun,
usahaya sia-sia. Air mata itu akhirnya terjatuh juga. Ia tak mampu
mendeskripsikan apa yang tengah ia rasakan saat ini.
Pria itu mulai berjalan mendekatinya dengan
alunan gitar yang terus mengalun.
And baby, everything that I have is yours,
You will never go cold or hungry.
I’ll be there when you’re insecure,
Let you know that you’re always lovely.
Girl, cos you are the only thing that I got right now
“Next to You –
Justin bieber and Chris Brown”
Kini pria itu tepat didepannya. Ia tersenyum
hangat. Sheva masih terpaku menatap pria ini. Pria yang pertama kali
menolongnya saat ia hampir jatuh kala naik keatas bis. Pria yang membuatnya
terpaku dihalte. Dan pria yang selama ini menjadi secret admirenya. Apa gadis
itu tengah bermimpi. Jikalau iya, dia tak ingin bangun dari mimpi indah ini.
“Kau kecewa karena
pria yang menulis surat itu adalah aku?” ujar Kibum dengan nada kecewa.
“Ti..tid..tidak,
a.. aku hanya tidak menyangka jika itu kau.”
“Ah, kukira aku
membuatmu kecewa. Kau tahu, kau mulai menyita perhatianku saat melihat senyum
manismu dihalte itu. Senyuman yang tulus dan sarat akan kebahagiaan. Kuharap
suatu hari nanti aku bisa membuatmu tersenyum seperti itu. Dan aku tak ingin
melihat air mata ini lagi.” Kibum menghapus sisa air mata yang jatuh dipipi
Sheva dan kembali tersenyum. Hal itu membuat Sheva ikut tersenyum dan memeluk
Kibum.
“Terimakasih.”
“Ini belum
seberapa, aku akan melakukan yang lebih dari ini jika kau mau jadi kekasihku.
Will you be my girlfriend?”
“Yes, I will.”
END
Bagaimana endingnya? Absurdkah?
Atau romance gagal?
Aku hanya berusaha semampuku menyelesaikan
cerita ini.
Thanks for reading....
Leave your comment ^^

jongwoon jadi pemain basket jadi keinget sama midorima xD btw ceritanya udah bagus kak such a sweet story kkk~ mungkin cuma alurnya aja yang kecepetan but it's ok improve lagi kak tak tunggu fic yang selanjutnya ^^
BalasHapus